Ferdinan
Haulian Marpaung, seorang Pejabat Fungsional Penilai Pemerintah Ahli Muda KPKNL
Banda Aceh, paparkan materi analisis highest
& best use (penggunaan tertinggi & terbaik) atau yang biasa dikenal
dengan analisis HBU dalam bidang penilaian pada Kamis (09/09). Materi itu
didapat Ferdinan dari Pelatihan Jarak Jauh bidang penilaian dua minggu lalu,
yang kemudian di reshare (red-dibagikan
kembali) melalui media daring pada lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (Kanwil DJKN) Aceh.
Analisis
HBU itu digunakan untuk mengetahui penggunaan yang paling mungkin dan optimal
dari suatu objek properti yang dianalisis, yang secara fisik dimungkinkan,
telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial
laik, sehingga menghasilkan nilai tertinggi dan terbaik dari penggunaan objek properti
itu sendiri. Dalam tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara melalui
seluruh kantor vertikalnya se-Indonesia, khususnya bidang penilaian, analisis
HBU terdiri dari dua jenis yakni analisis komprehensif dan analisis ringkas,
yang pada kesempatan pemaparan itu, Ferdinan menitikberatkan pada penjelasan
mengenai HBU komprehensif. Tahapan pelaksanaan HBU komprehensif dimulai dari
identifikasi permohonan/penugasan yang diterima, penentuan tujuan analisis,
pengumpulan data awal, survei lapangan, analisis ekonomi dan demografi, analisis
pasar, analisis persyaratan HBU/uji HBU, serta diakhiri dengan pembuatan suatu
laporan.
Giat itu dilaksanakan dalam rangka bentuk implementasi yang akan menjadi pembiasaan dari nilai learning organization/LO (red-gerakan organisasi pembelajar) dari Kementerian Keuangan RI. Nilai itu diawali dengan gebrakan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kemenkeu RI melalui Kemenkeu Corpu (Corporate University). Dengan digaungkannya LO itu, seluruh elemen organisasi Kemenkeu RI memiliki tanggung jawab, tugas, dan konsekuensi untuk terus berupaya tanpa henti menjadi insan pembelajar. Syukriah HG, dalam kalimat penutupnya, mengapresiasi performa pemaparan dari pria kelahiran Dabo Singkep itu serta berpesan agar budaya LO terus digalakkan atau dirutinkan serta untuk kegiatan seperti itu sebaiknya diberi nama wadahnya sebagai identitas kegiatan pengembangan itu.
Narasi & Foto:
hi/kpknlbna