Gaya hidup frugal living semakin mencuat belakangan
ini khususnya setelah adanya pandemi. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian,
masyarakat semakin sadar bahwa memikirkan dana darurat lebih penting daripada
menghabiskan dana untuk membiayai gaya hidup. Pandemi membuat seseorang semakin
dapat mengukur bagaimana kondisi keuangan (financial),
seberapa besar dana pensiun yang dimiliki, dan seberapa kuat pondasi keuangan
dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Frugal
living secara sederhana sering dimaknai sebagai gaya hidup
hemat atau irit terhadap pengeluaran agar dapat menabung lebih banyak, bahkan
cenderung dinilai pelit oleh sebagian orang. Dilansir dari berbagai sumber, sesungguhnya
konsep frugal living tidak sedangkal itu. Frugal Living diartikan sebagai
konsep dimana seseorang mengalokasikan dana yang dimiliki dengan kesadaran
penuh (mindfull), dengan pertimbangan
dan analisis yang baik disertai dengan strategi pencapaian tujuan keuangan masa
depan yang jelas.
Seseorang yang mengadopsi frugal living akan memilih memasak
makanan sehat daripada membeli makanan di luar, membeli produk lokal
berkualitas tanpa harus maniak merek, tidak memusingkan fashion atau gadget
yang terus menerus up to date. Namun
para penganut frugal living akan
terus menikmati hidup berkualitas dengan standar yang mereka tetapkan tanpa
harus goyah dengan pendapat orang lain, demi tercapainya tujuan keuangan jangka
panjang yang telah ditetapkan.
Kajian atas konsep frugal living semakin berkembang, tidak
hanya menghubungkan gaya hidup dengan tujuan keuangan pribadi jangka panjang,
namun juga tentang keberlangsungan kehidupan seluruh manusia di masa yang akan
datang. Jhon White, seorang professor filosopi pendidikan dalam tulisannya “The Frugal Life, and Why We Should Educate for It” menjelaskan
bahwa frugal living harus diadopsi oleh generasi masa depan. Pandemi Covid-19
dan perubahan iklim (climate change)
harus menjadi momentum untuk mendeklarasikan frugal living dan mengajarkannya
kepada generasi masa kini. Tidak hanya Negara miskin ataupun Negara berkembang,
bagi Negara kaya pun konsep frugal living
sudah harus diadopsi sebaik-baiknya.
Jumlah penduduk dunia yang
terus meningkat, sumber daya yang semakin terbatas mau tidak mau membuat
manusia harus mengadopsi gaya hidup yang hemat, tidak menghambur-hamburkan
sumber daya dengan percuma, tidak makan dengan berlebihan, tidak memproduksi
sampah yang tidak perlu, dan masih banyak kebiasaan-kebiasaan buruk yang
merusak bumi. Konsep hidup frugal living
secara langsung dapat berhubungan dengan upaya-upaya menyelematkan bumi dari
pencemaran lingkungan.
Sebagai seorang Aparatur
Sipil Negara dengan penghasilan yang sudah jelas dan tertentu setiap bulannya,
konsep frugal living juga sangat baik
diadopsi. Perlu untuk melakukan pertimbangan yang baik dan kesadaran penuh (mindfull) dalam mengeluarkan dana yang
dimiliki. Sebagaimana para pesohor dunia seperti Mark
Zuckerberg, Steve Jobs, Ratu Elizabeth II, Leonardo de Caprio, dan pesohor lainnya telah
mempraktikkan gaya hidup ini, sepatutnya para ASN tidak perlu malu untuk
memulai kebiasaan baik. Sebagai pelayan masyarakat, setiap gerak-gerik dan gaya
hidup ASN menjadi sorotan bagi khalayak ramai.
Beberapa langkah praktis
yang dapat dilakukan dalam menerapkan Frugal
Living antara lain :
1.
Pastikan memiliki tujuan finansial (financial goals) yang jelas dan masuk
akal.
Tujuan keuangan tentunya sesuatu yang
dibutuhkan, yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan kita. Merumuskan financial goals yang jelas dan masuk
akal akan membantu kita untuk dapat mencapainya, agar semua upaya yang
dilakukan tidak sia-sia. Tujuan keuangan bisa saja mengumpulkan dana
pernikahan, membeli rumah, tabungan pendidikan anak, merencanakan pensiun dini,
mengamankan dana darurat yang cukup, atau memiliki dana pensiun yang cukup.
2.
Selalu analisis kebutuhan vs keinginan
sebelum membelanjakan uang anda.
Hasil analisis terhadap perilaku konsumen
menunjukkan bahwa pengeluaran untuk memenuhi gaya hidup jauh lebih besar daripada
pengeluaran membeli barang-barang yang benar dibutuhkan. Jadi dapat disimpulkan
banyak uang yang dikeluarkan untuk membeli barang yang tidak memberikan manfaat
yang sesungguhnya diperlukan.
3.
Hindari utang konsumtif
Bisa dibayangkan betapa kacaunya kondisi
keuangan jika harus membeli barang konsumtif, yang mungkin saja tidak
sepenuhnya dibutuhkan, namun harus dibeli dengan kredit. Mari Hentikan
kebiasaan buruk itu sekarang.
4.
Merasa nyaman untuk tidak terpengaruh tren
Terus menerus mengikuti perkembangan fashion,
gadget, mobil, atau benda-benda lain adalah sesuatu hal yang sangat dihindari
dalam konsep frugal living. Tren
adalah strategi marketing untuk meningkatkan permintaan konsumen. Menghindari
siklus konsumerisme dan tidak melakukan impulsif
buying adalah perilaku yang harus dijaga dalam frugal living. Berhentilah memikirkan ekspektasi orang lain atas
diri kita.
5.
Miliki persepsi dan kesadaran bahwa hidup
bukan untuk saat ini saja.
Masih ada hari esok, masih ada anak-anak yang
perlu diperjuangkan, masih ada generasi penerus yang akan menggantungkan
hidupnya di bumi ini. Frugal living
tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi untuk keberlangsungan bumi.
Referensi :
White Jhon. 2021. The Frugal Life and Why We Should Educate for It. London Review of Education 19 (1).
Penulis : Perasanta Sibuea