Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Banten > Artikel
Stop Menjelekkan Orang lain dan Membanggakan Diri Sendiri!
Shabira Afina
Rabu, 08 Desember 2021   |   11009 kali

Dua orang pria setengah baya sedang asik ngobrol dipingiran lintasan lari. Sekilas terdengar pria yang satu sedang membicarakan orang lain. Si fulan memang begitu orangnya pak, dia itu tidak suka bergaul. Begitu yang terdengar ketika saya melewati kedua pria tersebut.

Memasuki putaran ke 10, saya kembali mendengar percakapan dua orang pria yang sedang berjalan memutari lintasan lari. Pria yang satu dengan nada terdengar sombong berucap “kalau jalan sih… saya mampulah”.

Itulah dua percakapan yang terdengar ketika saya latihan lari untuk persiapan Lomba Lari 5KApa yang dapat Anda simpulkan dari kedua percakapan di atas?

Sepertinya sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa manusia lebih suka membicarakan kekurangan orang lain dari pada kekurangan dirinya sendiri. Dan begitu pula sebaliknya, manusia lebih senang membesar-besarkan kelebihan diri sendiri, dari pada kelebihan orang lain.

Padahal, kalau kita melihat dari pembicaraan yang pertama, secara tidak sadar sebenarnya pria itu sedang menampakkan kekurangannya, yaitu suka menggunjingkan orang lain. Dan parahnya ada saja atau mungkin banyak orang yang tidak menyadari kekurangannya tersebut. Tanpa merasa bersalah, asik saja orang seperti itu membicarakan kekurangan orang lain. Bahkan ketika ditegur, dia berdalih memang begitu kok adanya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya dia pun memiliki banyak kekurangan.

Untuk perkara ini, Rasulullah pernah menasehatkan Abu Dzar dalam sebuah majelis: “Wahai Abu Dzar, hindari dari perlakukan ghibah (menggunjing) karena dosanya lebih berat dari pada zina”. Kemudian Abu Dzar bertanya ” Ya Rasulullah, apakah itu  ghibah?”. “Ghibah yaitu menyebut-nyebut saudaramu dengan yang tidak disukai”. “Ya Rasulullah, walalupun sesuatu itu ada pada dirinya”. “Ya, apabila kau sebut-sebut aibnya, maka kau telah menggunjingnya, namun kau sebut aib yang tidak ada pada dirinya, maka kau telah memfitnahnya.”

Nah loh… lebih berat dari pada zina, gan. Masih mau bergunjing?

Yuk, kita perhatikan percakapan yang kedua. Terkesan pria itu menunjukkan kelebihannya. Padahal, secara tidak langsung, dia pun sebenarnya sedang menampakkan kekurangannya, yaitu tidak mampu untuk berlari. Parahnya ada saja dan mungkin banyak orang yang menutup-nutupi kekurangannya, bahkan tidak mengakuinya. Ada saja pembenaran-pembenaran. Seolah-olah kekurangannya itu bukan karena dirinya. Situasi disalahkan, umur jadi alasan, bahkan orang lain pun jadi kambing hitam.

Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud, dari sahabat Iyadh Bin Himar:

“Sesungguhnya Allah SWT. mewahyukan kepadaku agar kamu merendahkan diri, sehingga yang satu tidak berbuat aniaya terhadap yang lain dan tidak pula yang satu membanggakan diri atas yang lain”.

Dapat disimpulkan bahwa manusia cenderung suka membicarakan kekurangan orang lain dari pada kekurangan diri sendiri, dan sebaliknya manusia cenderung suka membicarakan kelebihan dirinya dari pada kelebihan orang lain. Menjadi tantangan untuk saya pribadi untuk tidak menjadi manusia seperti itu. Bisakah saya? Bagaimana dengan Anda? Bisakah Anda tidak lagi menjelek-jelekkan orang lain dan membangga-banggakan diri sendiri?

 

(D.N Octa)

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini