Kesadaran kesehatan mental di Indonesia dari tahun ke
tahun sudah semakin membaik. Hal ini ditunjukan dengan semakin banyaknya
kemunculan layanan konsultasi dengan psikolog secara online dan
komunitas-komunitas peduli kesehatan mental. Dilansir dari VOA Indonesia, kesadaran
kesehatan mental di Indonesia masih terganjal dengan stigma yang beredar di masyarakat.
Banyak orang yang mengeluhkan kesehatan mental dinilai kurang beribadah, bersyukur,
atau (ketika keadaannya sudah terlalu parah) gila, hingga tidak bisa sembuh. Stigma-stigma
ini membuat banyak penderita gangguan kesehatan mental cenderung menyembunyikan
keadaannya.
Meskipun kesehatan mental semakin disadari oleh masyarakat,
namun masih banyak orang yang menganggap kesehatan mental bukan suatu
permasalahan yang signifikan. Kesehatan mental masih dianggap suatu hal yang
abstrak dibandingkan dengan kesehatan fisik yang lebih mudah dilihat oleh mata
dan disentuh oleh kulit. Sehingga kepedulian masyarakat pada para penderita gangguan
mental seringkali tidak tepat dan malah memperparah keadaan.
KENAPA KESADARAN KESEHATAN MENTAL PENTING DI
LINGKUNGAN KERJA?
Menurut seorang professor psikiater klinis dari New
York University Langone School of Medicine, Charles Goldstein,
menyatakan bahwa otak manusia berhubungan erat dengan sistem endokrin yang melepaskan
hormon penting dan berpengaruh terhadap kesehatan mental. Sehingga ketika
terdapat gangguan mental berarti secara biologis, terdapat gangguan sistem
kerja otak manusia. Terganggunya cara kerja otak tersebut, berdasarkan fakta
yang dipublikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menimbulkan kerugian
ekonomi yang cukup signifikan. Diperkirakan kerugian ekonomi secara global
adalah $1Triliun dikarenakan berkurangnya produktivitas akibat permasalahan
kesehatan mental. Terganggunya kesehatan mental dapat mempengaruhi performa
kerja dan produktivitas, hubungan antar rekan kerja, kemampuan fisik, dan
sehari-hari seseorang baik di tempat kerja maupun rumahnya.
PENYEBAB TERGANGGUNYA KESEHATAN MENTAL DI LINGKUNGAN KERJA
Faktor penyebab terganggunya kesehatan mental dapat bermacam-macam bentuknya. Salah satu penyebab internal adalah terdapat kelainan genetik atau riwayat keluarga yang mengidap gangguan mental. Selain itu terdapat juga faktor eksternal yang muncul dari lingkungan kerja yaitu;
APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA TERDAPAT PEGAWAI YANG
MENGALAMI GANGGUAN KESEHATAN MENTAL DI KANTOR?
Dilansir dari WHO, organisasi memiliki tanggungjawab untuk
mendukung kesehatan mental masing-masing pegawainya dengan menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan jauh dari faktor-faktor eksternal penyebab
terganggunya kesehatan mental.
Secara individu, pegawai bisa saling memberi dukungan
dengan bersikap lebih bersimpati dan berempati ketika ada rekan kerja yang mengeluhkan
atau terlihat terganggu kesehatan mentalnya dengan tidak memberi stigma-stigma negatif
yang memperburuk keadaan mental pegawai jika tidak mampu memberi dukungan
psikologis.
Dikutip dari wawancara VOA Indonesia dengan Psikiater Andreas
Kurniawan, “Biasanya saya akan
memberikan analogi begini: Orang dengan asthma yang mengalami
sesak, kita nggak pernah menstigma dia, ‘kamu kenapa sih sampai sesak begitu?
Ini saya nafas biasa-biasa saja’.”
“Nah kita bisa
memberikan gambaran yang sama juga orang dengan depresi. Bukannya dia tidak mau
merasa senang, bukan dia tidak mau berjuang. Melainkan dia secara biologi
otaknya memang kesulitan untuk merasakan kesenangan itu,” tambah beliau yang
aktif di Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia.
APA YANG HARUS KAMU LAKUKAN UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL?
Tanggung jawab terbesar dalam menjaga kesehatan mental individu berada pada diri masing-masing pegawai. Dilansir dari WHO berikut ini adalah cara untuk bertanggungjawab atas kesehatan mental masing-masing orang :
Riset membuktikan bahwa terdapat korelasi yang erat antara kesehatan fisik dan mental. Olahraga mampu mendorong tubuh menghasilkan hormon-hormon yang baik bagi tubuh sehingga menghasilkan emosi positif.
Dikutip dari Medical Dictionary, coping skill adalah suatu pola karakter atau perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang. Coping skill juga dapat dipandang sebagai suatu kemampuan menghadapi stres untuk mendorong diri agar tetap terus maju mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berusaha sendiri memang baik tapi ketika sudah merasa tidak mampu menghadapi suatu hal seorang diri, penting untuk meminta pertolongan pada orang lain. The ugly truth is tidak semua hal yang sanggup dilakukan orang lain bisa juga dilakukan dirimu sendiri.
Tuhan menciptakan manusia dengan karakter yang unik dan berbeda-beda maka penting bagi masing-masing individu berusaha menerima keunikan dan perbedaan tersebut tanpa memberi stigma.
Sumber :