Oleh:
Khusnawan Sigit Susanto, M.Ec.Dev.,
M.H.I.
Universalitas nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an akan selalu relevan untuk setiap manusia pada setiap
tempat dan waktu. Nilai-nilai tersebut akan selalu menjadi inspirasi bagi
setiap insan pada kesempatan pertama dan senantiasa bermuatan ilmu yang
moderat, tanpa mendikotomi ilmu bumi dan ilmu langit. Maka dari itu, hendaknya
setiap pemikiran, konsep, dan inspirasi berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Implementasi Surat Al-Fatihah
secara kontekstual dalam hal manajemen, yaitu dipandang dari sisi pembangunan
kapasitas leadership
dan nilai-nilai Kementerian
Keuangan. Sebagaimana Al-Fatihah yang merupakan surat yang pertama dengan
julukan intisari kalam Ilahi, akan sangat relevan jika inspirasi
prinsip-prinsip leadership
dan nilai-nilai Kementerian Keuangan
yang terkandung di dalamnya mewarnai fondasi pegawai sebelum hal-hal penting lainnya.
Takdir telah menggariskan
kepada kita, bahwa setiap kita ternyata adalah pemimpin, yaitu untuk memimpin
orang lain, memimpin organisasi, memimpin keluarga, maupun memimpin diri
sendiri.
1.
Kapasitas
Spiritual (Pembentukan Nilai Integritas)
“Bismillahirrahmaanirrahiim”
(dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Keutamaan basmalah:
sebagai kalimat yang mengawali segala sesuatu di dunia dan akhirat. Membimbing
orang yang kita pimpin kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan mengarahkan anggota
mengkultuskan dirinya. Ketaatan dan loyalitas pada Pemimpin, bukan individunya.
Karena pemimpin akan selalu berganti, sedangkan individu akan terbatasi oleh usia.
Dari individu, yang dibangun adalah keteladanan terhadap sosoknya, sedangkan
loyalitas terhadap instrumen organisasi.
Memberikan coaching dalam
bingkai nilai-nilai yang rabbani, ketaatan yang berlandaskan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
2.
Kapasitas
Managerial (Pembentukan Nilai Profesionalisme)
“Alhamdulillahirabbil
‘alamiin” (segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam)
(dapat
mengelola bawahan/anggota, administrasi, masalah, dll)
Al-Hamdu
Rabb adalah pemilik,
penguasa, pengendali, pemelihara
‘Alamin, mencakup
setiap angkatan/generasi, kurun, zaman juga
3.
Kapasitas
Attitude (Pembentukan Nilai Pelayanan)
Yang
Maha Pengasih, Maha Penyayang,
(memiliki sikap dan
perilaku yang baik)
Sifat Pengasih (semua
anggota organisasi) dan Penyayang (bagi anggota tertentu)
4.
Kapasitas
Execution dan Nilai Pelayanan
“Maaliki
yaumiddiin” (yang menguasai Hari Pembalasan)
(dapat memutuskan
sesuatu dengan tepat)
5.
Kapasitas
Role Model (Pembentukan Nilai Sinergi)
“iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’iin” (hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada
Engkau kami memohon pertolongan)
Ilustrasi
yang senantiasa hidup dalam jiwa, dimana menggambarkan puncak loyalitas seseorang
dan pengabulan permohonan. Spirit yang terkandung adalah bagaimana sosok seorang
pemimpin dapat menjadi teladan yang baik dan terbaik bagi semua anggota
organisasi. Sebagai timbal baliknya, maka seorang pemimpin akan mendapatkan
cinta dan loyalitas yang tinggi dari anggota, tanpa ada hal yang meragukan
adanya sifat hipokrit dari mereka.
6.
Kapasitas
Visioner (Pembentukan Nilai Integritas)
“ihdinash
shiraathal mustaqiim” (tunjukilah kami jalan yang lurus)
Shirathal mustaqim adalah jalan yang terang dan lurus, yaitu jalan
orang-orang yang diberi petunjuk, istiqamah (konsisten). Jalan yang paling
cepat untuk mencapai tujuan, dan jalan yang baik (memiliki pandangan yang jauh
ke depan), bukan jalan yang bengkok dan berbelok, sehingga jalan ini adalah
jalan yang konsisten terhadap apa yang ingin dituju.
Kapasitas 7: Evaluation (Pembentukan Nilai Kesempurnaan)
(yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Konsisten melakukan evaluasi
dan controlling atas pekerjaan yang telah dilakukan.
Apa yang tertulis di atas merupakan sebuah
kontemplasi untuk menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an,
menjadikan motivasi, spirit, dan inspirasi sehingga lebih implementatif dalam
kehidupan sehari-hari kita. Sebagaimana Allah menciptakan manusia hanya untuk
beribadah kepada-Nya, maka kita harus bisa mentransformasikan semua aktivitas agar
dapat bernilai ibadah yang dapat kita rasakan.
Bacaan:
1. Tafsir Ibnu Katsir
2.
Tafsir HAMKA
3.
Buku Saku
Nilai-nilai Kementerian Keuangan