Setiap orang yang
bekerja pada perusahaan maupun institusi pemerintah sudah sewajarnya memberikan
dedikasi yang maksimal bagi organisasinya. Bahkan pada situasi tertentu
seseorang memberikan dedikasi secara ekstra dengan bekerja melebihi waktu yang
ditentukan kantor alias lembur/overwork. Belakangan ini kerja lembur/overwork
bagi sebagian orang justru menjadi suatu budaya dan kebanggaan (overwork
glorification). Budaya tersebut tidak muncul dengan sendirinya. Dalam
beberapa situasi, tuntutan bekerja lembur datang dari atasan namun ada pula
pekerja yang memiliki sifat workaholic, berinisiatif melakukan lembur atas
kemauannya tanpa tekanan dari siapapun.
Secara umum dengan
bekerja lembur seseorang akan memberikan kontribusi lebih kepada unit kerja dan
pada akhirnya bermuara pada peningkatan kinerja organisasi. Namun apakah lembur
yang dilakukan terus menerus akan memberikan manfaat yang sepadan bagi pekerja
maupun organisasi pada rentang waktu yang lebih panjang? Dilansir dari hellosehat.com,
terlalu sering lembur memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, antara lain berpotensi
meningkatkan stress dan tekanan darah, bahkan berujung pada depresi. Selain itu konsumsi
makanan berlebih yang dilakukan saat lembur dan dibarengi dengan kurangnya
olahraga sebagai akibat dari alokasi waktu yang sudah habis oleh rutinitas
kerja dapat berujung pada berbagai penyakit, salah satunya diabetes. Beragam
penyakit yang dapat timbul dari terlalu sering lembur tentu akan sangat
berpengaruh pada performa kerja, yang pada akhirnya juga akan merugikan perusahaan/organisasi.
Melihat potensi bahaya
lembur tersebut, muncul gerakan work-life balance yang saat ini telah
banyak digalakkan organisasi/perusahaan, salah satunya oleh Kementerian Keuangan
sejak beberapa tahun yang lalu. Sebagai salah satu Gerakan Efisiensi, Kementerian
Keuangan memberikan definisi work-life balance sebagai pemanfaatan jam
kerja secara efektif dan meminimalisir jam lembur, dengan tetap memperhatikan
tanggung jawab dan penyelesaian pelaksanaan tugas.
Dengan berlakunya work-life
balance, pekerja dapat mengalokasikan waktu dengan hal lain di luar
pekerjaan, salah satunya dengan menjalani hobi. Tidak hanya melepaskan pikiran
dari rutinitas kerja, hobi akan mengarahkan pikiran kita kepada hal yang benar-benar
diminati, sehingga tidak salah jika hobi menjadi salah satu aktifitas yang
dapat meredakan stress yang mungkin timbul dari rurinitas kerja. Tidak hanya
itu, beberapa hobi juga memiliki manfaat lain seperti meningkatkan kreatifitas,
kecerdasan dan percaya diri, seperti hobi bermain alat musik, bernyanyi, olahraga, menulis,
dan bermain game.
Dalam pola hidup work-life
balance, hobi memiliki peranan yang penting bagi pekerja dan tempat ia
bekerja. Dari penjelasan terkait hobi di atas, terlihat bahwa manfaat yang
diperoleh dari menjalankan hobi memiliki hubungan yang linier dengan pekerjaan.
Selain menjaga performa kerja dengan pikiran yang segar, hobi yang dilakukan di
luar jam kerja dengan alokasi waktu yang tepat bahkan memiliki potensi dalam
peningkatan kualitas kerja. (Ari)
Referensi:
- Julia Rosen, 2018, “How a Hobby can Boost Researchers’
Productivity and Creativity”, https://www.nature.com/articles/d41586-018-05449-7,
diakses pada 29 September 2021
- “5 Bahaya Kerja Lembur Bagi Kesehatan Anda”, https://hellosehat.com/jantung/penyakit-jantung/5-bahaya-bekerja-berlebihan-bagi-kesehatan,
diakses pada 29 September 2021
- Codemi Publication, 2021, “Glorifikasi Overwork dan
Mengapa Hal Itu Buruk”, https://codemi.co.id/glorifikasi-overwork-dan-mengapa-hal-itu-buruk/,
diakses pada 29 September 2021