Dua orang pria
setengah baya sedang asik ngobrol dipingiran lintasan lari. Sekilas terdengar
pria yang satu sedang membicarakan orang lain. Si fulan memang begitu orangnya
pak, dia itu tidak suka bergaul. Begitu yang terdengar ketika saya melewati
kedua pria tersebut.
Memasuki putaran ke 10, saya kembali mendengar percakapan dua orang pria yang sedang berjalan memutari lintasan lari. Pria yang satu dengan nada terdengar sombong berucap “kalau jalan sih… saya mampulah”.
Itulah dua percakapan yang terdengar ketika saya latihan lari untuk persiapan Lomba Lari 5K. Apa yang dapat Anda simpulkan dari kedua percakapan di atas?
Sepertinya sudah
menjadi sifat dasar manusia bahwa manusia lebih suka membicarakan kekurangan
orang lain dari pada kekurangan dirinya sendiri. Dan begitu pula sebaliknya,
manusia lebih senang membesar-besarkan kelebihan diri sendiri, dari pada
kelebihan orang lain.
Padahal, kalau kita
melihat dari pembicaraan yang pertama, secara tidak sadar sebenarnya pria itu
sedang menampakkan kekurangannya, yaitu suka menggunjingkan orang lain. Dan
parahnya ada saja atau mungkin banyak orang yang tidak menyadari kekurangannya
tersebut. Tanpa merasa bersalah, asik saja orang seperti itu membicarakan
kekurangan orang lain. Bahkan ketika ditegur, dia berdalih memang begitu kok
adanya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya dia pun memiliki banyak kekurangan.
Untuk perkara ini,
Rasulullah pernah menasehatkan Abu Dzar dalam sebuah majelis: “Wahai Abu Dzar,
hindari dari perlakukan ghibah (menggunjing) karena dosanya lebih berat dari
pada zina”. Kemudian Abu Dzar bertanya ” Ya Rasulullah, apakah itu
ghibah?”. “Ghibah yaitu menyebut-nyebut saudaramu dengan yang tidak
disukai”. “Ya Rasulullah, walalupun sesuatu itu ada pada dirinya”. “Ya, apabila
kau sebut-sebut aibnya, maka kau telah menggunjingnya, namun kau sebut aib yang
tidak ada pada dirinya, maka kau telah memfitnahnya.”
Nah loh… lebih berat
dari pada zina, gan. Masih mau bergunjing?
Yuk, kita perhatikan
percakapan yang kedua. Terkesan pria itu menunjukkan kelebihannya. Padahal,
secara tidak langsung, dia pun sebenarnya sedang menampakkan kekurangannya,
yaitu tidak mampu untuk berlari. Parahnya ada saja dan mungkin banyak orang
yang menutup-nutupi kekurangannya, bahkan tidak mengakuinya. Ada saja
pembenaran-pembenaran. Seolah-olah kekurangannya itu bukan karena dirinya.
Situasi disalahkan, umur jadi alasan, bahkan orang lain pun jadi kambing hitam.
Padahal Rasulullah SAW
pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud, dari sahabat Iyadh
Bin Himar:
“Sesungguhnya Allah
SWT. mewahyukan kepadaku agar kamu merendahkan diri, sehingga yang satu tidak
berbuat aniaya terhadap yang lain dan tidak pula yang satu membanggakan diri
atas yang lain”.
Dapat disimpulkan
bahwa manusia cenderung suka membicarakan kekurangan orang lain dari pada
kekurangan diri sendiri, dan sebaliknya manusia cenderung suka membicarakan
kelebihan dirinya dari pada kelebihan orang lain. Menjadi tantangan untuk saya
pribadi untuk tidak menjadi manusia seperti itu. Bisakah saya? Bagaimana dengan
Anda? Bisakah Anda tidak lagi menjelek-jelekkan orang lain dan
membangga-banggakan diri sendiri?
(D.N Octa)