Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Memahami Arti Stagflasi
Kamsidah
Selasa, 27 Desember 2022 pukul 16:15:16   |   4495 kali

Presiden Bank Dunia, David Malpass meminta seluruh negara di dunia untuk mewaspadai risiko stagflasi ditengah ketidakpastian ekonomi global. David Malpass mengatakan ada kemungkinan peningkatan resesi ekonomi di Eropa dan juga pertumbuhan ekonomi China yang melambat tajam. Dalam pidatonya di Universitas Stanford, David Malpass juga mengingatkan bahwa keadaan seperti itu bisa memakan waktu yang lama untuk produksi energi global. 19, eskalasi tensi geopolitik dalam bentuk invasi militer Rusia ke Ukraina makin memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Berbagai risiko global masih perlu diwaspadai seperti, pemulihan tidak merata karena ketimpangan vaksin, perkembangan virus mutasi Covid 19, risiko inflasi, volatilitas pasar keuangan, serta menurunnya stimulus ekonomi di berbagai negara, dan juga terjadinya global supply disruption yang berpotensi mendorong terjadinya stagflasi global.

Kombinasi dari perlambatan aktivitas ekonomi dan lonjakan inflasi merupakan kombinasi berbahaya dalam bentuk stagflasi. Berbagai negara di penjuru dunia menunjukkan perkembangan ekonomi dan inflasi yang menunjukkan indikasi semakin kuat bahwa risiko stagflasi semakin dekat. Stagflasi dapat dipahami sebagai situasi ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan tingkat pengangguran yang tinggi disertai dengan inflasi. Untuk menemukan kombinasi kebijakan moneter dalam situasi seperti ini sangat sulit untuk ditangani, karena upaya untuk memperbaiki salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya.

Kekhawatiran akan stagflasi global menuntut para pemangku kebijakan untuk melahirkan extraordinary strategy dalam memitigasi risiko stagflasi tersebut. Kebijakan menaikkan suku bunga guna meredam gejolak inflasi dalam jangka pendek juga menimbulkan risiko bagi sektor riil berupa cost of fund yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mampu menyelaraskan antara pengendalian inflasi dengan mendorong investasi agar dapat terbebas dari jerat stagflasi.

IMF (International Monetary Fund) memberikan rekomendasi untuk berbagai negara mulai dari penguatan kebijakan untuk kerjasama multilateral dalam upaya akselerasi dan pemerataan vaksinasi serta mitigasi terhadap perubahan iklim serta meminimalisir dampak dari eskalasi tensi geopolitik yang memanas. Diperlukan juga kombinasi kebijakan antara moneter dan fiskal dalam memitigasi risiko stagflasi. Salah satu bentuk kebijakan non moneter yang dapat dilakukan adalah menjaga kestabilan harga. Stabilitas harga ini menyangkut lintas sektor dan kebijakan yang dilahirkan tidak hanya dilihat dari sisi supply saja, namun juga sisi demand yang membentuk harga tersebut dan dari sisi investasi.

Salah satu contoh kebijakan yang dapat dilakukan seperti kebijakan yang mampu memberikan keringanan bagi para pelaku usaha untuk dapat menjalankan usahanya guna memenuhi permintaan pasar dari sisi supply. Dari sisi investasi, adalah dengan membangun iklim investasi yang kondusif menjadi hal yang penting.

Bagaimana Bila Terjadi di Indonesia?

Terlepas dari ada atau tidaknya risiko stagflasi di Indonesia, berikut ini beberapa hal yang perlu dipersiapkan bila ancaman itu terjadi di level global sehingga berimbas ke Indonesia, atau benar benar terjadi.

1. Cash is the king!

Prioritas pertama adalah memiliki dana tunai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Ini penting karena dalam fase stagflasi, pendapatan dari gaji maupun keuntungan dari usaha, khususnya UMKM akan susah untuk berkembang, sementara biaya kebutuhan hidup meningkat. Membuat skala prioritas pengeluaran amat penting dilakukan agar tidak 'kehabisan bensin' di tengah perjalanan. Menjual aset yang kurang likuid amat disarankan, seperti properti sebelum harganya benar-benar hancur, atau bahkan tak ada pembeli sama sekali.

2. Berinvestasi pada aset jangka pendek.

Meskipun kondisi sulit investasi diperlukan untuk tetap mempertahankan nilai uang yang termakan oleh inflasi. Tetapi disarankan untuk membenamkan dana pada produk investasi jangka pendek dan likuid, seperti deposito yang bunganya akan tinggi akibat tight monetary policy, reksadana pasar uang, hingga surat perbendaharaan negara.

3. Mengambil kontrak kredit syariah.

Apabila terpaksa meminjam, baik itu kredit konsumsi maupun kepemilikan rumah usahakan meneken kontrak syariah yang tidak mengenal bunga mengambang. Kalaupun toh harus skema konvensional, usahakan mengunci kontrak pinjaman dengan bunga tetap untuk periode yang agak panjang, di atas lima tahun sembari berharap badai stagflasi berlalu.

4. Tutup pinjaman suku bunga mengambang

Ini penting dilakukan karena inflasi yang tinggi akan membuat Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku bunga tinggi untuk memerangi inflasi. Pihak terdampak paling besar adalah masyarakat yang memiliki utang dengan skema bunga mengambang atau floating rate. Segera tutup atau ubah skema pinjaman menjadi suku bunga tetap agar tidur anda lebih nyenyak.

5. Khusus bagi yang punya dana

Krisis selalu melahirkan orang-orang kaya. Maka, di saat stagflasi lah masa diskon besar-besaran belanja bagi orang-orang yang punya banyak sisa dana. Banyak perusahaan akan dijual murah, demikian pula akan banyak emiten yang harga sahamnya jauh di bawah nilai wajar.

6. Career break

Masa-masa ini mungkin paling tepat bila ingin berhenti sejenak dari karir untuk meneruskan studi, tentu bila tabungan sudah cukup. Mengapa, karena pada masa ini biasanya peluang karir berkembang minim, disebabkan perusahaan sulit mengatur bugdet pengeluaran, sehingga peluang kenaikan gaji atau pangkat akan lebih sedikit

(Penulis: Kamsidah dan Arraffi Setiakara Dewa)

Sumber:

https://www.cnbcindonesia.com: stagflasi lebih ngeri dari resesi_warga ri perlu siapkan ini

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini