Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Pentingnya “Setting Boundaries”
Prilla Geonestri Ramlan
Selasa, 22 November 2022 pukul 09:58:59   |   37439 kali

Pernahkah KanceLahat merasa tidak dihargai, memberikan terlalu banyak entah itu materi atau waktu, ataupun merasa powerless saat berada di situasi dan lingkungan tertentu? Jika pernah, bisa saja secara tidak sadar kita mengizinkan diri kita dikelilingi ataupun diperlakukan demikian dikarenakan kita tidak memiliki batasan atau boundaries. Batasan atau boundaries merupakan limit yang menandakan hal-hal mana yang dapat diterima dan tidak, apa yang bisa ditolerir atau tidak, baik itu berlaku baik bagi orang lain ataupun diri kita sendiri.

Mengutip sebuah buku karangan Dr. Henry Cloud dan Dr. John Townsend yang berjudul Boundaries, batasan itu layaknya sebuah rumah, yang memiliki pagar, ruangan-ruangan tertentu seperti ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga hingga kamar tidur. Kita, sebagai pemilik rumah, tentunya memiliki batasan untuk orang-orang mana yang diizinkan masuk hanya sampai pagar depan, ruang tamu atau bahkan kamar tidur. Nah, seperti itulah gambaran dari penerapan batasan atau boundaries pada diri kita, baik itu batasan fisik, emosional ataupun spiritual.

Bagi penulis, menetapkan batasan atau setting boundaries adalah hal yang sangat penting, bukan untuk mengontrol orang lain tetapi untuk melindungi diri sendiri. Membuat batasan bisa membuat kita untuk membedakan antara posisi kita dengan posisi orang lain hingga membedakan keinginan kita dengan keinginan orang lain. Jadi, hidup yang kita jalani ini bisa lebih selaras dengan value yang kita pegang.

Batasan juga merupakan salah satu bentuk kita dalam mencintai diri sendiri atau yang dikenal dengan istilah self love, dimana kita berhak memiliki batasan personal dan melindungi batasan tersebut. Boundaries sebagai pelindung memiliki arti bahwa kita sebagai manusia yang memiliki otonomi atas diri sendiri berhak untuk melindungi diri dari orang-orang yang hanya memanfaatkan, mengontrol ataupun memanipulasi kita. Hal lain yang perlu diingat juga bahwa kita hidup tidak semestinya bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, melainkan kebahagiaan diri kita lah yang utama dan terpenting.

Selanjutnya, memiliki batasan juga membantu kita membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain, karena hubungan yang sehat didasari dengan adanya mutual respect. Hubungan yang sehat itu ialah tentang bagaimana diri kita, bukan tentang apa yang telah kita lakukan ke orang tersebut. Berbicara mengenai hubungan yang sehat, dalam kehidupan sehari-hari tak sedikit orang yang senang menjalin hubungan dengan orang lain bukan karena bagaimana orang tersebut, bukan karena kepribadian dan perilakunya, atau bahkan bukan karena value yang mereka pegang, tetapi hanya karena orang tersebut dirasa baik ke kita. Kata baik disini memiliki arti bahwa orang tersebut bisa dengan mudah melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu kepada kita, contohnya dengan mudah memberikan waktu ataupun energinya untuk kita. Mindset seperti inilah yang sulit membuat kita memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain. Jika kita bisa menerapkan batasan atau setting boundaries, maka akan mudah bagi kita mengetahui siapa saja yang menghargai kita dengan tulus dan nantinya akan membawa kita untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat pula.

-Seksi Hukum dan Informasi-

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini