Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Keadilan dan Kemakmuran Harus Dicapai Bersamaan
N/a
Minggu, 22 Januari 2017 pukul 07:20:43   |   8952 kali

Badung, Bali (20/1) – Dibuka oleh Rektor Universitas Udayana (UNUD) Bali, Ketut Suastika, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan update bagaimana mengelola ekonomi dari aspek APBN atau fiskal kepada mahasiswa dan civitas akademika di Kampus UNUD, Bukit Jimbaran Badung, Bali yang dikemas dalam acara Kuliah Umum. Jajaran Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bali dan Nusa Tenggara (Kanwil DJKN Balinusra) pun turut hadir pada acara tersebut.

Dalam paparannya, Sri Mulyani memberikan pemahaman mengenai bagaimana membangun fondasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dimana efektivitas APBN menjadi salah satu instrumen yang perlu dan sangat penting.

Mengetahui tujuan dan tantangan pembangunan perekonomian di Indonesia adalah materi awal yang disampaikannya kepada peserta yang hadir. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia sudah jelas yaitu menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan tersebut merupakan dua hal yang harus dicapai bersamaan. Keadilan berarti bagaimana cara kita mengurangi kesenjangan dan  ketimpangan antara kelompok pendapatan maupun antara daerah di Indonesia. Tantangan yang sangat nyata saat ini adalah bagaimana mengentaskan kemiskinan, bagaimana masyarakat Indonesia terutama generasi muda mampu menjadi sumber daya manusia yang produktif yang memiliki inovasi agar memiliki kemampuan untuk bersaing di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Untuk dapat menyelesaikan hal tersebut, beberapa faktor perlu dibangun seperti infrastruktur misalnya, ia mencontohkan. 71 tahun Indonesia merdeka diakuinya kualitas dan kuantitas infrastruktur di Indonesia masih belum memadai. Pembangunan infrasturktur sangat penting guna menciptakan hubungan konektivitas sehingga menjadi satu negara yang terintegrasi yang betul-betul muncul secara geografis, fisik, sosial, politik, ekonomi maupun hukum. Hal lain adalah dari sisi produksi yang dirasa belum berkembang.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini yang berkisar 250 juta dan mayoritas berusia rata-rata dibawah 30 tahun merupakan bonus demografi yang kita nikmati, namun diperlukan adanya investasi dalam bidang pendidikan, skill maupun kesehatan. “Manusia Indonesia yang tidak berpendidikan, yang tidak memiliki skill dan tidak sehat tidak mungkin menjadi produktif, inovatif dan mampu berdaya saing" tegasnya.

Selanjutnya Ibu yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan bahwa sektor keuangan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. “Pada negara-negara maju yang biasanya memiliki pendapatan tinggi, memiliki sektor keuangan yang maju, yang makin dalam dan makin memiliki reliability untuk bisa berfungsi sebagai intermediator,” Ia mencontohkan. Untuk itu Indonesia perlu membangun pasar keuangan dan pasar modal yg inklusif dan dalam. Hal-hal itu merupakan satu tantangan lainnya untuk mendesign kebijakan ekonomi Indonesia.

Sebagai bangsa yang besar, kita memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus terus menerus kita selesaikan termasuk pengentasan kemiskinan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun ini, Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 17% menjadi 10,9%. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan pada level single digit diperlukan usaha yang ekstra keras. Begitu kemiskinan makin tumbuh maka kita berhubungan dengan kemiskinan yang sifatnya makin terstruktural dan makin dalam. Kemiskinan tidak mungkin teratasi apabila kita tidak mampu memutus mata rantai itu sendiri. Mata rantai tersebut akan bersifat terus menerus menyedot menjadi memburuk dan makin memburuk.

Selanjutnya untuk menjadi satu negara yang mampu tumbuh dalam menciptakan keadilan dan kemakmuran kita perlu mendesign ekonomi yang inklusif. Indikator keberhasilan itu dapat dilihat jika dari sisi sektor riil GDP nya naik, produksi yang sehat dan kompetitif, APBN yang kredible dan Sustainable, sektor keuangan dan moneter mampu mengelola kepercayaan terhadap mata uang dan daya beli dari mata uang Indonesia serta dari sisi eksternal mampu menjadi ekonomi yang menjaga daya saing Indonesia.

Paparan materi yang disampaikan sesekali menggunakan analogi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa. Hal ini memudahkan para mahasiswa memahami apa yang disampaikannya terkait pengelolaan ekonomi dari aspek APBN atau fiskal serta seluk beluk perkembangan perekonomian di Indonesia. 

Pada kuliah umum kali ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada Menteri. Satu hal yang menarik ketika salah seorang Mahasiswa bertanya “Apa yang menjadi pertimbangan dirinya kembali lagi ke Indonesia untuk menjadi Menteri Keuangan?” dengan lugas ia menjawab “Karena saya mencintai kalian,” jawab Sri Mulyani yang disambut riuh tepukan seluruh peserta yang hadir. Kuliah umum diakhiri dengan Wefie para mahasiswa dengan Menteri. (Penulis/Foto: yuan-zul)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | FAQ | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini