Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
   150 991      Login Pegawai
Berita Kanwil DJKN Kalimantan Barat
Siaran Pers: APBN Terus Dikelola Hati-hati untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Memperkuat Fondasi Ekonomi Nasional

Siaran Pers: APBN Terus Dikelola Hati-hati untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Memperkuat Fondasi Ekonomi Nasional

SAMBA DEWANGGA SUHARTO
Senin, 23 Juni 2025 |   23 kali

A. Perkembangan APBN hingga 31 Mei 2025 

  1. Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp995,3 triliun, atau 33,1% atas target APBN. Penerimaan Pajak mencapai Rp683,3 triliun (31,2% target APBN). Penerimaan pajak realisasi bruto bulan Mei masih mencatatkan pertumbuhan meski secara neto tertekan karena restitusi yang cukup tinggi terutama dari PPh badan. Penerimaan pajak bulan Juni diperkirakan terus membaik dipengaruhi penerimaan PPN DN masa April, peningkatan PPh badan dan pajak atas impor.  
  2. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp122,9 triliun (40,7% target APBN), ditopang penerimaan Bea Keluar yang tumbuh 69,1% (yoy) dan Cukai yang tumbuh 11,3% (yoy). Pertumbuhan Bea Keluar dipengaruhi kenaikan harga dan volume ekspor CPO, sementara Cukai, dipengaruhi dampak kebijakan penundaan pelunasan pita cukai dari 3 bulan (2024) menjadi 2 bulan (2025). 
  3. Realisasi PNBP mencapai Rp188,7 triliun (36,7% target APBN). Kinerja PNBP dipengaruhi dinamika kebijakan dan volatilitas harga komoditas. PNBP SDA s.d. Mei telah mencapai 39,5%, PNBP lainnya mencapai 46,5%, terutama ditopang oleh PNBP dari layanan Kementerian/Lembaga. Sementara itu, Pendapatan BLU telah mencapai 41,4%, dipengaruhi peningkatan pendapatan BLU non sawit.  
  4. Belanja Negara terealisasi sebesar Rp1.016,3 triliun (28,1% pagu APBN). Komponen Belanja Pemerintah Pusat (BPP) terealisasi sebesar Rp694,2 triliun (25,7% pagu). Belanja K/L terealisasi sebesar Rp325,7 triliun (28,1% pagu), antara lain dipengaruhi penyaluran Bansos (PBI JKN, PKH, kartu sembako, PIP, dan KIP Kuliah). Belanja Non-K/L terealisasi sebesar Rp368,5 triliun (23,9% pagu) terutama dipengaruhi pembayaran manfaat pensiun dan pembayaran subsidi tepat waktu. 
  5. Transfer ke Daerah (TKD) terealisasi Rp322,0 triliun (35,0% pagu APBN). Penyaluran TKD tumbuh 0,3% (yoy) dipengaruhi penyaluran DAU, DBH dan Insentif Fiskal yang meningkat karena kepatuhan syarat salur. Di sisi lain, jenis TKD lainnya mengalami perlambatan karena pemenuhan syarat salur dan dampak kebijakan penyaluran Dana Desa tahap II. 
  6. APBN sampai dengan 31 Mei 2025 mengalami defisit sebesar Rp21,0 triliun (0,09% PDB) dengan keseimbangan primer tercatat positif sebesar Rp192,1 triliun. Pembiayaan anggaran terealisasi Rp324,8 triliun. Pembiayaan APBN akan terus dikelola dengan hati-hati mempertimbangkan kondisi pasar, perkembangan kebutuhan pembiayaan, dan posisi kas. 
  7. Ketidakpastian ekonomi, pasar keuangan dan dinamika geopolitik dunia yang berdampak pada ekonomi domestik perlu direspon dengan cepat namun tetap terukur. APBN merespon dinamika tersebut dengan belanja yang perlu terus diakselerasi namun tetap efisien dan langsung berdampak pada masyarakat. Kinerja penerimaan negara di tengah gejolak ekonomi juga terus dioptimalkan melalui berbagai terobosan dan inisiatif strategis. APBN juga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai stimulus dan insentif belanja dan investasi yang berkualitas dan tepat sasaran.


B. Perkembangan Perekonomian 

  1. PMI manufaktur global bulan Mei 2025 terus tertekan di zona kontraksi, sebesar 49,6 (April 49,8). Negara yang masih mengalami ekspansi adalah Australia, AS, Arab Saudi dan India. Sedangkan negara-negara yang berada di zona kontraksi antara lain Thailand, Jepang, Inggris, Kanada, Eropa dan termasuk Indonesia. 
  2. Meskipun kesepakatan AS-China tercapai, kebijakan perdagangan global masih dalam pusaran ketidakpastian. Dampak langsung dan tidak langsung terhadap Indonesia perlu direspon dengan langkah  mitigasi untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. 
  3. Harga komoditas energi melonjak dampak serangan Israel ke Iran, sementara harga tembaga menguat didorong spekulasi tarif AS. Harga minyak bumi (Brent) s.d. 13 Juni 2025 naik sebesar 11,0% secara (month over month/mom), meski masih kontraksi -15,0% secara year on year (yoy). Harga batu bara naik 5,0% (mom), namun kontraksi -21,0% (yoy). Harga CPO naik 4,0% (mom) dan 18,0% (yoy). Harga beras naik 15,0% (mom) dan 3,0% (yoy). Harga tembaga naik 0,5% (mom), dan 3,0% (yoy). Sementara harga nikel turun -4,0% (mom), dan 12,0% (yoy). 
  4. Volatilitas pasar keuangan domestik masih berlanjut dampak sentimen global, meski yield SBN (Indonesia Government Bonds) tetap resilien di tengah ketidakpastian. Per 13 Juni 2025, yield SUN 10 tahun 6,72% atau turun 25 bps secara ytd. Pasar SBN mencatatkan inflow Rp53,9 triliun (ytd), sedangkan pasar saham mengalami outflow Rp49,1 triliun (ytd). SRBI (Surat Berharga Bank Indonesia) mengalami outflow Rp19,3 triliun (ytd). Nilai tukar Rupiah melemah 0,97% (ytd), namun bulan Juni menguat 0,18% (mtd 11/6).  
  5. Inflasi domestik bulan Mei 2025 terkendali sebesar 1,60% (yoy), -0,37% (mtm) dan 1,19% (ytd),  dampak harga pangan yang terus terkendali didukung stok yang memadai, sementara inflasi inti masih dalam tren positif.  
  6. Indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tanda pemulihan, di tengah tingginya risiko global. Ekspektasi ke depan ditopang indikator konsumsi yang menunjukkan optimisme dengan IKK bulan Mei sebesar 117,5. Indikator konsumsi listrik di sektor bisnis tumbuh 4,5?n sektor industri tumbuh 6,7% (yoy). Namun demikian PMI Manufaktur yang berada di zona kontraksi dan indikator konsumsi lain yang menunjukkan pelemahan membutuhkan kewaspadaan dan respons kebijakan yang tepat dan terukur. 

***

Floating Icon