Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Stasiun Pasang Surut : BMN yang Andal dalam Mengumpulkan Informasi Geospasial di Wilayah Lautan.
Andika Putra Bharata
Selasa, 05 April 2022 pukul 09:02:01   |   2155 kali

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas 7,81 juta km2 total luas wilayah, terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan. Dengan lebih banyaknya wilayah lautan, tak heran Indonesia, sebagai Negara Maritim, membutuhkan informasi kelautan yang handal. Salah satu informasi penting yang terkait dengan laut adalah data Pasang surut air laut (Pasut). Disinilah peran Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang saat ini berubah nama menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG) telah melakukan pengamatan pasang surut sejak tahun 1984 untuk keperluan pemetaan.

Sampai pada tahun 2022, Badan Informasi Geospasial (BIG) sudah membangun dan mengelola 216 stasiun pasang surut (pasut) yang terdistribusi di seluruh wilayah Indonesia. Keberadaan stasiun pasang surut ini masih belum memadai, belum bisa memberikan informasi pasang surut di seluruh wilayah perairan Indonesia, terutama di wilayah lautan lepas. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan Model Pasut yang dihitung dari data satelit Altimetri dan data pengukuran di stasiun pasut.

Terbaru, BIG meluncurkan perangkat stasiun pasang surut terbaru yang diberi nama Indonesia Tide Gauges (InaTides). Pada teknologi InaTides, terdapat tiga jenis peralatan perekaman yakni radar gauge, pressure gauge dan float gauge yang membuat pengumpulan data menjadi lebih tepat dan juga lebih cepat diperoleh. Awalnya, di tahun 2010, InaTides baru digunakan pada tiga stasiun pasang surut, namun seiring dengan semakin tingginya urgensi terhadap pengolahan data geospasial, terkini sudah ada 158 stasiun pasang surut yang telah diperbarui menggunakan teknologi InaTides.

Dalam kegiatan pengelolaan stasiun pasang surut, Badan Informasi Geospasial bekerjasama dengan beberapa Instansi Pemerintah lain seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, PT. Pelindo serta Instansi Pemerintah lainnya. Salah satu contohnya adalah stasiun pasut yang ada di pantai cirebon yang ditempatkan pada Dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan.

Dibangun pada tahun 2015, stasiun pasut Kejawanan merupakan salah satu pasut yang menggunakan teknologi InaTides dalam pengumpulan datanya. Pergerakan gelombang, tinggi pasang, waktu surut, hingga kuat arus laut dapat dipantau dari stasiun pasut ini. Seiring berjalannya waktu, Satuan Kerja yang berada di bawah pembinaan KPKNL Bogor ini menggunakan data pasang surut untuk keperluan lain di antaranya untuk pembangunan infrastruktur, penelitian, hingga yang paling mutakhir adalah peringatan dini tsunami.

Penduduk sekitar juga memanfaatkan fungsi dari Barang Milik Negara yang satu ini. Nelayan, contohnya, menggunakan data pasang surut agat tahu waktu terbaik untuk berlayar atau bersandar di dermaga. Dengan memperhitungkan waktu layar dan sandar, Nahkoda kapal dapat menghitung biaya operasional yang dikeluarkan serta lamanya waktu berlayar yang optimal. Lain lagi bagi petani garam. Petani garam sangat membutuhkan data pasang dan surut yang dikeluarkan oleh Stasiun Pasut tersebut, Dengan demikian, pengolahan garam akan lebih optimal dan tentunya akan langsung berdampak pada penghasilan mereka. Dengan kata lain, secara langsung, penggunaan BMN dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi di wilayah sekitarnya.

Yang terbaru adalah saat beberapa waktu lalu Cirebon diguncang gempa, dan permukaan air laut di tepi pantai surut hingga 40 cm yang menyebabkan merebaknya isu tsunami. Namun kepanikan dapat dicegah karena pemerintah setempat merilis data dari stasiun pasut yang menunjukkan bahwa fenomena surut air tersebut hanyalah fenomena pasang surut biasa yang bertepatan setelah terjadinya gempa. Hal ini menunjukkan bahwa BMN juga bisa dijadikan sebagai alat kontrol sosial.

Stasiun Pasut adalah salah satu contoh penggunaan BMN yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya berpengaruh untuk mendeteksi bencana, bahkan lebih jauh lagi, keberadaannya sangat esensial baik dari sektor ekonomi serta sosial masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karenanya, semakin penting pula lah bagi kita untuk terus menjaga dan merawat keberadaan BMN, bukan hanya secara khusus pada Stasiun Pasang Surut, tapi juga BMN lainnya yang ada di seluruh Indonesia.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini