Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan,disebutkan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai macam bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, orgasisasi politik, organisasi massa, dan perorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, arsip ada dua macam yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung oleh pencipta arsip dan disimpan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis masa retensinya dan dipermanenkan dan telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau Lembaga Kearsipan.
Arsip dinamis meliputi tiga jenis, yaitu :
a.
Arsip aktif, adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus
menerus;
b.
Arsip inaktif, adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun;
c. Arsip vital, adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui,dan tidak tergantikan.
Terkait dengan fungsi dan kegunaan arsip yang sangat strategis tersebut, kiranya penting dilakukan menata arsip dengan baik agar mudah diakses dan dipergunakan oleh yang berhak menggunakannya. Menata arsip yang baik bukan sekedar membuat daftar arsip guna penemuan kembali arsip, tetapi juga mengolah arsip menjadi informasi yang mencerminkan keberadaan, tugas dan fungsi pencipta arsip.
Adapun masalah dalam pengelolaan arsip adalah arsip-arsip
yang diciptakan kurang mendapat perhatian, sehingga terjadi arsip kacau. Hal ini
timbul disebabkan :
a.
Kurangnya perhatian pimpinan;
b. Kurangnya
SDM yang menangani arsip, baik kekurangan jumlah maupun kemampuan/kuantitas;
c. Kurangnya tempat penyimpanan arsip, baik itu arsip dinamis maupun arsip statis.
Pengelolaan dan penataan arsip aktif menghasilkan tertatanya fisik, informasi arsip serta tersusunnya daftar arsip sehingga memudahkan penemuan/pencarian kembali arsip yang dibutuhkan. Langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan dan penataan arsip yaitu pemberkasan arsip aktif. Pemberkasan arsip aktif memuat klasifikasi arsip,uraian informasi,waktu,jumlah, dan keterangan. Sedangkan isi berkas memuat Nomor berkas, Nomor item arsip, Kode klasifikasi, Uraian informasi arsip,tanggal,jJumlah, dan keterangan.
Guna melakukan pemberkasan arsif aktif perlu dipersiapkan
hal-hal sebagai berikut:
a. sarana dan prasarana pendukung ( tempat dan alat);
b. arsip yang akan diberkas,
Dalam
melakukan proses penataan arsip aktif yang perlu dilakukan adalah :
a.
Mempersiapkan alat dan bahan antara lain : folder, sekat, kartu tunjuk silang
dan filing cabinet;
b.
Mempersiapkan arsip yang akan ditata yaitu dengan langkah : mengecek
kelengkapan fisik dan berkas arsip, membuat indek arsip;
c.
Mempersiapkan folder yang akan digunakan untuk penempatan arsip sesuai dengan
tab diberi tanda kode subjek/masalah untuk subjek primer kode pada kiri atas,
kemudian subjek sekunder pada tengah atas, dan subjek tersier ( bila ada) kode
pada kanan atas
d.
Mempersiapkan sekat/guide, sekat berupa kertas tebal dengan ukuran 15,5 X 11
cm, sebagai penunjuk/pemisah antara satu folder dengan folder yang lain.
Sekat ini ditata dalam kotak kartu kendali dengan menuliskan kode dan
subjeknya.
e.
Mempersiapkan tunjuk silang, tunjuk silang ini digunakan apabila dalam berkas
satu arsip berkaitan dengan berkas arsip yang lain namun berbeda tempat
penyimpanan karena berbeda fisik arsipnya dan tidak bisa disatukan karena ada
perbedaan istilah yang mempunyai subjek sama.
f. Penataan arsip dalam folder. Arsip yang mempunyai kode sama ditempatkan dalam folder sesuai urutan abjad, masalah, tahun, bulan dan tanggal, jika indeks tanggal dalam urutan angka dimulai dari angka yang besar ke kecil.
Pengelolaan dan penataan arsip inaktif dilakukan berdasarkan asas asal usul dan asas aturan asli. Pada unit kearsipan, pengelolaan dan penataan arsip inaktif dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu : pengaturan fisik arsip, pengolahan informasi arsip dan penyusunan daftar arsip. Daftar arsip inaktif memuat informasi tentang: pencipta arsip, unit pengolah, nomor arsip, kode klasifikasi, uraian informasi arsip, tingkat perkembangan, jumlah, retensi, keterangan. Penataan arsip inaktif dan pembuatan daftar arsip inaktif menjadi tanggung jawab unit kearsipan.
Tahapan kegiatan dalam pengelolaan dan penataan arsip
inaktif adalah sebagai berikut:
a. Pemilahan, langkah awal pemilahan arsip adalah memisahkan antara arsip dengan nonarsip
serta duplikasi arsip yang berlebihan. Nonarsip dapat berupa : formulir dan
blanko kosong, ordner, sampul, dll. Bahan-bahan nonarsip ini dapat
dimusnahkan.
b. Pemberkasan/pengelompokan arsip.
Pemberkasan dapat dilakukan menggunakan prinsip aturan asli namun apabila kesulitan dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip asal-usul sehingga dapat ditentukan penggolongan/pengelompokan berdasarkan series (kesamaan jenis), rubrik ( kesamaan permasalahan), dosier (kesamaan urusan/kegiatan).
c.
Pendeskripsian, adalah kegiatan perekaman isi informasi yang ada
pada setiap berkas arsip ke dalam sebuah kartu deskripsi. Kartu deskripsi
berukuran 10 X 15 cm. Kartu deskripsi berisikan informasi : bentuk redaksi,
uraian arsip/surat, tingkat perkembangan, tanggal, bentuk luar.
d. Pembuatan
skema pengelompokan arsip. Pembuatan skema pengelompokan arsip yaitu pembuatan
klasifikasi masalah sebagai dasar untuk menyusun kartu-kartu deskripsi.
Peyusunan ini bisa berdasarkan pola klasifikasi, struktur organisasi, tupoksi,
atau kombinasi.
e. Manuver
kartu deskripsi, adalah penggabungan kartu deskripsi
berdasarkan pola klasifikasi arsip.
f.
Memberikan nomor definitif pada kartu deskripsi,yaitu memberikan nomor tetap
pada kartu deskripsi. Nomor urut tersebut digunakan sebagai nomor penyimpanan
berkas.
g. Manuver
berkas, yaitu proses penggabungan berkas arsip yang mempunyai
kesamaan masalah serta disusun sesuai skema.
h. Memasukkan
arsip ke dalam folder. Berkas yang telah disusun dimasukkan ke dalam folder dan
diberi kode masalah arsip dan nomor urut arsip.
i.
Pembungkusan Arsip. Berkas yang telah dimasukkan ke dalam folder dibungkus
menggunakan kertas kissing.
j. Memasukkan folder kedalam boks dan pelabelan boks Folder arsip yang telah dibungkus dimasukkan kedalam boks kemudian boks arsip tersebut diberi nomor sesuai nomor urut, dan dalam setiap pokok penomoran dimulai dari nomor 1(satu). Setiap boks hanya berisi satu jenis (satu macam kode) dengan tahun yang sama.Pengisian arsip dalam boks tidak boleh terlalu penuh harus ada jarak minimal 2 cm, hal ini untuk memudahkan dalam memasukkan dan mengeluarkan arsip apabila dibutuhkan. Langkah selanjutnya boks ditata dalam rak secara berderet dengan urutan nomor kecil sebelah kiri dan jumlah boks dalam satu deret harus sama untuk memudahkan dalam pencarian.
k. Membuat Daftar Arsip/Daftar Pertelaan Arsip. Daftar arsip dibuat sebagai sarana penemuan kembali arsip. Dalam penemuan kembali ada dua metode penemuan kembali arsip yaitu metode penemuan langsung dan metode penemuan tidak langsung. Apabila dalam sistem filing alfabetis dan subyek maka menggunakan metode penemuan langsung. Sedangkan sistem filing geografis dan numerik penemuannya menggunakan metode penemuan tidak langsung. Penggunaan metode penemuan tidak langsung untuk menjaga kerahasiaan informasi arsip yang disimpan sehingga arsip yang disimpan dalam boks dapat diketahui melaui nomor boks yang identifikasinya dapat dicari dalam daftar arsip.
Tujuan akhir dalan pengelolaan dan penataan arsip inaktif adalah penyusutan arsip. Hal ini sesuai dengan amanah Undang-undang nomor 43 tahun 2009 pasal 47 ayat (2) yang menyebutkan bahwa penyusutan arsip yang dilaksanakan oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN dan/atau BUMD dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan pencipta arsip serta kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Arsip yang tidak dikelola dapat mengakibatkan ruangan sempit, kotor, dan suasana tidak nyaman sehingga dapat mengakibatkan kinerja pegawai bahkan lembaga/organisasi menurun. Demikian pula apabila arsip tidak ditata dengan baik maka pencarian surat/arsip menjadi sulit dan lama sehingga dapat menghambat dalam proses pengambilan keputusan, proses pertanggung jawaban, dan proses-proses kegiatan lain yang harus segera diselesaikan. Pengelolaan dan penataan arsip yang baik dan sesuai dengan kaidah akan menjadikan arsip sebagai sumber informasi dan komunikasi, sumber sejarah, sumber pertanggung jawaban sehingga arsip tidak lagi dipandang sebagai benda yang hanya dibendel/diberkas, dan ditimbun tetapi arsip merupakan sumber kekayaan yang layak dan perlu dilestarikan bagi masyarakat modern.
Penulis Jamilah/Seksi TURT
Sumber: Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan