Manado – Sampai dengan September 2023, kinerja ekonomi
regional di Sulawesi Utara menunjukkan kinerja baik. Kondisi Makro Sulut
menunjukkan tren pemulihan yang terus membaik dan kuat, ditopang oleh semakin meningkatnya
aktivitas perekonomian masyarakat dan impresifnya kinerja sektor eksternal.
Mayoritas indikator ekonomi di kawasan Sulut terus membaik.
Berdasarkan data
yang dirilis BPS, perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun 2023 tumbuh
sebesar 6,28 persen secara year on year dibanding periode yang sama tahun 2022.
Pencapaian tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara Nasional yang
mencatatkan angka 5,17persen. Secara Q to Q, Pertumbuhan ekonomi di Sulut pada
Triwulan II mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,15persen dari Triwulan I tahun
2023. Dengan demikian, tren pertumbuhan ekonomi masih berlanjut dengan laju
yang relatif baik di atas 5persen secara y-o-y.
Dari sisi neraca perdagangan, nilai ekspor nonmigas
Sulawesi Utara pada September 2023 tercatat sebesar US$ 68,87 juta sementara
impornya senilai US$ 17,27 juta. Komoditas ekspor nonmigas terbesar pada
September 2023 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati, senilai US$ 38,75
juta atau 56,28 persen dari total ekspor. Sedangkan untuk komoditas impor
terbesar adalah bahan bakar mineral, senilai US$ 10,78 juta atau 62,31 persen
dari total impor. Nilai neraca perdagangan Sulawesi Utara yang diukur melalui
penghitungan net ekspor (total ekspor dikurangi total impor) pada bulan September
2023 mengalami surplus senilai US$ 51,6 juta.
Selain itu, tingkat Inflasi di Sulawesi Utara tetap
terkendali. Pada bulan September 2023, Secara year on year Indonesia mengalami
inflasi sebesar 2,28persen. Untuk di Sulawesi Utara, Manado mengalami Inflasi
sebesar 1,16persen dan Kotamobagu mengalami inflasi sebesar 2,77persen. Hal ini
menunjukkan, bahwa kebijakan moneter dan upaya pengendalian inflasi berhasil
mempertahankan daya beli masyarakat. Untuk Provinsi Sulawesi Utara hal ini
sangat relevan mengingat PDRB Provinsi Sulawesi Utara, menurut pengeluaran,
ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga dengan share 44,69persen.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Utara naik
dari 73,3 pada tahun 2021 ke 73,81 atau meningkat sebesar 0,70persen.
Pertumbuhan ini lebih besar dibandingkan peningkatan IPM dari tahun 2020 ke
tahun 2021 sebesar 0,51persen. Dapat diartikan bahwa, secara umum tren
perbaikan IPM khususnya untuk Provinsi Sulawesi Utara bergerak ke arah positif.
Dari tahun 2018 hingga tahun 2022, IPM di Sulawesi Utara selalu lebih tinggi
dari IPM Nasional.
Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada bulan
September 2023 naik 0,64 persen dan menjadi 111,25 dibandingkan dengan bulan
Agustus yang berada di 110,55. Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga
mengalami peningkatan dari 112,09 di bulan Agustus ke 112,47 di bulan
September. Angka NTN Sulut masih di atas nasional yang berada di angka 111,56.
Namun untuk nilai NTP, Sulut masih berada di bawah NTP Nasional yang sebesar
114,14. Berdasarkan data ini, dapat dikatakan bahwa secara umum tingkat
kesejahteraan para petani dan nelayan di wilayah Sulawesi Utara meningkat
dengan peningkatan surplus atas biaya yang diterima relatif terhadap biaya yang
dibayarkan para petani dan nelayan.
“Secara umum, kondisi fiskal regional Sulawesi Utara
menunjukan Kinerja yang terus membaik, namun tingkat kemandirian APBD terhadap
Dana Transfer Ke Daerah tentu harus menjadi perhatian setiap pemda. Dalam hal
ini kaitannya dengan optimalisasi potensi daerah. Sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan PAD-nya.” Jelas Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi
Sulawesi Utara, Nikodemus Sigit Rahardjo dalam Konferensi Pers (Bacirita) APBN Sulawesi
Utara. (debora)