“Saya mengingatkan
diri saya sendiri setiap pagi. Tidak ada perkataan saya hari ini yang akan
mengajarkan saya hal yang baru. Jadi, jika saya ingin berkembang, saya harus
melakukannya dengan mendengarkan” (Larry King)
Mendengarkan para pemangku
kepentingan, kolega dan sesama anggota tim sangat penting bagi para ASN.
Menjadi pendengar aktif dapat membantu membangun hubungan yang baik, membuka
wawasan baru dan mendorong keputusan inklusif. Sayangnya, di dalam sebuah percakapan
biasanya Sobat sibuk mengupdate informasi yang disampaikan dan meyakinkan
individu lawan bicara hingga lupa mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Mendengarkan untuk Memahami, Bukan
untuk Merespon
Steve Covey dalam bukunya The 7
Habits of Highly Effective People mengatakan bahwa, pada umumnya orang
tidak mendengarkan untuk memahami, mereka mendengarkan untuk menjawab.
Acapkali pendapat tersebut ada benarnya, Sobat sering mendengarkan dengan
tujuan tertentu, dengan maksud untuk merespon, berbagi pandangan atau
meyakinkan orang lain. Akibatnya, Sobat tidak memberikan perhatian penuh pada
apa yang dikatakan lawan bicara atau menyaring apa yang dikatakan. Sobat hanya
fokus pada informasi yang menarik didengar sehingga hanya menerima informasi
parsial atau terseleksi yang dapat menyebabkan penarikan kesimpulan yang
kurang tepat. Untuk menghindarinya, bisa dimulai dengan menaruh minat tulus pada
lawan bicara dan apa yang dikatakannya. Berusahalah secara sadar untuk
mendengarkan agar dapat memahami, bukan untuk menjawab, mengoreksi atau
mengkritik.
Berikan Perhatian Penuh pada Mitra
Komunikasi
Sebagai pemangku pelayanan ASN
memiliki banyak tugas yang perlu diprioritaskan. Oleh karenanya, saat sedang
mendengarkan lawan bicara Sobat mungkin terdistraksi untuk melirik ponsel
pintar sekedar untuk melihat apakah ada update pesan penting terkait
pekerjaan. Namun, alih-alih melakukan multiple tasking, Sobat dapat
meminimalkan gangguan, mematikan perangkat Sobat atau menonaktifkan sementara
aplikasi yang kurang relevan untuk memberikan perhatian penuh kepada lawan
bicara. Dengan memberikan perhatian penuh maka penyerapan informasi dapat meningkat berkali lipat. Hal ini juga membuat lawan bicara merasa
dihargai dan dihormati sehingga cenderung lebih percaya dan terbuka dengan
Sobat.
Dengarkan Fakta, Perasaan dan
Kebutuhan
Ketika berkomunikasi, Sobat memperoleh informasi melalui proses mendengarkan fakta yang dikatakan lawan bicara.
Misalnya, kendala yang dialami beberapa pemangku kepentingan atas implementasi
aplikasi baru atau program kebijakan terbaru. Meskipun fakta itu sangat
penting, kita tidak boleh berhenti menggali informasi hanya sampai disitu.
Dengarkan juga apa yang tidak dikatakan oleh lawan bicara, seperti emosi dan
kebutuhannya. Seperti yang direkomendasikan oleh Andrea Cohen dalam bukunya
yang berjudul Practicing the Art of Compassionate Listening. Perasaan
seperti antusiasme, ketulusan, frustasi atau kekecewaan akan memberi tahu
bagaimana kondisi seseorang pada saat berbicara. Perasaan tersebut seringkali
ditunjukkan melalui ekspresi dan bahasa tubuh. Misalnya nada dan volume suara meninggi serta wajah yang memerah cenderung menunjukkan kemarahan. Kebutuhan adalah motif yang
mendasari kita untuk berbicara. Motif ini mengacu pada maksud dan tujuan, serta
menjelaskan mengapa kita mengatakan apa yang kita katakan. Oleh karenanya,
jangan hanya menerima apa yang dikatakan lawan bicara begitu saja.
Pertimbangkan pula bagaimana perasaan orang tersebut dan mengapa dia membagikan
informasi tersebut? Apa kepentingan dan kekhawatirannya? Apa yang sebenarnya
terjadi? Jika kita tidak yakin atau ingin mencari tahu lebih lanjut, ajukan
pertanyaan klarifikasi. Dengan memahami lawan bicara, kita dapat memberikan
respon dan melayaninya dengan lebih baik lagi.
Tetap Diam dengan Sengaja
Kebanyakan dari kita merasa tidak
nyaman dengan sikap diam dalam percakapan. Ketika sepertinya sudah tidak ada
lagi yang ingin diungkapkan maka banyak yang cenderung ingin segera mengakhiri
percakapan, atau bisa jadi sebaliknya, sangat menikmati komunikasi sehingga
tidak ingin berhenti berbicara. Namun keheningan seringkali diperlukan guna
mendorong lawan bicara untuk terus berbicara dan berbagi sesuatu yang mungkin sulit
atau kurang nyaman untuknya. Guna
menciptakan ruang nyaman yang diperlukan, berikan jeda sebelum Sobat berbicara
sehingga lawan bicara memiliki waktu yang cukup untuk mengungkapkan kesulitan
dan keterbatasannya tanpa merasa tergesa-gesa. Selain itu, Sobat juga dapat
meresapi apa yang telah didengar sebelum merespon.
Dengarkan dengan Pikiran Terbuka
Sebagai seorang pelayan masyarakat dan
bagian dari tim kerja di kantor, kita mungkin memiliki pandangan yang akurat
tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
meningkatkan kinerja tim. Meskipun memiliki ide dan pendapat adalah hal yang
positif, sesekali cobalah untuk menahannya ketika berbicara dan berusaha
mendengarkan dengan sikap terbuka. Jangan langsung menghakimi dan mengabaikan
sesuatu yang tidak disukai atau disetujui. Cobalah menerima dan menghargai
perspektif orang lain meskipun pada awalnya kita menganggapnya salah. Jika
tidak, tentu akan sulit untuk menerima semua informasi dan memahami kebutuhan
serta perasaan lawan bicara. Dengan menjadi pendengar aktif, barangkali kita
akan menemukan bahwa beberapa ide yang pada awalnya biasa-biasa saja ternyata
memiliki sisi menarik yang belum diketahui, atau malah menemukan alternatif
yang lebih tepat.
Menjadi pendengar aktif tidak hanya
mendukung komunikasi yang lebih baik, namun juga dapat membuat kita memiliki
empati yang tinggi untuk memutuskan sesuatu dengan mempertimbangkan sudut
pandang orang lain, lebih cerdas secara emosional, dan lebih diterima oleh
publik. Selain itu, kita juga tidak menjadi pribadi yang mudah membenci sesuatu
yang tidak dimengerti.
Nah, jadi selama ini Sobat mendengar
untuk merespon atau mendengar untuk memahami?
Penulis: Kepala Seksi Informasi – Novika Diah
Anggraeni
Daftar Pustaka
Cohen, Andrea S. 2022. Practicing
the art of compassionate listening. Bainbridge, WA:Compassionate Listening Project
Covey, Stephen R. 2020. The 7
Habits of Highly Effective People. New York:Simon & Schuster