Pontianak, 28 Juli 2023 –
Perekonomian global masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain isu geopolitik, volatilitas sektor keuangan,
dan pelemahan sektor manufaktur. Namun demikian, ekonomi domestik tetap terjaga solid,
ditandai dengan neraca perdagangan yang kuat, aktivitas konsumsi yang bertumbuh, dan inflasi yang
terkendali. Kinerja APBN 2023 hingga Semester I
juga tetap kuat seiring
pendapatan negara yang terjaga positif meski menunjukkan tren perlambatan, dan kinerja belanja negara yang
bertumbuh. Demikian disampaikan dalam publikasi
APBN KiTa Edisi Juli 2023 oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati,
pada 24 Juli 2023.
Kondisi
Perekonomian Kalimantan Barat Terkini
Optimisme kinerja APBN
didukung dengan kondisi perekonomian regional yang solid, termasuk Provinsi Kalimantan Barat. Ekonomi
Kalimantan Barat pada Triwulan I-2023 tumbuh
4,65 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya, namun terhadap Triwulan
IV-2022 mengalami kontraksi sebesar 0,59 persen (q-to-q).
“Pada Triwulan II 2023
perekonomian Kalbar diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Proyeksi ini masih
sejalan dengan rentang outlook pertumbuhan ekonomi Pemerintah. Selain itu, resiliensi
Indonesia, khususnya Kalbar masih terjaga di tengah peningkatan risiko global, hal ini diiringi
oleh Kalbar yang terus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga tingkat inflasi,” ungkap Kepala
Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Barat, Kukuh Sumardono Basuki.
Untuk inflasi sendiri,
berdasarkan hasil pemantauan BPS gabungan 3 kota IHK di Kalimantan Barat pada Juni 2023 terjadi inflasi year-on-year sebesar 4,10 persen atau
terjadi peningkatan Indeks Harga
Konsumen (IHK) dari 116,14 pada Mei 2022 menjadi 116,45 pada Juni 2023. Tingkat
inflasi month to month (mtm) dan tingkat inflasi year to date (ytd) Juni 2023 sebesar 0,27 persen dan 1,46 persen.
Nilai neraca perdagangan
Kalimantan Barat Mei 2023 surplus US $ 81,24 juta, sedangkan secara kumulatif Januari - Mei 2023 juga
surplus US $ 613,16 juta. Terdiri dari Ekspor senilai US $115,31 Juta dan Impor senilai US $34,07
Juta. Sementara Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Barat pada Juni 2023 sebesar 133,10 poin atau
turun 2,92 persen dibanding Mei 2023 (137,11). Meski NTP ini mengalami penurunan, namun NTP Kalbar
masih menduduki nilai NTP tertinggi se-Regional
Kalimantan.
Kinerja
APBN Regional Kalbar s.d. Juni 2023
Hingga akhir Juni 2023, Pendapatan Negara dalam APBN Kalbar
tercapai sebesar Rp5,6 triliun atau
sebesar 46,65 persen dari target yang ditetapkan di tahun 2023, yaitu Rp12,08
triliun.
Penerimaan ini masih
didominasi oleh penerimaan perpajakan dari PPN dan PPh, yang masing masing
terealisasi sebesar Rp2.299,31 miliar dan Rp2.403,54 miliar. Seluruh pos
penerimaan mengalami kontraksi, kecuali
pada Cukai , Pajak Lainnya, dan PNBP. Perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak antara lain disebabkan oleh
penurunan harga minyak bumi yang menyebabkan
kontraksi PPh Migas, penurunan impor yang berimplikasi pada PPh 22 Impor
dan PPN Impor, serta kebijakan Program
Pengungkapan Sukarela (PPS) tahun lalu yang tidak terulang pada tahun 2023.
Per 30 Juni 2023, realisasi
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai menurun cukup drastis akibat penurunan dari Pos Bea Masuk dan Bea
Keluar, sedangkan Penerimaan Cukai masih
menunjukkan kinerja positif. Penerimaan Bea Masuk terealisasi sebesar
Rp21,34 miliar atau sebesar 71,40 persen
dari target di tahun 2023 sebesar Rp36,11 miliar. Bea Keluar terealisasi
Rp215,92 miliar atau sebesar 41,09
persen dari target Rp1,6 triliun, yang mana realisasi ini mengalami
penurunan sebesar 80,62 persen dibanding
tahun lalu (yoy) akibat penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) dan adanya kebijakan pembersihan (flush out) stok CPO yang mendorong
tingginya ekspor CPO pada Juni 2022
lalu. Sementara itu, Penerimaan Cukai terealisasi sebesar Rp39,78 miliar hingga
akhir Juni 2023.
Kinerja Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) hingga Juni 2023 mengalami kenaikan yang cukup drastis dibanding periode
sebelumnya, mencapai Rp576,81 miliar (72,07 persen dari target Rp800,34 miliar) atau tumbuh positif 18,99
persen. Realisasi ini terdiri dari PNBP Lainnya yang mencapai Rp107,09 miliar dan Pendapatan Badan Layanan
Umum (BLU) Rp45,41 miliar. Capaian positif ini
terutama didominasi oleh Satker Kepolisian dan Imigrasi serta
perpanjangan waktu pembayaran UKT,
Dari sisi belanja Regional Kalbar, realisasi s.d. 30 Juni 2023 adalah
sebesar Rp13,2 triliun atau sebesar
42,86 persen dari total pagu anggaran Rp30,8 triliun, terdiri dari Belanja
Pemerintah Pusat (K/L) sebesar Rp4,5
triliun dan Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp8,7 triliun.
Seluruh pos belanja pemerintah pusat mengalami peningkatan serapan (yoy),
sedangkan TKDD megalami kontraksi
kecuali pada Dana Bagi HAsil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Fisik.
Pada jenis belanja barang (52)
dan belanja modal (53) penyebab utama penyumbang ketidakserapan anggaran tinggi tersebut
adalah lambatnya juknis pelaksanaan anggaran,
perubahan jadwal kegiatan yang sudah ditentukan, adanya kelebihan
anggaran sehingga mengharuskan
optimalisasi belanja modal serta lambatnya pengajuan supplier.
Kinerja APBD
(Konsolidasi) Kalbar hingga Akhir Juni 2023
Target pendapatan daerah dalam
APBD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2023 adalah sebesar Rp25,98 triliun dan Pagu Belanja
sebesar Rp26,9 triliun, sehingga terdapat rencana defisit sebesar Rp916,47 miliar, dengan pembiayaan
sebesar Rp899,45 miliar dan Sisa Kurang
Pembiayaan Anggaran (SiKPA) sebesar Rp17,02 miliar. Hingga 30 Juni 2023,
realisasi pendapatan daerah (konsolidasi) Kalbar
menunjukkan capaian sebesar Rp8,56 triliun, yang mana masih didominasi oleh pendapatan transfer
sebesar 74,58 persen dari total pendapatan atau sekitar Rp6,38 triliun. Sedangkan, untuk Pendapatan
Asli Daerah berkontribusi sebesar Rp2,1 triliun. Pada sisi belanja daerah, realisasi
s.d. 30 Juni 2023 sebesar Rp6,8 triliun atau baru sebesar 25,34 persen. Dengan kondisi ini, maka APBD Kalbar masih
surplus sebesar Rp1,74 triliun.
“Untuk melihat kemampuan
daerah dalam menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukur melalu kinerja keuangan daerah.
Dalam mengukur kinerja keuangan daerah dapat
digunakan derajat desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan
daerah antara lain perbandingan antara
PAD dengan total penerimaan daerah. Dilihat dari Rasio Desentralisasi
Fiskal atau perbandingan antara PAD dan
total pendapatan daerah, untuk APBD Provinsi saja sudah cukup baik, yaitu berada di angka 58,74
persen sementara untuk konsolidasi kabupaten dan kota lingkup Kalbar masih berada di angka 13,49 persen,”
tegas Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Barat.
