Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kondisi Industri Pengolahan Makanan dan Minuman di Indonesia
Ayutia Nurita Sari
Senin, 31 Oktober 2022   |   48664 kali

Perekonomian Indonesia sebagian besar didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan salah satu industri yang berkembang pesat adalah industri makanan dan minuman. Pertumbuhan penjualan didorong oleh peningkatan pendapatan pribadi dan peningkatan pengeluaran untuk makanan dan minuman, terutama dari meningkatnya jumlah konsumen kelas menengah. Akibatnya, ini juga merupakan industri di mana perusahaan lokal sangat ambisius dan telah berkembang menjadi eksportir global yang sukses. Pada saat yang sama, internasionalisasi masakan lokal merupakan peluang utama bagi perusahaan asing untuk menjual produk mereka kepada konsumen Indonesia, yang semakin terbuka terhadap makanan dan rasa baru.

Perubahan gaya hidup di pusat-pusat perkotaan Indonesia sebagian besar mengikuti tren pasar yang sudah mapan, dengan pekerja kantoran memiliki lebih sedikit waktu untuk memasak, atau kurang berminat untuk melakukannya, namun menuntut makanan yang meningkatkan kesehatan. Yang penting, pembeli mendapatkan akses ke berbagai produk yang lebih luas berkat infrastruktur ritel yang berkembang di negara ini, dengan hipermarket dan minimarket yang bergerak lebih dalam dan tersebar ke daerah. Meningkatkan logistik memfasilitasi distribusi barang yang mudah rusak, seperti makanan beku, di seluruh nusantara.

Industri makanan dan minuman di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 2,54 persen menjadi Rp775,1 triliun, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman nasional atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp1,12 kuadriliun pada 2021. Nilai tersebut porsinya sebesar 38,05 persen terhadap industri pengolahan nonmigas atau 6,61 persen terhadap PDB nasional yang mencapai Rp16,97 kuadriliun.

Pengolahan makanan dan minuman adalah salah satu industri yang paling matang di Indonesia, dengan sejumlah besar bisnis bersaing untuk penjualan. Sebagian besar adalah usaha kecil atau mikro, meskipun sejumlah kecil perusahaan besar mendominasi pasar, termasuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatat penjualan bersih perusahaan per kuartal I 2022 atau selama tiga bulan pertama tahun ini tembus Rp17,18 triliun, Wings Group, dan Garuda Food, anak perusahaan Tudung Group. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memulai strategi untuk tidak hanya menarik pelanggan melalui harga, tetapi juga berinovasi untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dan bernilai tambah yang menarik preferensi konsumen Indonesia untuk makanan tradisional dalam bentuk instan seperti bubur instan Mayora. Karena bisnis besar lebih siap untuk menghadapi kenaikan biaya atau perubahan kebijakan yang tiba-tiba dan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk memanfaatkan pasar ekspor yang semakin terbuka di kawasan Asia Tenggara, industri makanan dan minuman Indonesia diperkirakan akan mengalami konsolidasi yang signifikan. Perusahaan dan merek asing juga terintegrasi dengan baik ke pasar, termasuk Nestle, Kraft Foods, dan Unilever. Internasionalisasi masakan Indonesia menunjukkan bahwa makanan tradisional ala barat, seperti yang berbahan dasar susu atau gandum, akan semakin cocok dengan selera lokal.

Beradaptasi dengan tren akan menjadi sangat penting karena budaya makan di Indonesia terus berubah. Salah satu tren utama adalah kesadaran kesehatan yang berkembang di kalangan penduduk muda Indonesia, yang menciptakan peluang untuk produk-produk seperti minuman bernutrisi atau sereal yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. Produk susu yang diperkaya menargetkan penurun berat badan, binaragawan, dan ibu menyusui. Makanan ringan juga diuntungkan dari urbanisasi dan pertumbuhan penjualan. Produk kopi dan teh siap minum mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, sementara jus buah/sayuran serta minuman olahraga/energi juga mengalami kenaikan dalam penjualan.

Tantangan yang muncul kedepannya dapat diprediksi dengan adanya ketergantungan pada pasar domestik berarti bahwa bisnis makanan dan minuman kurang terekspos ke pasar global yang berubah-ubah dibandingkan banyak industri lainnya. Namun, produsen lokal masih rentan terhadap fluktuasi harga global untuk bahan-bahan produksi yang diimpor dari luar negeri. Impor bahan makanan olahan akan terus menjadi bagian penting dari total penjualan, karena beberapa di antaranya tidak dapat diproduksi secara layak di Indonesia. Pengolah makanan berbasis lokal perlu menemukan cara lain untuk menjaga biaya mereka tetap terkendali dan meningkatkan daya saing mereka di tengah intensifikasi perdagangan regional. UMKM berada di bawah tekanan terbesar dari kenaikan upah, tarif listrik, dan suku bunga pinjaman. Meningkatkan efisiensi operasional dan konsumsi energi dengan peralatan baru dan proses yang dioptimalkan adalah salah satu cara bagi bisnis ini untuk mengurangi tekanan biaya, tetapi mungkin yang lebih bijaksana adalah menemukan cara untuk memperkuat kualitas dan terutama branding produk lokal baik di Indonesia maupun di wilayah yang lebih luas. Tanpa menampikkan fakta yang ada bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang mengasosiasikan kualitas yang lebih tinggi dengan merek asing dan lebih memilihnya daripada merek lokal, terutama dalam hal makanan untuk bayi dan anak-anak. Dalam kasus produsen kecil, bahkan meningkatkan kemasan saja sering kali dapat meningkatkan daya tarik produk lokal.

Kementerian Perindustrian Indonesia sedang melakukan pengembangan salah satu komoditas pangan, yaitu gula semut yang berbahan baku dari kelapa karena Indonesia sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Di samping itu, Kementerian Perindustrian juga mendorong pengembangan industri gula berbasis tebu, khususnya di wilayah timur Indonesia seperti di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kemenperin terus mengambil peran aktif memfasilitasi promosi produk industri makanan dan minuman melalui ajang pameran di dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah yang digelar di Plaza Pameran Industri dengan diikuti sekitar 60 perusahaan industri makanan dan minuman. Selain itu, Presidensi G20 Indonesia di tahun 2022 juga menjadi momentum untuk memperkenalkan produk-produk industri nasional, termasuk produk mamin, yang diharapkan dapat memperluas pasar ekspor.

Dalam jalur perdagangan internasional dalam rumpun yang sama, yaitu pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan semakin membuka perdagangan di kawasan dan memberikan peluang ekspor yang semakin besar bagi perusahaan yang beroperasi di ASEAN atau di negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan blok ASEAN. Sebagai pasar yang sangat signifikan, Indonesia merupakan basis investasi yang menarik untuk memasok ke pelanggan lokal dan negara tetangga.

Meskipun pertumbuhan yang relatif meningkat sampai tahun 2022 ini, potensi pasar masih tidak terbatas. Pendapatan pribadi tetap meningkat dan penyebaran ritel modern terus meningkatkan akses ke daerah- daerah terpencil di negara ini, dengan kota-kota besar seperti Makassar, Medan, dan Manado berkembang menjadi pusat-pusat pertumbuhan dengan penjualan dan konsumsi yang tinggi. Peluang juga berlimpah bagi penyedia mesin yang dapat membantu produsen meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi atau mengurangi konsumsi energi.

 

Penulis : Athika Meliana Dewi (Bidang Penilaian Kanwil DJKN Suluttenggomalut)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini