Peran BLU dalam Pembangunan Nasional
AMINAH NURMILLAH
Jum'at, 19 November 2021 pukul 07:59:22 |
1963 kali
Salah
satu hasil dari reformasi manajemen keuangan pemerintah pada tahun 2003/2004
adalah Badan Layanan Umum (BLU). BLU ini merupakan penerapan konsep New Public Management/NPM (Christopher
Hood, 1991) dan Reinventing Government
(Osborne,1992).
Dalam
konsep NPM, institusi pemerintah perlu menerapkan manajemen yang efektif,
efisien dan berorientasi hasil seperti yang diterapkan di sektor swasta.
Organisasi pemerintah harus meninggalkan manajemen yang kaku, berbelit dan hirarkis.
Oleh sebab itu manajemen pemerintahan harus adaptif/fleksibel, desentralisasi
wewenang, mengambil keputusan dengan cepat, profesional, serta berorientasi pada
hasil dan stakeholders.
Salah
satu konsep reinventing government
adalah enterprising the government
yang mentransformasikan birokrasi pemerintah menjadi wirausaha pemerintah.
Wirausaha dimaksud adalah birokrasi pemerintah harus menggunakan sumberdaya secara
efektif, efisen; kompetitif; dan berorientasi hasil.
Berdasarkan
uraian di atas, BLU harus menerapkan manajemen yang efektif, efisien,
profesional dan berorientasi hasil; debirokratisasi; dan pendelegasian wewenang
yang mempercepat pengambilan keputusan. Disamping itu, BLU harus mengoptimalkan penggunaan resources untuk meningkatkan kinerja.
Sejak
tahun 2005, perkembangan BLU (terbit PP 23/2005 yang mengatur BLU) signifikan.
Tahun 2005 BLU Pemerintah Pusat hanya berjumlah 23 BLU, menjadi 252 BLU tahun
2020. Adapun rinciannya, rumpun kesehatan berjumlah 107 rumah sakit (RS);
pendidikan berjumlah 106 Perguruan Tinggi Negeri (PTN); pengelola dana
berjumlah 10 BLU; pengelola kawasan berjumlah 5 BLU; dan penyedia barang/jasa
lainnya berjumlah 24 BLU.
Dengan
jumlah BLU di atas, kontribusi BLU terhadap pembangunan nasional dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Kesehatan.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit, semua RS pemerintah wajib berstatus BLU. Dengan meningkatnya
status rumah sakit menjadi BLU, peran RS dalam bidang kesehatan semakin meningkat.
Pada pandemi Covid-19, 90% RS BLU menjadi rujukan Covid-19. Jumlah RS BLU yang
hanya sebesar 3,06% mampu berkontribusi kepada 15,04% layanan RS di Indonesia.
RS BLU juga melayani lebih 80% pasien BPJS.
2. Pendidikan.
Salah satu faktor terpenting dalam pembangunan nasional adalah kualitas SDM.
Hal ini selaras dengan pendapat Adam Smith yang menyatakan SDM sebagai faktor
produksi utama yang menentukan kemakmuran suatu bangsa. Oleh sebab itu, PTN BLU
mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Jumlah PTN
BLU yang hanya 2,96 persen, mampu mendidik
25,45 persen dari total mahasiswa. Di samping itu, PTN BLU memberikan
beasiswa kepada 152.000 mahasiswa tidak mampu, mendanai 30.000an riset, 5.000an
HaKI dan lain-lain.
3. Pengelolaan
Dana. BLU pengelola dana mempunyai peran penting dalam membantu pendanaan UMKM,
peningkatan kualitas SDM melalui pemberian beasiswa S2 dan S3, pembangunan
infrastruktur jalan tol dan telekomunikasi, pengembangan perkebunan kelapa
sawit yang berkelanjutan dan lain-lain.
Untuk pendanaan UMKM,
BLU telah mengucurkan dana sebesar Rp 31 triliun termasuk untuk pendanaan usaha
mikro (UMi). Untuk telekomunikasi, BLU melalui Palapa Ring telah menghubungkan
57 kabupaten/kota dengan panjang 12.148 km melalui pembangunan jaringan dan BTS
4. Pengelola
Kawasan. BLU pengelola kawasan telah berkontribusi dalam mengembangan kawasan
ekonomi, optimalisasi pemanfaatan aset negara dan lain-lain.
5. Penyedia
Barang/Jasa Lainnya. BLU penyedia barang/jasa lainya telah berhasil mensuplai
2,7 juta dosis inseminasi buatan atau setara 60 persen dari kebutuhan nasional
dan 44-52 persen vaksin ternak/hewan misalnya antrax, flu burung.
Di
samping kontribusi di atas, pada tahun 2020 BLU mengelola aset sebesar Rp962
triliun dan pendapatan sebesar Rp69,68 triliun. Jika aset dan pendapatan
tersebut dikelola secara maksimal, akan mendorong peningkatan kualitas
pelayanan BLU dan kontribusinya terhadap masyarakat dan pembangunan nasional.
Melihat
jumlah dan kontribusi BLU di atas, BLU mempunyai tantangan untuk terus meningkatkan
kinerjanya. Secara sistem, pengelolaan keuangan BLU sudah relatif baik walau
masih perlu ditingkatkan fleksibilitasnya. Namun yang terpenting adalah
tantangan internal BLU sendiri. BLU harus dapat meningkatkan kualitas leadership dan manajerial, mengoptimalkan
pengelolaan resources serta birokrasi
yang efektif dan efisien. Di samping itu, BLU harus selalu berinovasi dan
menjadikannya bagian dari DNA-nya. Innovation
is the outcome of habit, not a random act (Sukant Ratnakar).
Edward UP Nainggolan, Kakanwil
DJKN Kalimantan Barat.
Disclaimer |
---|
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja. |