Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Pemimpin Perempuan, Why Not?
Nofitri
Rabu, 10 Maret 2021   |   13711 kali

Di masa sekarang, perempuan tidak lagi menjadi kaum terbelakang dengan stereotip-stereotip lama yang mengekang. Sebagai contoh, perempuan yang dulu identik dengan tiga hal yaitu: dapur, sumur, dan kasur. Dari tahun ke tahun kesenjangan peran antara perempuan dan laki-laki perlahan ditinggalkan. Gerakan meninggalkan kesenjangan gender ini didukung oleh The United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women, atau biasa disebut UN Women. UN Women mengusung tema “Perempuan dalam Kepemimpinan: Mencapai Masa Depan yang Setara di Dunia Covid-19” pada peringatan International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2021. 

Peringatan Hari Perempuan Internasional menyoroti kesenjangan gender yang sampai saat ini masih ada. Tema yang diangkat merupakan perayaan atas upaya luar biasa perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia dalam membentuk masa depan dan pemulihan yang lebih setara semasa pandemi Covid-19. Pandemi bukan menjadi penghalang perempuan untuk terus berpartisipasi dalam pertempuran melawan Covid-19. Banyak perempuan berperan sebagai garda terdepan penanganan pandemi, diantaranya dengan menjadi tenaga kesehatan ataupun ilmuwan. UN Women menyoroti kenyataan bahwa pekerja perempuan dibayar 11 persen lebih rendah secara global dibandingkan rekan kerja mereka yang laki-laki. Hal ini cukup miris jika dilihat dari jam dan beban kerja perempuan yang sebenarnya tidak dibedakan dengan laki-laki.  

Adapun kepemimpinan perempuan dalam penanganan pandemi Covid-19, UN Women menilai ada hasil yang positif. Misalnya, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, yang dapat membawa negaranya dinobatkan sebagai negara dengan penanganan Covid-19 terbaik versi Covid Performance Index.

Kepemimpinan perempuan di pemerintahan sudah mendapat banyak respon positif saat ini. Oknum-oknum yang mengatakan kodrat perempuan bukan untuk memimpin sudah mulai teredukasi terutama dengan adanya gerakan-gerakan kesetaraan gender. Begitu pula dengan Kementerian Keuangan yang melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG). PUG merupakan strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan, program, dan kegiatan yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan serta permasalahan laki-laki dan perempuan dalam proses pemantauan   dan evaluasi dari seluruh aspek kehidupan dan pembangunan. PUG di Kementerian Keuangan diimplementasikan dengan memenuhi seperangkat komponen kunci yang disebut tujuh prasyarat Pengarusutamaan Gender berdasarkan KMK 807 Tahun 2018. Tujuh prasyarat tersebut antara lain: komitmen, kebijakan, kelembagaan, sumber daya, data terpilah, alat analisis, dan partisipasi masyarakat. Tujuh prasayarat PUG Kemenkeu akan berujung ke keadilan dan kesetaraan gender.

Dengan banyaknya dukungan dan gerakan menuju kesetaraan gender seharusnya tidak ada lagi larangan ataupun batasan bagi perempuan untuk berkarya dan memimpin di berbagai aspek kehidupan. Selamat Hari Perempuan Internasional!

Sumber:

https://www.kemenkeu.go.id/profil/pengarusutamaan-gender/

https://setjen.kemenkeu.go.id/in/page/pug-kemenkeu

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/08/075300665/international-women-s-day-2021-kepemimpinan-dan-kesetaraan-generasi?page=all

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini