Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Leadership dan Komitmen dalam Pengelolaan Kinerja
Mahmud Ashari
Kamis, 30 Juni 2022 pukul 21:32:52   |   899 kali

Dewasa ini, pengelolaan kinerja menjadi salah satu tools yang diterapkan pada seluruh instansi pemerintah. Kinerja yang dikelola secara sistematis mulai dari puncak pimpinan sampai level terbawah akan membawa organisasi mencapai tujuan dan misi yang telah dirumuskan.

Namun, mengelola kinerja bukanlah hal yang mudah dan menjadi sebuah tantangan tersendiri yang harus dihadapi setiap pimpinan organisasi. Robert Baccal dalam bukunya yang berjudul Performance Management (2005) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi setiap top manajer adalah bagaimana menemukan cara mengelola kinerja organisasi dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas, mendorong jajarannya untuk melakukan pekerjaan dengan benar sekaligus membantu organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam konteks ini, factor kepemimpinan (leadership) memegang peranan yang sangat penting. Top manajer diharuskan memiliki semangat “ing ngarso sung tulodho” (di depan memberikan contoh), ing madyo mangun karso (di tengah-tengah jajarannya mampu membaur dan melaksanakan tusi secara bersama-sama), dan “tut wuri handayani” (mendorong jajarannya untuk melaksanakan tugas sesuai job description dan target kinerja masing-masing).

Top manajer dituntut untuk mampu melakukan komunikasi mengenai misi, visi, strategi, kebijakan dan proses organiasi di seluruh level organisasi. Dia juga diharuskan mampu menciptakan dan mempertahankan nilai-nilai bersama, keadilan dan model etis untuk perilaku di semua tingkat organisasi, menginspirasi, mendorong serta mampu memberdayakan dan mengakui kontribusi jajarannya.

Namun demikian, tetap diperlukan dukungan dan komitmen dari seluruh jajaran di bawahnya. Tanpa adanya dukungan dari jajaran, seluruh rumusan kebijakan hanyalah narasi-narasi di atas kertas. Tanpa adanya komitmen dari jajaran, seluruh upaya yang dicontohkan, dibaurkan, dan didorong oleh top manajer akan berhenti di tempat.

Menurut Mowday et.al. dalam Meyer & Allen (1997), komitmen organisasi merupakan tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dalam suatu organisasi. Definisi ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki arti lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan pegawai dalam memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya. Melalui komitmen, pegawai tidak hanya sekedar menjadi perangkat organisasi, tapi lebih dari itu, mereka mempunyai rasa memiliki (sense of ownership) dan tanggung jawab atas berputarnya roda organisai untuk mencapai tujuan bersama.

Kolaborasi antara dua factor tersebut niscaya akan menjadikan katalisator dalam pertumbuhan dan sustainability organisasi. Organisasi tidak sekedar mencapai tujuan, namun lebih jauh lagi, organisasi akan survive dalam menghadapi segala macam tantangan dan perubahan yang terjadi.

Penulis: Mahmud Ashari, Kepala Seksi Kepatuhan Internal KPKNL Lhokseumawe

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini