Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Pulau Lemukutan, Surga Kecil di Pesisir Kalimantan
Aminah Nurmillah
Kamis, 03 Juni 2021   |   27149 kali

Provinsi Kalimantan Barat adalah provinsi yang terkenal dengan hutan hujan tropisnya yang masih asri, sungai Kapuas yang membentang dari hulu hingga ke hilir, dan  juga panorama Danau Sentarum yang merupakan danau rawa terluas di Asia Tenggara. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Kalimantan Barat juga memiliki potensi wisata bahari yang layak dipertimbangkan untuk dikunjungi ketika anda sedang berada di provinsi ini.

Pulau Lemukutan adalah sebuah pulau yang secara administratif terletak di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Saya memulai perjalanan menuju Pulau Lemukutan dari Pontianak menggunakan mobil menuju ke dermaga penyeberangan yang berjarak sekitar 130 Km dengan waktu tempuh sekitar tiga setengah jam. Sesampainya di dermaga terlihat  kapal-kapal kayu sederhana yang digunakan untuk mengangkut orang maupun barang dari dan menuju ke Pulau Lemukutan.

Perjalanan dari dermaga menuju ke Pulau Lemukutan memakan waktu sekitar satu jam. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi dengan pemandangan pulau-pulau eksotik yang menggugah rasa penasaran karena sebagian besar pulau tersebut tidak berpenduduk. Hembusan angin khas lautan diiringi dengan hempasan ombak kecil membuat kita seolah-olah tidak percaya masih berada di Kalimantan Barat yang lebih dikenal dengan kekayaan alam berupa hutan dan sungai.

Sesampainya di Pulau Lemukutan, kita langsung disuguhi dengan pemandangan air laut sebening kristal yang tak sanggup untuk menyembunyikan keindahan terumbu karang bawah laut yang masih terjaga dengan baik. Tanpa membuang waktu, saya langsung menuju ke pantai untuk menikmati eksotisme pulau ini. Sebagian besar pantai di pulau ini ditutupi oleh kerikil halus yang memanjakan kaki ketika kita berjalan di atasnya. Irama pohon kepala yang berayun mengikuti hembusan angin diiringi kicauan burung seakan membuat kita berada di sebuah pulau yang jauh dari peradaban manusia.

Pada saat menusuri jalan-jalan yang ada di pulau ini, hampir semua penduduk        menyapa saya dan memberikan senyuman. Keramahan penduduk Pulau Lemukutan membuat saya merasa nyaman ketika berjalan menelusuri jalan di pulau  yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki atau kendaraan roda dua, karena memang tidak ada mobil yang berkeliaran di pulau ini. Puas berjalan kaki mengelilingi pulau, saya pun memutuskan untuk melakukan snorkelling menikmati keindahan bawah laut Pulau Lemukutan. Ini merupakan kali pertama saya melakukan snorkelling sehingga beberapa kali air laut pun masuk melalui hidung maupun mulut. Akan tetapi semuanya itu terbayar dengan panorama terumbu karang bawah laut Pulau Lemukutan yang sukses memanjakan mata dengan variasi warnanya yang beragam disertai ikan Nemo yang biasanya hanya bisa dilihat di kartun fiksi kini hanya berjarak beberapa meter dari hadapan saya.

Suasana malam di Pulau Lemukutan sangat jauh berbeda dengan yang biasanya saya alami diperkotaan. Sebagian besar warga bahkan tidak menutup pintu rumah mereka pada malam hari karena memang mereka sudah mengenal sesama warga yang ada di pulau ini. Senyum lebar para nelayan yang pulang dengan perahu penuh ikan menjadi pemanis malam yang damai di pulau itu.

Keeseokan harinya sebelum pulang, tidak lupa saya menikmati hidangan ikan laut hasil tangkapan para nelayan tadi malam. Menyantap ikan segar sambil disuguhi pemandangan anak-anak yang bermain di tepi pantai membuat hati terasa damai. Kapal yang saya tunggu pun telah tiba, barang-barang telah dikemas dan siap meninggalkan pulau ini. Meskipun ini merupakan kunjungan pertama, tapi yang pasti saya akan mengunjungi pulau ini lagi di di kesempatan berikutnya.

Penulis: Fortunatus Okta Yubeliem, Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJKN Kalbar


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini