Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Pengelolaan Aset Kredit SMV: Mitigasi Risiko Sejak Awal, Pengembalian Jadi Lebih Pasti
Faza Fakhriyan Wildan
Selasa, 26 November 2019 pukul 15:22:50   |   1514 kali
Jakarta- Sangat penting bagi lembaga keuangan untuk dapat mengelola eksposure resiko, salah satunya adalah dengan menjaga kualitas aset kredit. Kualitas aset kredit dapat memberikan gambaran seberapa jauh manajemen menjalankan pola pengelolaan yang bijaksana dalam rangka memelihara kelangsungan usahanya. Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata pada saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Kualitas Aset Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan yang diselenggarakan pada Selasa, (26/11) di Ballroom Redtop Hotel & Convention Centre.

Lebih rinci Isa menyampaikan bahwa FGD ini dapat menjadi sarana efektif untuk berbagi pengalaman dan ide tentang bagaimana memitigasi risiko pada piutang negara ataupun aset kredit yang tidak berkualitas. Menurut Isa, untuk memitigasi risiko tersebut sebenarnya bisa dimulai dari awal, pada saat akan memberikan pembiayaan. "Saat itulah kita sudah memiliki standar yang cukup prudent, sehingga kita akan mendapat tiket pengembalian yang lebih pasti," ujarnya.

Sebelumnya Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan Meirijal Nur dalam laporannya menyampaikan bahwa pada FGD ini narasumber yang dihadirkan adalah praktisi yang sudah terbiasa menangani tugas-tugas aset kredit. Dengan narasumber tersebut diharapkan dapat memunculkan ide serta penyegaran dalam pengelolaan aset kredit sehingga kualitas aset kredit tetap terjaga dan ter-maintain dengan baik.

Lebih lanjut Meirijal mengatakan bahwa kondisi ideal dalam mengelola tagihan itu bukanlah saat tagihan muncul, tetapi pada saat bisnis yang berpotensi memberikan tagihan itu muncul, risk management nya langsung dikelola dengan baik. Sehingga tagihannya menjadi proses yang tidak tertagih, jadi pembayarannya pada saat jatuh tempo.  Apabila pembayaran tagihannya sudah terlambat, hal ini akan berpotensi menimbulkan berbagai tagihan yang tidak bisa diselesaikan. Hal ini bisa dicegah dengan membuat sebuah mekanisme yang sejak awal sudah mengantisipasi potensi-potensi timbulnya tunggakan.


Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) Edwin Syahruzad menyampaikan pandangannya mengenai pengelolaan kualitas aset di PT SMI. Menurut Edwin, pengelolaan aset dapat dibagi menjadi dua, pengelolaan good asset yaitu aset yang memberikan pendapatan yang dapat berpengaruh pada kesinambungan usaha dan pengelolaan bad asset kategori asset non performing.
 
Edwin mengatakan bahwa beberapa faktor yang menjadi kunci sukses pengelolaan aset kredit adalah integritas sumber daya manusia (SDM), pihaknya meyakini bahwa integritas adalah atribut utama dalam corporate values i-sprint.

Selain integritas yang harus dimiliki SDM, menurut Edwin faktor lain yang perlu diterapkan adalah disiplin pengelolaan risiko yang sesuai dengan best market practice. “Yang penting dalam pengelolaan aset kredit adalah pemahaman mengenai risiko kredit (risiko gagal bayar) itu sendiri”, tambahnya.

Sejalan dengan pernyataan Edwin, Direktur Pelaksana IV Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Henry Sihotang juga menyampaikan betapa pentingnya personal factor dalam pengelolaan aset kredit. “Seorang akuntan publik harus memiliki capability, integrity, dan ownership terhadap instansinya sendiri,” tegasnya. 

Kepala Divisi Pembiayaan Syariah Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha, Mikro Kecil, dan Menengah (LPDB/ KUMKM) Indra Baruna dan Kepala Sub Direktorat Piutang Negara II S. Mangiring Pangihutan juga turut memberikan pemaparannya mengenai penanganan aset dan pengelolaan piutang. Mangiring berpendapat bahwa pemilik piutang harus betul-betul mampu mengelola aset kredit dengan baik, seluruh laporan dan proses administrasi harus dicatat dan diteliti.

“Prinsipnya adalah, setiap orang harus memiliki integritas, bagaimana kita merasa memiliki piutang tersebut dalam konteks organisasi,” kata Mangiring. Menurutnya, integritas dapat diterapkan dalam mengelola aset kredit mulai dari proses administrasi hingga penagihan, setiap orang dalam organisasi harus mengupayakan yang terbaik. (Faza,Tasya)
Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini