Pembangunan Bendungan Karian sudah
direncanakan sejak tahun 1980-an dan baru dimulai sejak Oktober 2015 dengan
mengeluarkan anggaran Rp1,3 triliun. Anggaran pembangunan yang menggunakan
sumber dana APBN ini dimanfaatkan untuk meningkatkan pasokan air bagi lahan
pertanian seluas 22.000 hektar di Provinsi Banten yang diharapkan dapat
menunjang pasokan air irigasi selain dari Sungai Cidanau, Sungai Ciujung, dan
Sungai Cidurian.
Bendungan yang dikerjakan oleh
kontraktor Daelim Industrial Co, LTD, PT. Wijaya Karya (Persero), dan PT.
Waskita Karya (Persero) ini akan menjadi sumber air baku bagi 5 juta penduduk
yang diperkirakan akan menampung 314,7 juta m3 dan luas genangan
maksimum sebesar 1,740 hektar yang dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan
suplesi ke Daerah Irigasi (DI) Ciujung dengan luas 22.000 hektar.
Bendungan Karian menjadi salah satu dari
65 bendungan yang dibangun oleh Kementerian PUPR pada periode 2015-2019 untuk
mewujudkan Nawacita terutama mewujudkan kedaulatan pangan dan ketahanan air.
Keberadaan bendungan ini berpotensi
sebagai tujuan wisata air di Kabupaten Lebak serta pembangkit energi Listrik
sebesar 1,8 megawatt bagi 10.000 kepala keluarga yang berada di 40 desa atau 4
kecamatan di sekitar bendungan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTMH). Oleh karena itu, Bendungan Karian akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah dengan
menumbukan para pelaku usaha di sekitar bendungan dengan membuka usaha jasa
seperti transportasi, penginapan, kuliner, kerajinan, dan lain sebagainya.
Bendungan yang dibangun di Desa
Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten ini akan
menjadi waduk terbesar ketiga setelah
Waduk Jatiluhur dan Waduk Jatigede yang akan menyuplai kebutuhan air
untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan dan industri di 9 Kota/Kabupaten di
Provinsi Jakarta dan Banten.
Perencanaan bendungan ini juga akan
dimanfaatkan sebagai pengendali banjir di wilayah hilir Provinsi Banten,
termasuk jalan tol Jakarta-Merak, yang berkapasitas tampungan banjir sebesar
60,8 juta m3. Kemampuan Bendungan Karian ini diharapkan dapat
mengurangi luapan banjir Sungai Ciujung hingga 30%. Sebelumnya air Sungai Ciujung
pernah meluap membanjiri jalan tol tahun 2014 lalu di Tol Jakarta-Merak.
Bagi Kabupaten Lebak yang berpenduduk 27
juta jiwa itu, keberadaan Bendungan Karian yang strategis dapat menyerap tenaga
kerja. Setidaknya dapat mengurangi angka kemiskinan sebanyak 2,17 persen (BPS
Banten 2022).
“Kami meyakini Bendungan Karian dapat
membangkitkan ekonomi masyarakat sehingga mampu mengatasi kemiskinan dan
pengangguran,” kata Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.
Pemkab Lebak telah menyediakan lahan
seluas 3.000 hektar untuk pengembangan kawasan industri setelah adanya dukungan
pasokan air yang cukup besar dari Waduk Karian selain dari daerah aliran sungai
Ciliman dan Cidurian.
Kementerian Investasi juga berjanji
membawa investor untuk menanamkan modal di Lebak yang nantinya akan bergerak di
bidang manufaktur, perikanan, perkebunan dengan karakter industri yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
Pembangunan bendungan Waduk Karian yang
diresmikan awal tahun 2024 ini telah menenggelamkan puluhan perkampungan di 11
desa di Kecamatan Sajira, Cimarga, Maja dan Rangkasbitung. Saat ini bekas
perkampungan yang sudah tenggelam dapat dikunjungi warga dari luar daerah
dengan menaiki perahu.
Masyarakat sebelumnya yang bertempat
tinggal di Perkampungan Bolang Kecamatan Sajira kini sudah direlokasi ke tempat
lain yang lokasinya tidak jauh dengan Waduk Karian. Ratusan kepala keluarga
membangun perumahan usai menerima uang pembebasan lahan untuk pembangunan
waduk.
Penulis : Rizka Maulina - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu Komunikasi
keterangan :
Foto diambil dari : poskota.co.id (https://poskota.co.id/2023/08/20/telan-anggaran-rp13-triliun-bendungan-karian-di-lebak-bakal-diresmikan-jokowi)