Jakarta – DJKN Muda bekerja sama dengan Tim Pengarusutamaan Gender Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Tim PUG KP DJKN) menyelenggarakan
kegiatan Inspiring Session pada Rabu
(9/5) di Aula DJKN. Dua orang narasumber didatangkan pada acara ini yaitu Dimas
Muhammad, salah satu penerjemah untuk Presiden Jokowi, dan Surya Sahetapy, seorang
social influencer difabel (different
ability-red).
Direktur Jenderal Kekayaan Negara
Isa Rachmatarwata menyampaikan apresiasinya kepada seluruh insan DJKN atas inisiatifnya
untuk terus berkembang, maju, saling menginspirasi, dan saling belajar dari
satu sama lain. Khusus mengenai kolaborasi antara DJKN Muda dan Tim KP PUG
DJKN, Isa mengharapkan ide dan pemikiran segar dari para generasi muda DJKN
untuk dapat membantu para pegawai menjadi lebih produktif, berkinerja baik, serta
menghilangkan hambatan-hambatan dalam bekerja. “Biasanya anak-anak muda itu
kreatif. Biasanya anak-anak muda itu penuh imajinasi”, ujar Isa. Lebih lanjut
Isa menyampaikan harapan agar generasi muda DJKN dapat menjadi wajah baru yang
menunjukkan organisasi lebih baik, yang melawan budaya korupsi. “DJKN Muda
tulang punggung kita melakukan perubahan, membuat DJKN baru yang tidak mengenal
KKN”, pungkas Isa.
Pada kegiatan yang dipandu oleh
Ayu Rizky Setyowati ini, Dimas banyak bercerita mengenai latar belakang dan
awal mulanya menjadi seorang PNS dan penerjemah untuk Presiden Republik
Indonesia. Berbagai keterbatasan di masa kecilnya menuntut Dimas untuk lebih
keras dalam belajar Bahasa Inggris. Mulai dari memperkaya kosa kata langsung
dari kamus yang dibawa ke mana-mana, sampai dengan rajin menonton film yang berbahasa
Inggris. Dimas juga merupakan seorang penerima beasiswa LPDP untuk melanjutkan
studi di Harvard Kennedy School of Government. Keinginannya untuk belajar
tentang kebijakan pemerintah dilatar belakangi oleh keprihatinannya atas impor
kedelai yang melebihi 50% dari jumlah yang dikonsumsi rakyat Indonesia. Prestasi
yang diraih Dimas di usia yang relatif muda ini menunjukkan bahwa akan selalu
ada jalan bagi yang benar-benar berusaha. “Hasil yang didapat sekarang adalah
perjuangan dimasa lalu”, ujarnya.
Senada dengan Dimas, Surya juga
menyampaikan ketertarikannya dengan pemerintahan. Surya menyatakan keinginannya
untuk membuat Indonesia menjadi lebih ramah terhadap penyandang difabel, salah
satunya adalah melalui pemerintah. Pengalaman magang di kantor Gubernur DKI
beberapa tahun lalu membuka matanya bahwa sebenarnya pemerintah tidak cuek dan
acuh, namun kurang memahami kebutuhan difabel. Surya ingin membantu untuk
menghadirkan pemahaman tersebut, sehingga dapat terwujud Indonesia yang ramah
terhadap difabel. Salah satu pengalaman menarik sekaligus merupakan hasil dari
advokasi yang dilakukan Surya adalah penambahan teks pada film Indonesia, Dilan
1990, agar dapat dinikmati oleh teman tuli. Surya awalnya juga tidak mengira
usulan penambahan teks pada Film Dilan 1990 mendapatkan respon positif dari
pihak produksi film tersebut. Penayangan film yang telah diberi teks ini
mendapat animo yang sangat besar hingga banyak teman tuli rela duduk di tangga
bioskop saat menonton.
Menutup cerita mengenai
perjalanannya dalam memperjuangkan hak teman-teman tuli, Surya melalui
penerjemahnya menyampaikan pesan bagi peserta Inspiring Session, “Tidak apa-apa terjatuh berkali-kali, jangan
berhenti hingga akhirnya kita bisa berjalan”. (Humas DJKN)