Jakarta – Jalan Tol Trans Sumatera adalah salah satu Proyek Prioritas Pemerintah yang
pembangunannya dimulai sejak tahun 2015 dan direncanakan akan terbangun
sepanjang 2.812 km membentang hingga ujung Pulau Sumatera dengan nilai
investasi sebesar Rp538 triliun. Proyek ini dibangun dengan tujuan membuka
sentra-sentra ekonomi baru yang dapat terbangun dari kawasan industri serta
mampu menjadi akses utama dalam menghubungkan berbagai provinsi di Pulau
Sumatera. Hal ini diungkapkan Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Meirijal Nur saat media briefing DJKN secara
daring pada Jumat (20/8).
“Jumlah ruas Jalan Tol Trans
Sumatera berjumlah 24 ruas. Hingga saat ini, ruas yang telah beroperasi adalah
sepanjang 531 km,” jelas Meirijal.
Untuk mendukung pembangunan Tol
Trans Sumatera, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) sebagai Special
Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, terlibat aktif dalam pembiayaan
pembangunan 5 (lima) ruas Jalan Tol Trans Sumatera ini dengan nilai komitmen
sebesar Rp18,5 triliun.
“PT SMI memberikan dukungan pembiayaan terhadap lima
ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang telah beroperasi saat ini. Ruas-ruas yang
dibiayai secara langsung oleh PT SMI, yaitu Medan – Binjai, Palembang –
Indralaya, Terbanggi Besar – Pematang Panggang - Kayu Agung, Bakauheni –
Terbanggi Besar serta pemenuhan porsi ekuitas untuk ruas Pekanbaru – Dumai yang
dibiayai secara tidak langsung melalui sekuritisasi aset Tol Akses Tanjung
Priok. Kami berharap dengan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini, dapat
membantu menggerakkan roda perekonomian Indonesia khususnya di Pulau Sumatera
agar dapat terus bertumbuh,” ujar Direktur Pembiayaan dan
Investasi PT SMI Sylvi J. Gani.
Lebih lanjut, Sylvi menjelaskan hasil riset dari tim
riset ekonomi PT SMI, dimana pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera memberikan
dampak multiplier terhadap output dalam perekonomian sebesar 1.70
kali dari total pengeluaran pada masa konstruksi dan juga proyeksi pendapatan
pada masa operasional proyek. Dampak output per tahun atas adanya
pembangunan jalan tol ini setara dengan 2,2 persen Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Pulau Sumatera.
Terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak tenaga kerja
per tahun dari pembangunan jalan tol ini setara dengan 2,4 persen tenaga kerja
di Pulau Sumatera. Hal ini membuktikan bahwa pembangunan jalan tol ini telah
membangkitkan stimulus terhadap perekonomian Indonesia dan memberikan dampak
positif berupa penciptaan nilai tambah, pendapatan masyarakat dan kesempatan
kerja di sektor-sektor ekonomi seperti konstruksi yang tumbuh sebesar 54 persen,
industri pengolahan sebesar 22 persen, pertambangan sebesar 8 persen,
perdagangan sebesar 6 persen dan sektor-sektor lainnya. Potensi manfaat lainnya
dari pembangunan jalan tol ini adalah meningkatkan akses konektivitas,
pengurangan waktu tempuh, dan percepatan arus barang dan jasa.
Pembangunan Proyek Jalan Tol
Trans Sumatera adalah proyek yang prestisius, karena melibatkan berbagai pihak
dan sumber pendanaan. Dukungan Pemerintah diberikan melalui APBN yang
disalurkan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN), Dukungan Konstruksi,
Pembebasan Lahan, Sekuritisasi Aset dan Penjaminan. Tidak hanya APBN saja,
pembiayaan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera juga melibatkan pembiayaan
kreatif dan unik dari PT SMI serta sinergi SMV lain dibawah Kementerian
Keuangan.
Diharapkan
pembangunan jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, menumbuhkan pusat
industri baru, menurunkan logistic cost dan menyerap tenaga kerja selama
masa konsesi. Selain itu, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini juga sebagai
perwujudan sila ke – lima Pancasila, sebagai perwujudan rasa keadilan sosial
atas akses infrastruktur yang merata di berbagai wilayah di Indonesia.