Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Mengenal Sarung Goyor, Salah Satu Obyek Lelang Dalam Kedai Lelang UMKM KPKNL Tegal Tahun 2022
Sri Supangati
Minggu, 24 Juli 2022 pukul 15:12:00   |   2671 kali

Kompetisi dan Inovasi (Kedai) Lelang UMKM merupakan salah satu kegiatan yang tepat untuk mengeksplorasi, mempromosikan dan memperkenalkan UMKM di Indonesia. Kedai Lelang UMKM bertujuan untuk membangun spirit kepada seluruh insan lelang DJKN agar terus berinovasi dalam memberikan layanan lelang dan memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders serta dapat berkontribusi bagi penerimaan negara secara optimal. Kegiatan tersebut untuk mengangkat para pelaku UMKM di masing – masing wilayah di seluruh Indonesia yang kaya akan produk-produk UMKM, tak terkecuali di wilayah kerja KPKNL Tegal. Selain itu, kedai lelang merupakan kegiatan yang bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan lelang sukarela para pelaku UMKM di portal lelang.go.id.

Memgambil tema “Rabu Manis Laka-Laka” yang digelar setiap hari Rabu Manis (legi) di setiap bulannya, pada Kedai Lelang tahun 2022 ini KPKNL Tegal mengangkat usaha UMKM yang berada di masing – masing daerah wilayah kerjanya, yaitu Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang, karena masing – masing daerah memiliki keunikan tersendiri yang harus dikenalkan kepada masyarakat luas. Salah satunya adalah sarung goyor dari Kabupaten Pemalang.

Seperti halnya berbagai wilayah di Indonesia, Kabupaten Pemalang pun mempunyai ragam kain tradisionalnya sendiri yang biasa disebut sarung goyor. Namanya diambil dari bahasa jawa “goyor” yang berarti lembek, dan merujuk pada tekstur sarung yang cenderung halus dan tidak kaku saat digunakan. Kain ini sekaligus menjadi identitas Pemalang. Masyarakat di sini sudah membuatnya dengan ragam motifnya sejak 1980 hingga sekarang.

Awalnya, pembuat sarung ini berasal dari Desa Wanarejan Utara, yang kemudian menyebar ke daerah Kelurahan Beji dan sekitarnya. Konsistensi para perajin di sana membuat Pemerintah Kabupaten Pemalang telah menjadikan dua wilayah tersebut sebagai sentra industri sarung goyor. Dua wilayah ini berjarak tiga kilometer arah timur dari Alun-Alun Pemalang, dan dapat ditempuh sekitar sepuluh menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Pemandangan berbeda akan dirasakan saat tiba di kawasan sentra. Belasan sarung yang baru ditenun terlihat dikeringkan di depan rumah. Beberapa perajin juga terlihat sedang memilin benang sambil bercakap. Satu yang paling khas, Anda akan mendengar suara klothak-klothak yang berasal dari alat tenun dari kayu yang digunakan para perajin dari dalam pabrik rumahan.

Proses pembuatan sarung ini ternyata sangat panjang. Setidaknya ada sepuluh langkah yang kemudian digolongkan menjadi empat tahapan besar yaitu dimulai dari pemilihan benang, pewarnaan, penggulungan, dan penenunan kain. Benangnya pun dibedakan menjadi dua, yakni benang pakan yang digunakan untuk dasar sarung serta benang lungsi yang dipakai sebagai motif. Proses yang panjang ini membuat pengerjaan sarung biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok benang dan kelompok tenun.

Aktivitas yang cukup memikat mata tentu proses pembuatannya yang sangat tradisional sekaligus menjadi ciri khas utama sarung goyor. Kebanyakan perajin menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang berbahan dasar kayu dan harus digerakkan memakai tenaga manusia dengan cara digenjot dan ditarik. Penggunaan ATBM membuat kualitas kain lebih terjaga dan motif yang tertanam dapat terlihat lebih otentik. Proses penggulungan benang pun masih menggunakan kerekan, mereka juga memakai baki khusus yang dibuat dari kayu untuk melukis motif pada sarung. Ragam motifnya adalah motif kembangan (bunga), prilikan, dan nanasan. Motif yang terakhir disebut telah menjadi ciri khas sarung goyor Pemalang yang kebetulan identik dengan nanas. Masing-masing motifnya memiliki makna. Ramainya gambar yang ada pada motif kembangan dan nanasan mengusung keindahan dan estetika bagi para pemakainya. Adapun motif prilikan sendiri bermakna kesederhanaan.

Pemakaian benang rayon juga memberi karakteristik lainnya saat dipakai karena benang ini dapat berbeda fungsinya sesuai musim. Saat dipakai di musim panas, sarung goyor akan memberi efek lebih sejuk, nyaman, dan halus bagi mereka yang memakainya. Sebaliknya, mereka juga akan merasa hangat saat menggunakan sarung ini di musim dingin.

Dalam sehari, seorang perajin bisa menenun sekitar empat sampai lima sarung. Jumlahnya dapat berubah menyesuaikan pasar dan ketersediaan bahan baku. Harga pasarannya sendiri mulai dari Rp 150.000 sampai dengan jutaan rupiah, bergantung dari tingkat kesulitan motif dan tenunan. (Dari berbagai sumber.)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini