Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Cerdas Literasi Keuangan Bagi ASN
Lilik Hermawan
Rabu, 17 Juni 2020   |   953 kali

 

“Investasi hanya untuk orang yang memiliki banyak uang”

“Selagi saya masih muda, senang-senang saja dulu. Mengatur uang belum terlalu penting. Nanti kalau sudah tua baru perlu mengelola keuangan.”

 “Untuk apa saya berinvestasi, toh dengan gaji yang ada saya bisa hidup bahagia”

Pernyataan atau pendapat di atas  sering kita dengar dan  populer di kalangan masyarakat. Faktanya, pengelolaan keuangan bukan sesuatu yang hanya bagus dilakukan oleh mereka di usia paruh baya dan lanjut. Justru, jika sejak dini dilakukan, manfaat dari pengelolaan tersebut semakin besar dirasakan. Kita juga dapat melihat di media sosial dan lingkungan kita sehari-hari bagaimana orang yang berpenghasilan di atas rata-rata tetapi memiliki hutang yang jauh lebih besar dari penghasilannya untuk memenuhi gaya kehidupannya.

Sebagai ASN, kita bersyukur memiliki gaji yang rutin diterima setiap bulan. Gaji rutin yang kita terima tersebut dapat kita manfaatkan. Selain untuk keperluan sehari-hari, kita juga menyisihkan gaji tersebut untuk dikelola dalam mempersiapkan masa pensiun nanti. Dalam beberapa literasi pengelolaan keuangan, besaran 10% sampai dengan 20 % dari penghasilan kita, bisa disisihkan untuk mempersiapkan masa pensiun tersebut. Apabila kita sanggup menyisihkan lebih dari itu, juga tidak masalah, asal tidak memberatkan kehidupan kita sehari-hari. Tujuan kita mengelola keuangan adalah mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di masa tua, tapi tidak membebani kehidupan di masa sekarang.

Hal yang paling penting adalah kita konsisten menyisihkannya di awal ketika menerima gaji, bukan di akhir bulan. Mengapa harus di awal? Tujuan kita adalah menyisihkan, kalau baru kita lakukan di akhir bulan berarti kita menyisakan, dan biasanya besarannya jauh lebih kecil dari yang kita rencanakan.

Langkah selanjutnya yang harus  dilakukan adalah memilih tempat untuk menyimpan uang yang sudah kita sisihkan tersebut. Sebagai ASN, kita sulit untuk menempatkan uang kita pada bisnis yang kita kelola sendiri. Hal ini dikarenakan kita harus melakukan tugas dan tanggung jawab kita dengan baik di kantor. Oleh karena itu, kita harus memilih menempatkan uang kita pada aset yang dapat berkembang nilainya, dan memberikan imbal hasil. Di dalam memilih tempat menyimpan uang kita tersebut, tindakan kita sudah dapat disebut dengan investasi. Ada banyak instrumen investasi yang tersedia di Indonesia, seperti deposito, obligasi pemerintah, saham, properti dan lain-lain.

Semua instrumen investasi tersebut memiliki risiko masing-masing, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Warren Buffet, yang merupakan investor terkenal mengungkapkan 'Risk comes from not knowing what you’re doing'. Risiko itu ada karena kita tidak mengetahui harus melakukan apa. Itulah alasannya mengapa sebelum menempatkan uang kita ke instrument-instrumen tersebut, kita harus berinvestasi terhadap diri sendiri. Investasi terhadap diri sendiri dapat berupa pengetahuan, kemampuan/skill ,dan psikologis. Banyak orang menganggap sepele terhadap investasi untuk diri sendiri, padahal itulah hal yang tidak mungkin dicuri orang, bahkan kita dapat membagikan dan mewariskannya kepada orang lain.

Di dalam investasi ada 3 (tiga) komponen penting yang harus kita pahami, yaitu profit (keuntungan), risk (risiko), time frame  (jangka waktu). Kita hanya bisa memilih dua dari tiga komponen tersebut. Apabila kita ingin keuntungan tinggi dengan risiko yang rendah, berarti kita harus berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. Apabila ada yang menawarkan keuntungan tinggi dalam waktu yang singkat, yang harus kita ingat adalah tawaran tersebut memiliki risiko yang besar (bisa jadi itu adalah investasi bodong).

