Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Kalimantan Timur dan Utara > Artikel
Menjadi Pendengar Aktif untuk Melayani Lebih Baik
Arum Ratna Dewi
Senin, 20 November 2023   |   465 kali

“Saya mengingatkan diri saya sendiri setiap pagi. Tidak ada perkataan saya hari ini yang akan mengajarkan saya hal yang baru. Jadi, jika saya ingin berkembang, saya harus melakukannya dengan mendengarkan” (Larry King)

Mendengarkan para pemangku kepentingan, kolega dan sesama anggota tim sangat penting bagi para ASN. Menjadi pendengar aktif dapat membantu membangun hubungan yang baik, membuka wawasan baru dan mendorong keputusan inklusif. Sayangnya, di dalam sebuah percakapan biasanya Sobat sibuk mengupdate informasi yang disampaikan dan meyakinkan individu lawan bicara hingga lupa mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Mendengarkan untuk Memahami, Bukan untuk Merespon

Steve Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People mengatakan bahwa, pada umumnya orang tidak mendengarkan untuk memahami, mereka mendengarkan untuk menjawab. Acapkali pendapat tersebut ada benarnya, Sobat sering mendengarkan dengan tujuan tertentu, dengan maksud untuk merespon, berbagi pandangan atau meyakinkan orang lain. Akibatnya, Sobat tidak memberikan perhatian penuh pada apa yang dikatakan lawan bicara atau menyaring apa yang dikatakan. Sobat hanya fokus pada informasi yang menarik didengar sehingga hanya menerima informasi parsial atau terseleksi yang dapat menyebabkan penarikan kesimpulan yang kurang tepat. Untuk menghindarinya, bisa dimulai dengan menaruh minat tulus pada lawan bicara dan apa yang dikatakannya. Berusahalah secara sadar untuk mendengarkan agar dapat memahami, bukan untuk menjawab, mengoreksi atau mengkritik.

Berikan Perhatian Penuh pada Mitra Komunikasi

Sebagai pemangku pelayanan ASN memiliki banyak tugas yang perlu diprioritaskan. Oleh karenanya, saat sedang mendengarkan lawan bicara Sobat mungkin terdistraksi untuk melirik ponsel pintar sekedar untuk melihat apakah ada update pesan penting terkait pekerjaan. Namun, alih-alih melakukan multiple tasking, Sobat dapat meminimalkan gangguan, mematikan perangkat Sobat atau menonaktifkan sementara aplikasi yang kurang relevan untuk memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara. Dengan memberikan perhatian penuh maka penyerapan informasi dapat meningkat berkali lipat. Hal ini juga membuat lawan bicara merasa dihargai dan dihormati sehingga cenderung lebih percaya dan terbuka dengan Sobat.

Dengarkan Fakta, Perasaan dan Kebutuhan

Ketika berkomunikasi, Sobat memperoleh informasi melalui proses mendengarkan fakta yang dikatakan lawan bicara. Misalnya, kendala yang dialami beberapa pemangku kepentingan atas implementasi aplikasi baru atau program kebijakan terbaru. Meskipun fakta itu sangat penting, kita tidak boleh berhenti menggali informasi hanya sampai disitu. Dengarkan juga apa yang tidak dikatakan oleh lawan bicara, seperti emosi dan kebutuhannya. Seperti yang direkomendasikan oleh Andrea Cohen dalam bukunya yang berjudul Practicing the Art of Compassionate Listening. Perasaan seperti antusiasme, ketulusan, frustasi atau kekecewaan akan memberi tahu bagaimana kondisi seseorang pada saat berbicara. Perasaan tersebut seringkali ditunjukkan melalui ekspresi dan bahasa tubuh. Misalnya nada dan volume suara meninggi serta wajah yang memerah cenderung menunjukkan kemarahan. Kebutuhan adalah motif yang mendasari kita untuk berbicara. Motif ini mengacu pada maksud dan tujuan, serta menjelaskan mengapa kita mengatakan apa yang kita katakan. Oleh karenanya, jangan hanya menerima apa yang dikatakan lawan bicara begitu saja. Pertimbangkan pula bagaimana perasaan orang tersebut dan mengapa dia membagikan informasi tersebut? Apa kepentingan dan kekhawatirannya? Apa yang sebenarnya terjadi? Jika kita tidak yakin atau ingin mencari tahu lebih lanjut, ajukan pertanyaan klarifikasi. Dengan memahami lawan bicara, kita dapat memberikan respon dan melayaninya dengan lebih baik lagi.

Tetap Diam dengan Sengaja

Kebanyakan dari kita merasa tidak nyaman dengan sikap diam dalam percakapan. Ketika sepertinya sudah tidak ada lagi yang ingin diungkapkan maka banyak yang cenderung ingin segera mengakhiri percakapan, atau bisa jadi sebaliknya, sangat menikmati komunikasi sehingga tidak ingin berhenti berbicara. Namun keheningan seringkali diperlukan guna mendorong lawan bicara untuk terus berbicara dan berbagi sesuatu yang mungkin sulit atau kurang nyaman untuknya.  Guna menciptakan ruang nyaman yang diperlukan, berikan jeda sebelum Sobat berbicara sehingga lawan bicara memiliki waktu yang cukup untuk mengungkapkan kesulitan dan keterbatasannya tanpa merasa tergesa-gesa. Selain itu, Sobat juga dapat meresapi apa yang telah didengar sebelum merespon.

Dengarkan dengan Pikiran Terbuka

Sebagai seorang pelayan masyarakat dan bagian dari tim kerja di kantor, kita mungkin memiliki pandangan yang akurat tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kinerja tim. Meskipun memiliki ide dan pendapat adalah hal yang positif, sesekali cobalah untuk menahannya ketika berbicara dan berusaha mendengarkan dengan sikap terbuka. Jangan langsung menghakimi dan mengabaikan sesuatu yang tidak disukai atau disetujui. Cobalah menerima dan menghargai perspektif orang lain meskipun pada awalnya kita menganggapnya salah. Jika tidak, tentu akan sulit untuk menerima semua informasi dan memahami kebutuhan serta perasaan lawan bicara. Dengan menjadi pendengar aktif, barangkali kita akan menemukan bahwa beberapa ide yang pada awalnya biasa-biasa saja ternyata memiliki sisi menarik yang belum diketahui, atau malah menemukan alternatif yang lebih tepat.

Menjadi pendengar aktif tidak hanya mendukung komunikasi yang lebih baik, namun juga dapat membuat kita memiliki empati yang tinggi untuk memutuskan sesuatu dengan mempertimbangkan sudut pandang orang lain, lebih cerdas secara emosional, dan lebih diterima oleh publik. Selain itu, kita juga tidak menjadi pribadi yang mudah membenci sesuatu yang tidak dimengerti.

Nah, jadi selama ini Sobat mendengar untuk merespon atau mendengar untuk memahami?

 

Penulis: Kepala Seksi Informasi – Novika Diah Anggraeni

Daftar Pustaka

Cohen, Andrea S. 2022. Practicing the art of compassionate listening. Bainbridge, WA:Compassionate Listening Project

Covey, Stephen R. 2020. The 7 Habits of Highly Effective People. New York:Simon & Schuster

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini