Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Siap-siap Mutasi, Tips hadapi lingkungan baru
Agus Kurniawan
Rabu, 16 Februari 2022 pukul 14:29:43   |   1075 kali

Dalam suatu organisasi, instansi pemerintah, maupun perusahaan pasti membutuhkan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas demi keberlangsungan dan kemajuan organisasi. Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas suatu organisasi perlu memiliki sistim rekruitmen yang baik, mempertahankan kualitas SDM, dan melakukan pengembangan sumber daya manusia. SDM yang berkualitas, menurut Ndraha (1997:12) ‘Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga nilai kompetitif, generative, inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence, creativity, dan imagination. Tidak semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, energi otot, dan sebagaiannya’. Ada pula ciri-ciri SDM yang berkualitas yang perlu kita ketahui, menurut Ruky (2006:16) dalam buku “SDM Berkualitas Mengubah Visi menjadi Realitas” yaitu :

  1. Memiliki pengetahuan penuh tentang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya.

  2. Memiliki pengetahuan (knowledges) yang diperlukan, terkait dengan pelaksanaan tugasnya secara penuh.

  3. Mampu melaksanakan tugas-tugas yang harus dilakukannya karena mempunyai keahlian/keteramplan (skills) yang diperlukan.

  4. Bersikap Produktif, inovatif/kreatif, mau bekerja sama dengan orang lain, dapat dipercaya, loyal, dan sebagaiannya.

SDM yang berkualitas merupakan kumpulan individu yang siap hadapi lingkungan baru dan dapat bersosialisasi dengan baik. Rotasi kerja dilakukan untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan karyawannya. Menurut Rokhman (2011), ‘Rotasi kerja adalah pelatihan yang dilakukan dengan cara memindahkan karyawan dari satu pekerjaan atau jabatan ke posisi lain dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang berbagai kegiatan yang berbeda dalam organisasi sehingga ketika ada kekosongan jabatan bisa dengan mudah digantikan’. Perlu diketahui pula tujuan rotasi kerja, Menurut Wahyudi (2002), secara khusus tujuan dari rotasi kerja adalah sebagai berikut:

  1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan yang ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi ketenagakerjaan yang stabil (personal stability).

  2. Membuka kesempatan untuk pengembangan karir. Tujuan ini dimaksudkan untuk mendorong atau merangsang tenaga kerja agar berupaya menjangkau karir yang lebih tinggi, yang berarti pula bahwa mereka akan berusaha mencurahkan kemampuannya yang ditopang oleh semangat kerja yang tinggi.

  3. Memperluas dan menambah pengetahuan, merupakan kebutuhan yang perlu mendapat perhatian dalam satu organisasi.

  4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan. Apabila seorang tenaga kerja terus menerus dari tahun ke tahun memegang jabatan yang sama, maka akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang akibatnya sangat berbahaya.

  5. Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja. Suatu job rotation dapat dipergunakan untuk memberikan imbalan sebagai penghargaan kepada tenaga kerja yang berprestasi.

  6. Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam meningkatkan prestasi kerja.

  7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran. Apabila seorang tenaga kerja melakukan pelanggaran atau tidak mampu memperlihatkan prestasi yang baik, job rotation dapat dijadikan alat untuk menghukum.

Sebagai karyawan dituntut untuk siap menghadapi segala tantangan, pelatihan, dan pengembangan yang diberikan perusahaan. Tentunya karyawan harus mempersiapkan diri dari segi fisik, mental, materi, pengetahuan, dan lainnya. Demikian juga dengan rotasi kerja yang mana sebagai karyawan akan menghadapi tugas, fungsi baru, lingkungan dan suasana yang baru.

Agar berhasil dalam beradaptasi dengan lingkungan baru ada beberapa tips yang dapat dilakukan:

  1. Mencari informasi terkait dengan posisi yang akan dijalani, dengan mencari informasi tersebut akan tau apa saja yang harus dipersiapan, memiliki gambaran saat sudah menempati posisi tersebut.

  2. Berdiskusi dengan rekan kerja yang sudah berpengalaman karena dengan berdiskusi akan mengetahui dan dapat mempelajari berdasarkan pengalaman karyawan lain.

  3. Mengembangkan potensi yang dimiliki, dengan bekerja akan dapat mengetahui potensi yang terpendam. Lalu dapat mencoba sesuatu yang dapat membuat keluar dari zona nyaman karena rotasi kerja memungkinkan untuk melampaui limit dan harus terbiasa dengan keadaan tersebut.

  4. Berpikiran positif dengan berpikir positif maka apapun yang terjadi akan lebih bisa diterima dan tidak membuat diri terpuruk.

Seorang pemimpin memberikan rotasi kerja kepada karyawan berarti memberi kepercayaaan, maka dari itu karyawan harus bertanggung jawab dalam menjalaninya. Rotasi kerja dilakukan bukan untuk merugikan karyawannya, pastinya perusahaan ingin menggali potensi dan mengembangkan potensi karyawan untuk keberlangsungan dan kemajuan perusahaan/instansinya, selain itu untuk menghindari kejenuhan di suatu posisi yang terlalu lama. (Penulis: Oi Setia Rini & Agus Kurniawan (Kasi HI KPKNL Semarang))

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini