Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Selayang Pandang Sistem Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia
Muhammad Athaya Zhafran
Jum'at, 30 Desember 2022 pukul 10:04:37   |   10791 kali

Manajemen kinerja merupakan sebuah alat kontrol manajemen perusahaan atau sebuah proses yang dilakukan oleh para manajer untuk memantau dan mengevaluasi pekerjaan para pegawai. Proses memantau dan mengevaluasi ini bertujuan agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik secara organisasional, team atau individu. Seperti yang dikatakan Amstrong (2006:1) manajemen kinerja adalah sebuah proses yang sistematis untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan cara mengembangkan kinerja individu dan team atau kelompok. Oleh karena itu, sebuah perusahaan atau organisasi wajib memiliki kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang efektif dan efisien, karena kinerja organisasi merupakan akumulasi kinerja individu dan kelompok.

Dengan kata lain, manajemen kinerja memiliki fokus utama yaitu terhadap perencanaan dan peningkatan kinerja di masa yang akan datang, yang mana kinerja yang direncanakan harus dapat meningkat dari waktu ke waktu. Beberapa hal seperti standard kinerja, target, pengukuran, indikator, juga menjadi fokus utama dalam manajemen kinerja. Sedangkan ruang lingkupnya berupa pengukuran hasil kinerja yang telah ditunjukkan dan dibandingkan dengan target kinerja yang telah disepakati dalam kontrak kinerja.

Selain itu, penerapan manajemen kinerja juga memiliki segudang manfaat bagi organisasi, manajer, maupun individu. Seperti misalnya dengan menerapkan manajemen kinerja suatu organisasi dapat menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, dapat memperbaiki kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar keterampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier, dan sebagainya. Sedangkan bagi manajer, manajemen kinerja bermanfaat untuk mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan non-finansial pada staf, membantu karyawan yang kinerjanya rendah, dan sebagainya. Dan yang terakhir bagi individu, yang mana bermanfaat untuk memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan sebagainya.

Selanjutnya, berbicara mengenai manajemen kinerja, ada satu hal yang terpenting yang harus diketahui yaitu perencanaan. Seperti kata Benjamin Franklin, “Failing to plan is planning to fail” yang artinya gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. Kalimat tersebut menggambarkan bahwa segala bentuk kegiatan harus dimulai dengan perencanaan yang baik. Oleh sebab itu, tahap perencanaan merupakan tahap terpenting dalam proses manajemen kinerja. Meskipun demikian, menurut Williams (2002), tahap-tahap dalam manajemen kinerja saling berkaitan dan menyokong satu dengan yang lain.

Perencanaan (planning) menjadi tahap awal yang harus dilakukan organisasi. Pada tahap ini, manajemen harus menyusun terlebih dahulu tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh perusahaan. Setelah itu, menetapkan tujuan pribadi, target kinerja, serta tujuan khusus melalui komunikasi dengan efektif bersama karyawan dan anggota tim lainnya.

Tahap kedua adalah meninjau (monitoring) atau mendiskusikan kinerja. Tahap ini dilakukan dengan cara diskusi antara manajemen dan karyawan dengan mengacu pada rencana kinerja dan jika ditemukan beberapa masalah maka dilakukan upaya pemecahan bersama. Tahap ini lebih berfokus pada manage, dukungan, dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap berada pada jalurnya.

Tahap selanjutnya adalah developing/reviewing, yang mana pada tahap ini manajemen melakukan review atas kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja akan dinilai (appraising) yang memerlukan dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar didapat hasil evaluasi yang valid.

Tahap terakhir adalah rating/rewards, yang mana pada tahap ini manajemen memberikan peringkatnya kepada tim dan karyawan. Manajemen juga harus dapat mengambil tindakan yang tepat pada karyawan yang tidak memenuhi tujuan mereka. Tindakan itu dapat berupa peringatan, denda (jika ada dalam kesepakatan), atau bahkan pemutusan hubungan kerja. Sebaliknya, bagi karyawan yang memenuhi target atau berprestasi sangat penting untuk memberi mereka penghargaan yang adil. Tindakan ini memberikan pesan bahwa perusahaan sangat menghargai kinerja mereka yang bekerja dan mendapatkan hasil.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja menjadi sebuah sistem yang sangat dibutuhkan dalam sebuah perusahaan. Dengan adanya manajemen kinerja yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, memotivasi karyawan, mengevaluasi kinerja karyawan serta perusahaan, mengelola sistem timbal jasa yang adil, merekomendasikan karyawan untuk karir masa depan, membuat keputusan promosi, menilai potensi karyawan, dan sebagainya, perusahaan atau suatu organisasi akan dapat terus berkembang menjadi lebih baik karena kemampuan perusahaan dalam mencapai target atau tujuan lebih mudah dan optimal serta lebih terjamin hasil akhirnya. (Penulis: Riyanieta Setiya Putri)


Sumber:
Buku Manajemen Kinerja SDM Teori dan Aplikasi (Karangan: Prof.Dr.H.Siswono Haryono, MM, MPd.)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini