Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Aerial Photography, Sebuah Sudut Pandang yang Berbeda
Wahyu Dwi Prasetya
Selasa, 08 Juni 2021   |   15502 kali

Saat ini tren fotografi semakin berkembang seiring kemajuan teknologi yang beragam. Kualitas gambar yang dihasilkan pun semakin tinggi. Beberapa dari Anda pasti sudah sering melihat foto-foto yang dihasilkan dari ketinggian atau diambil dari udara dengan jangkauan view yang sangat luas. Dalam dunia fotografi, pengambilan foto udara tersebut dinamakan aerial photography.

Lalu, apa sih Aerial Photography itu?

Teknik Aerial Photography pertama kali dipatenkan oleh Gaspar Felix Tournachon atau dikenal juga dengan Nadar, seorang fotografer asal Perancis pada abad ke-19.

Secara etimologis, fotografi udara berasal dari bahasa Inggris, Aerial Photography. Aerial sendiri berarti udara, sementara photography adalah seni menangkap cahaya menggunakan kamera. Jadi, fotografi udara atau Aerial Photography adalah teknik memotret permukaan bumi atau fitur atmosfer dan hidrosfer menggunakan kamera yang dipasang di pesawat terbang, roket, drone,  satelit yang mengorbit di luar angkasa termasuk teleskop, balon udara, burung dara, dan lain sebagainya. Kamera yang dipasang dapat dipicu dari jarak jauh atau otomatis yang dioperasikan oleh seorang fotografer.

Saya mengenal Aerial Photography sejak tahun 2015. Awalnya, saya menyukai fotografi tetapi belum tahu apa itu Aerial Photography. Ketertarikan pada Aerial Photography muncul saat saya melihat dari berbagai sumber, media sosial (Instagram, Facebook). Banyak orang menggunggah hasil foto-foto udara yang diambil dengan menggunakan drone. Sejak saat itu,  saya pun mulai penasaran dan melakukan berbagai riset seperti mencari merk drone apa yang digunakan, kemampuan terbang, daya tahan baterai, dan yang terpenting adalah kemampuan kameranya, selain harga yang barang tentu membuat saya berpikir keras.

Akhirnya, keputusan saya ambil untuk membeli sebuah drone dengan harga yang terjangkau dari merk yang menurut beberapa orang dan berbagai review menunjukkan keandalannya. Bersama seorang teman kuliah S2 yang memiliki hobi sama, kami mulai belajar cara menerbangkan drone. Ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Beberapa kali drone kami jatuh dan menabrak dahan pohon. Pernah juga tangan kami terluka karena mencoba menangkap drone yang akan mendarat. Bahkan, berlari mengejar drone karena baterai habis maupun mencari dimana drone kami mendarat.

Singkat cerita, kami mulai biasa menerbangkan drone, dimulai dengan menerbangkan drone di area terbuka, mencoba menerbangkan naik dan turun, maju dan mundur, cepat dan lambat, belok kanan dan belok kiri. Saat itu kami belum berpikir tentang fotografi. Bisa terbang dan drone kembali dengan selamat sudah merupakan suatu keajaiban menurut kami.

Seperti pepatah “bisa karena terbiasa”, pada akhirnya kami mulai lancar menerbangkan drone. Foto dan video mulai dihasilkan dan hasilnya membuat takjub. Tentu hasilnya berbeda dengan hasil foto kamera handphone atau kamera DSLR. High  Angle  yang dihasilkan mustahil dilakukan oleh kamera biasa. Sudut pandang pun berubah, kita bisa melihat puncak sebuah gedung bertingkat, jembatan, sebuah patung yang tinggi secara detil, kawah gunung,  hamparan hijau sawah dan birunya laut dari hasil foto aerial.

Hasil foto maupun video mulai yang kami unggah di Instagram ternyata memiliki banyak respon. Hal tersebut memacu saya untuk meningkatkan skill dalam Aerial Photography dengan bergabung dalam komunitas Aerial Photography di berbagai media sosial. Ternyata, akun-akun pecinta Aerial Photography dari segala penjuru dunia yang ternyata lebih dulu melakukan ini. Teknik menerbangkan drone dan pengambilan foto atau video dapat ditemui dari berbagai akun tersebut.

Beberapa foto hasil Aerial Photography saya:

Jembatan Soekarno Manado


Pantai Pulisan Minahasa Utara




Loloda, Halmahera Utara


Tanjung Woka, Bolaang Mongondow Timur


Kawah Gunung Mahawu, Tomohon


Berdasarkan pengalaman saya, banyak faktor yang menentukan dalam membuat sebuah karya Aerial Photography, diantaranya :

1.   Skill pilot (penerbang drone). Dalam membuat karya foto aerial dengan menggunakan drone perlu sebuah skill khusus dan tidak sembarang orang bisa. Bahkan, hal itu jauh dari sebuah mainan yang bisa dimainkan anak-anak seperti menerbangkan layang-layang. Memotret dengan drone membuat fotografer berpikir dan berkonsentrasi dua kali. Selain harus mahir mengoperasikan drone, bagaimana membuat foto atau video dari udara menjadi menarik merupakan suatu pekerjaan yang sulit.  Kesimpulannya, seorang fotografer harus belajar menjadi pilot drone untuk membuat karya foto Aerial, tetapi seorang pilot drone bisa menjadi fotografer dadakan karena sudah terlatih memotret dari udara.

2.  Merk dan Tipe  Drone. Alangkah baiknya melakukan riset terlebih dahulu sebelum menentukan drone yang akan menjadi senjata kita (seorang fotografer dalam memilih kamera), misalnya membaca review drone dari banyak orang, kemudahan pengoperasian, layanan purna jual di Indonesia, maupun kemudahan mencari aksesoris atau spare part drone tersebut.

3.  Kemampuan Lensa Kamera Drone. Di era modern, drone semakin canggih bahkan beberapa drone dengan merk terkenal menggandeng perusahaan lensa atau kamera ternama. Dari lensa tersebut, kita bisa mengetahui kemampuannya dalam menghasilkan sebuah karya foto yang menakjubkan.

4.   Harga. Ono rego ono Rupo”,  kata pepatah jawa yang artinya ada harga pasti ada kualitas. Harga ini juga yang membuat saya berpikir keras mencari drone yang sesuai kemampuan finansial tapi menghasilkan foto yang berkualitas.


        Banyak faktor-faktor selain hal-hal tersebut di atas yang harus dipelajari dalam membuat sebuah foto aerial. Apabila kita bedah satu persatu banyak ilmu yang harus kita ketahui, salah satunya melihat cuaca. Drone sampai dengan saat ini belum memiliki kemampuan anti air dan mampu melawan angin badai. Kecermatan kita sangat diperlukan dalam melihat cuaca, langit cerah, dan angin tidak berhembus terlalu kencang, serta aturan yang membatasi penerbangan drone (lokasi terbatas seperti bandara dan objek vital) juga harus diketahui.

Nah, apakah Anda penasaran ingin membuat foto aerial? Atau sudah bosan dengan angle yang datar?

Saatnya belajar tentang Aerial Photography. Semoga artikel ini bermanfaat dan lain waktu akan dibahas lebih dalam lagi mengenai Aerial Photography atau drone photography.


Penulis: WDP/Kanwil DJKN Suluttenggomalut




Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini