Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
   150 991      Login Pegawai
Artikel Kanwil DJKN Banten
Mengenal Banten lewat Semangkuk Rabeg

Mengenal Banten lewat Semangkuk Rabeg

Mokhamad Irfi Naofal
Kamis, 29 September 2022 |   9538 kali

Untuk ukuran sebuah Provinsi, Banten boleh dikatakan Provinsi paling muda diantara provinsi lainya di Indonesia. Namun dengan umur yang baru menginjak 22 Tahun ini, Banten terus mengirim sinyal ke permukaan bahwa Banten terus berbinar, salah satu faktornya adalah lewat kuliner andalannya, Rabeg.

Bagi sebagian orang, cara mudah untuk menghapalkan kota adalah dengan mengingat-ingat kuliner otentiknya. Seperti wonogiri dengan semangkuk bakso dan mie ayamnya, makasar dengan perpaduan cemerlang coto dan pisang hijaunya, atau Tegal dengen sate kambing yang katanya paling empuk se-nusantara. Begitupun dengan daerah lainya, Banten tidak mau ketinggalan untuk membranding daerahnya sebagai surga kuliner, dan Rabeg selalu yang menjadi list pertamanya untuk dibanggakan.

Di beberapa sudut Kota Serang, yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten, akan sangat mudah untuk menemukan warung yang menjual Rabeg dengan masing-masing ciri khasnya. Dan semua warung hampir semuanya adalah warung yang legendaris. Maksudnya adalah warung yang sudah berdiri turun temurun dari bapak, kakek atau buyutnya. Tetap mempertahankan cita rasa otentik namun tetap terbuka untuk sedikit memberikan perubahan menyesuaikan selera pecinta kuliner.

Kalau bertanya bagaimana wujud semangkuk Rabeg itu seperti apa, coba pejamkan mata dan kemudian bayangkan tongseng atau gule andalan kalian. Nah seperti itu gambaran mudah untuk mendiskripsikan Rabeg. Hampir sama tapi tak serupa, sebelas-duabelas. 

Rabeg adalah masakan berkuah dari olahan daging kambing (kadang campur jeroan).Karena sejarahnya masakan ini merupakan replikasi dari masakan di pelabuhan laut merah sana, maka rempah-rempah cukup dominan dalam setiap sendok kuah yang kita makan. Tentu rempah rempah khas Indonesia ya, namanya juga repliasi. Kuah Rabeg cukup enteng karena tidak mengikutsertakan santan  didalamnya. Menurut penjualnya, kuah Rabeg itu ya berasal dari kaldu daging kambing. Buat yang suka daging kambingnya agak setengah-setengah, mungkin akan sedikit kaged karena aroma daging kambing cukup kuat, akibat kaldu kambing tadi.

Secara tampilan Rabeg hampir mirip tongseng, minus kol dan kuahnya cenderung hitam. Tapi kalu dilihat-lihat lagi tampilan Rabeg ini mirip rawon, sama-sama hitamnya, Cuma kalo rawon pakai kluwek, Rabeg pakai gula jawa dan kecap.


Sensasi suapan pertama, daging kambingnya sangat empuk, tidak perlu banyak usaha untuk mengunyah. Selain dari daging kambing muda, metode memasak yang lama juga berpengaruh besar pada tekstur daging kambing Rabeg ini. Berikutnya, sensasi rempahnya cukup berimbang, tidak ada yang menonjol satu dengan lainya, daging dan kuah masuk dengan sopan. 

Nah untuk secara keseluruhan Rabeg ini cenderung manis. Buat kamu yang tidak suka masakan manis, disediakan sambal disetiap meja. Sebenarnya ada kecap juga, namun menurut penulis akan berlebihan manisnya kalau menambahkan kecap dalam semangkuk Rabeg. Sambal yang tersedia adalah sambal dari lombok hijau yang dicairkan, seperti sambal pada warung soto. Cuma ini warnanya hijau bukan merah. Satu dua sendok sambel hijau ini cukup memberikan warna baru pada semangkuk Rabeg. Tim pedas mana suaranya ya, makan tanpa berkeringat kurang afdol sepertinya ya kan.

Dalam satu paket Rabeg yang dijual dengan harga sekitar 30 an ribu ini, kamu akan mendapatkan sepiring nasi yang ditaburi bawang merah goreng dan acar. Menurut penulis 30 ribu cukup worthed karena porsi nasi dan Rabegnya cukup besar. Pembeli juga bisa request untuk untuk memilih daging saja atau campur jeroan. Jangan lupa ada setiap sudut meja makan ada emping yang dibungkus plastik kecil-kecil. Ambil empingya dan masukan ke dalam mangkuk Rabeg, janji ini enak banget.

Kalau datang ke warung Rabeg, tidak usah takut dengan namanya nunggu lama, penyajian Rabeg ke meja makan sangat cepat. Hal ini karena Rabeg yang dijual sudah dimasak dalam panci yang besar dan tinggal dituangkan kedalam mangkuk. Agar Rabeg yang dihidangkan selalu panas, maka penjual akan mengambil terlebih dahulu kuahnya sesuai porsi yang dipesan, kemudian memanaskannya di atas kompor. Setelah panas, kuah tersebut di campur dengan irisan daging kambing yang sudah dimasak sebelumnya tadi.

Jadi gimana, apakah sudah tertarik untuk mencicipi Rabeg, yuk segera angendakan akhir pekan ini untuk menuju ke Serang Banten. Setidaknya sekali seumur hidup harus udah makan Rabeg loh ya 


Penulis : Wisnu Herjuna


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Floating Icon