Tawaran-tawaran investasi tersebut, juga banyak kita jumpai pada fintech yang menawarkan bunga yang sangat tinggi dalam jangka waktu singkat. Memang fintech tersebut diawasi oleh OJK, tetapi yang diawasi adalah usaha fintech tersebut bukan menjamin keberadan uang kita (meskipun memang masih banyak fintech yang menjadi tempat investasi yang baik). Untuk melaporkan penawaran investasi yang mencurigakan dapat disampaikan melalui konsumen@ojk.go.id

Saham, bagi sebagian orang merupakan investasi yang sangat berisiko. Padahal dengan memiliki time frame jangka panjang, risiko penurunan harga saham dapat dihindari. Kita meletakkan uang kita pada perusahaan berkinerja yang baik (yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan). Setelah itu kita menentukan valuasi perusahaan tersebut berdasarkan aset yang dimilikinya, laba yang dihasilkannya, atau hal lain yang menunjukkan kinerja yang baik dari perusahaan tersebut. Setelah menentukan valuasi, kita dapat membeli saham tersebut  ketika harganya di bawah valuasi (undervalued).

Deposito, bagi sebagian orang itu investasi yang berisiko rendah. Tergantung dari time frame kita melihatnya. Kalau kita melihat dalam jangka pendek, deposito memang menguntungkan. Kita dapat menikmati imbal hasil dari deposito kita, lalu mengambil kembali uang yang kita depositokan, apabila uang tersebut kita butuhkan untuk keperluan lain dan jangka waktu depositonya berakhir. Namun kalau kita melihatnya dalam jangka panjang, deposito sangat berisiko. Nilai  dari uang yang kita depositokan akan tergerus inflasi.

Properti, bagi sebagian orang merupakan investasi yang pasti menguntungkan. Lokasi, lokasi, dan lokasi, mindset yang sudah terbentuk dalam pikiran kita. Padahal legalitas dan faktor nilai juga tidak kalah penting untuk menghindari dari risiko yang ada. Kita dapat melakukan survei pembanding sebelum membeli properti. Survei bukan hanya mengenai harga per meter persegi properti tersebut, tetapi juga imbal hasil (berupa sewa) yang dapat kita peroleh dari properti tersebut. Dalam time frame jangka pendek, investasi properti memiliki risiko yang besar. Kita tidak mungkin bisa menjual sebagian kecil dari rumah kita (bagian dapur saja misalnya), apabila kita membutuhkan sebagian dari modal kita.   

Hal yang paling penting selanjutnya dalam kegiatan investasi adalah diversifikasi. Diversifikasi dalam investasi adalah kegiatan meletakkan uang kita di dalam instrumen investasi yang beragam. Diversifikasi bertujuan untuk memperkecil risiko yang mungkin muncul dalam pemilihan instrumen investasi. Misalnya, apabila kita meletakkan uang kita hanya pada properti untuk tujuan disewakan, kita akan kesulitan ketika properti tersebut tidak memiliki penyewa sama sekali. Atau dalam kondisi lain, apabila kita membutuhkan uang dalam jangka waktu dekat (dan kita tidak memiliki aset yang likuid), kita terpaksa menjual properti kita tersebut di bawah harga wajarnya (yang penting cepat laku). Oleh karena itu, kita harus melakukan diversifikasi ke berbagai instrumen investasi. Diversifikasi investasi tersebut pada akhirnya membentuk kumpulan investasi yang disebut dengan portofolio investasi. Portofolio investasi tersebut dapat kita manfaatkan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Lalu pertanyaan selanjutnya, masih amankah untuk memulai investasi tersebut di kala pandemi seperti ini. Bukannya dalam keadaan krisis nilai saham akan jatuh harganya, nilai properti juga banyak ditawarkan murah. Ada pepatah mengatakan "The pessimist complains about the wind; the optimist expects it to change; but the realist adjusts the sails.” Kita tidak boleh menyalahkan keadaan. Kemarin ada perang dagang, akhir-akhir ini pandemi, besok mungkin ada hal lain yang membuat kita takut. Ingat, hal yang paling utama adalah konsisten. Jadi kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi? Sekarang !! 

Penulis : Efraim Prananta Tarigan, seksi kepatuhan internal Kanwil DJKN Sumatera Utara

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini