Pontianak - TVRI Stasiun Kalimantan Barat menyiarkan secara
langsung dialog interaktif bincang 56 dengan tema “Pengelolaan Aset sebagai
Profit Center Badan Layanan Umum” pada Senin, (1/3). Sebagai pembicara dalam dialog ini
dihadirkan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kalimantan
Barat Edward UP Nainggolan dan Rektor Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Garuda
Wiko S.H., M.Si.,FCBArb serta dipandu oleh penyiar TVRI Kalbar Nurul Fitriani.
Badan Layanan Umum (BLU) adalah salah satu bentuk reformasi
Keuangan Negara, dimana diberlakukannya anggaran berbasis kinerja. Penganggaran
ini diimplementasikan pada satuan kerja instansi pemerintah yang memberikan
pelayanan langsung kepada publik. Mengutip teori organisasi dari Max Weber,
Edward mengatakan bahwa organisasi yang langsung melayani masyarakat, tidak
cocok dilayani dengan sistem birokrasi, seperti contohnya Universitas
Tanjungpura selaku BLU. Diberikan keleluasaan atau fleksibilitas pada BLU
dengan tujuan meningkatkan kualitas kinerja satker tersebut.
“Fleksibilitas tersebut termasuk di dalamnya adalah
pendapatan yang langsung dikelola dan tidak perlu disetor ke kas negara, dapat
melakukan manajemen kas, melakukan kerjasama pemanfaatan aset, pengelolaan
piutang, melakukan utang jangka pendek dalam rangka meningkatkan kinerja, serta
diperbolehkan merekrut pegawai non PNS,” terang Edward.
Edward menjelaskan pula bahwa konsep pengelolaan BLU adalah
enterprising the government. “Dalam konsep BLU, menggunakan manajemen bisnis
dalam artian bagaimana BLU mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki,
untuk meningkatkan pendapatan yang nantinya akan kembali ke BLU itu sendiri,”
terangnya.
Lebih lanjut, Kakanwil Kalbar ini menyampaikan bahwa
diberikan otonomi 100 persen kepada BLU dengan tujuan agar birokrasi dapat terpotong.
Resource yang dimiliki oleh Universitas Tanjungpura selaku BLU, termasuk human
capital yaitu dosen, terus digiatkan untuk melakukan penelitian sesuai dengan
tri darma perguruan tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Garuda Wiko menyampaikan
bahwa status BLU yang disandang oleh Universitas Tanjungpura merupakan sebuah
tantangan. “Kita dituntut untuk mandiri dengan diberikannya banyak sekali
potensi aset baik infrastruktur maupun SDM dengan berbagai keahlian. Dengan
fleksibilitas yang diberikan, maka tantangannya adalah bagaiamana memanajemen
tata kelola menjadi akuntabel dan transparan, serta bagaimana mendorong
produktivitas SDM,” ujar Prof Garuda.
Ia menjelaskan bahwa sejauh ini Perguruan Tinggi berstatus
BLU di Kalimantan Barat ada dua, yaitu Universitas Tanjungpura dan Politeknik
Kesehatan Kemenkes. Untuk menjadikan status satker menjadi BLU, perlu disiapkan
enam dokumen, yang bertujuan untuk meyakinkan Kementerian Keuangan dan
Kementerian teknis, apakah satker menjadi lebih baik saat menjadi BLU. Pertama,
Surat Pernyataan yang menyatakan bersedia untuk diaudit, kedua, Standar
Pelayanan Minimum, ketiga, Pola Tata Kelola, yang mana menggambarkan proses
bisnis satker tersebut, keempat, Rencana Strategi Bisnis, dimana terisi
perencanaan-perencanaan strategis yang akan dilakukan dan harus memperlihatkan
lonjakan yang luar biasa sebelum dan sesudah menjadi BLU. Rencana strategis ini
nantinya akan diwujudkan dalam Rencana Bisnis dan Anggaran setiap tahun.
Kelima, Laporan Keuangan, dan terakhir, Surat Pernyataan Meningkatkan Kinerja.
Prof Garuda Wiko menyampaikan alasan Universitas
Tanjungpura bertransformasi menjadi BLU.
“Universitas Tanjungpura melihat ada potensi untuk lebih fleksibel dalam
mengelola keuangan. Aset BLU adalah sumber daya ekonomi yang digunakan optimal
untuk pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Dukungan pemerintah
dalam konteks infrastruktur dan SDM yang mencukupi untuk berakselerasi lebih,
sehingga kita membutuhkan fleksibilitas salah satunya dalam pengelolaan
keuangan,” pungkasnya.
Edward dan Prof Garuda Wiko memiliki visi yang sama tentang
optimalisasi aset BLU Untan ini. Diharapkan, Untan dapat semakin menggerakkan
civitas akademika mereka untuk bersama-sama
meningkatkan kualitas Universitas Tanjungpura dengan mengoptimalkan
resource-nya. Melalui keleluasaan dan fleksibilitas yang diberikan, Untan
dapat lebih berperan untuk mencedaskan kehidupan anak-anak bangsa di Kalimantan
Barat, dan memajukan Kalimantan Barat untuk Indonesia yang lebih baik.