Melihat kinerja Pendapatan dan
Belanja dalam APBD Kalbar, secara umum menunjukkan bahwa dukungan dana pusat melalui TKDD masih
menjadi faktor dominan untuk pendanaan pada
APBD Konsolidasi Kalimantan Barat. Namun, apabila dirinci per
masing-masing Pemda, untuk APBD Provinsi
Kalbar rasio pendapatan transfer per total pendapatan berada dibawah 50 persen,
yaitu sebesar 41,2 persen%, sementara
konsolidasi seluruh kabupaten/kota sebesar 86,37 persen.
Dukungan Pemerintah kepada UMKM Sebagai Penggerak
Perekonomian
Setiap penyaluran KUR dan UMi
terdapat subsidi bunga dari pemerintah yang manfaatnya seharusnya bisa dirasakan oleh seluruh
masyarakat, bukan hanya di daerah tertentu, namun hingga pelosok negeri sekalipun. Dalam hal ini
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan terus
melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap penyaluran KUR
dan UMi di Wilayah Kalimantan Barat serta mendorong pemerintah daerah dengan
berkolaborasi perbankan agar semakin
menguatkan pembiayaan terhadap pelaku usaha di daerah.
Sampai dengan 30 Juni 2023, penyaluran KUR di Kalimantan Barat
mencapai Rp1,75 triliun untuk 25.643
Debitur. Sama seperti tahun sebelumnya, penyaluran KUR terbesar terdapat
di Kabupaten Kubu Raya dengan total
penyaluran Rp251,84 miliar diikuti oleh Kota Pontianak dengan penyaluran Rp230,49 miliar.
Trend penyaluran akumulatif
KUR bulanan mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tidak
hanya di Kalbar namun hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Penurunan tersebut terjadi akibat adanya perubahan
persyaratan debitur pada kebijakan KUR
terbaru tahun 2023, di antaranya sanksi yang dikenakan kepada perbankan yang
menetapkan agunan tambahan untuk KUR
Mikro sehingga bank menjadi semakin selektif memilih calon debitur. Pengenaan bunga berjenjang menjadi salah satu
kendala penyaluran yang menyebabkan banyak
debitur berulang mempermasalahkan hal tersebut. Selain itu kesalahan
pencatatan kredit konsumtif untuk
konsumsi Rumah Tangga tetapi dalam SLIK tercatat sebagai kredit investasi
sehingga calon debitur menjadi masalah
debitur yang hendak mengajukan KUR.
Sementara itu, jumlah penyaluran pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
hingga 30 Juni 2023 mencapai 3.375
Debitur dengan total penyaluran sebesar Rp15,80 miliar. Kota Pontianak
menjadi wilayah dengan jumlah debitur
UMi paling banyak yaitu 656 debitur dengan total penyaluran sebesar Rp2,92 miliar diikuti oleh Kabupaten Ketapang
sebesar Rp2,44 miliar. Sementara itu s.d. akhir bulan Juni ini masih belum terdapat penyaluran di
Kabupaten Melawi.
Sebagai kesimpulan, hingga
Semester I 2023 kinerja perekonomian domestik dan APBN masih tetap solid dan kuat di tengah
tantangan dan perlambatan ekonomi global. Pendapatan dan belanja negara tumbuh positif, begitu juga
pendapatan dan belanja negara pada Regional
Kalimantan Barat. Pemerintah
akan terus menggali sektor ekonomi dan mengoptimalkan belanja negara untuk memberikan dampak dan manfaat
yang lebih besar bagi masyarakat. Dinamika global akan terus diantisipasi dan dimitigasi
dampaknya terhadap perekonomian domestik.