Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Air: Teman Kehidupan yang (terkadang) Terabaikan
Mahmud Ashari
Senin, 22 Maret 2021 pukul 15:31:11   |   3253 kali

Air merupakan sumber daya alam yang melimpah karena dapat ditemukan di setiap tempat di permukaan bumi. Ia merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan setiap mahluk hidup. Bagi manusia, kebutuhan akan air adalah mutlak karena hampir semua aktivitas manusia memerlukan air.

Di samping jumlah atau volume air yang besar yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang tidak kalah penting adalah kualitas air yang memenuhi standar. Tidak semua sumber air ketersediaannya dalam kualitas yang layak untuk dikonsumsi. Seperti air tanah yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang larut di dalamnya, sering kali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi telah tercemar, khususnya untuk air tanah tergantung pada: kondisi spesifik geologi, kondisi hidrologi, dan juga dari ulah manusia yang ada di areal dan di sekitar sumber air tersebut. Semakin buruk kualitas air yang tersedia akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sumber air yang bersih dan layak untuk dikonsumsi. Adanya senyawa atau unsur lain dan bakteri atau mikroorganisme di dalam sumber air akan berpotensi menimbulkan dampak yang tidak diinginkan bagi manusia terutama bagi kesehatan manusia.

Selain itu, salah satu permasalahan yang dihadapi terkait kehadiran dan peran air adalah ketersediaan air bersih baik secara kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas yang berpotensi memicu krisis air bersih di Indonesia jika penyediaan air bersih tidak tumbuh seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Mengingat semakin maju tingkat hidup masyarakat, akan semakin tinggi pula kebutuhan akan air.

Lihat saja di sekeliling kita, lahan-lahan hijau semakin berkurang akibat kebutuhan permukiman. Hutan-hutan semakin berkurang seiring pembukaan lahan bagi perkebunan maupun pertanian. Hal-hal tersebut disadari atau tidak akan mempengaruhi ketersediaan dan debit air bersih di muka bumi. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sangat penting dalam mengendalikan pengelolaan kelestarsian air bersih.

Penulis masih ingat dalam salah satu sekuel film action yang sangat populer, yaitu James Bond dengan judul Quantum of Solace. Dalam salah satu fragmennya, agen rahasia yang dikenal dengan sandi 007 tersebut menguak salah satu tujuan kegiatan musuh besarnya, yang bernaung dalam organisasi Spectre, yaitu untuk menguasai sumber mata air agar bisa mengendalikan populasi dan ekonomi suatu daerah. Dalam hal ini penulis ingin menggarisbawahi bahwa air bersih pada suatu masa akan menjadi salah satu barang mewah dan langka jika pemerintah tidak ikut campur dalam pengelolaannya. Bahkan sedemikian pentingnya keberadaan air, Pemerintah Indonesia menuangkan concern-nya dalam salah satu pasal di Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pasal 33 (3) “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Sedemikian pentingnya peran air dalam kehidupan, namun dalam praktik sehari-hari manusia seringkali abai bahwa benda cair tersebut perlu untuk dilestarikan dan dipergunakan sebijak mungkin. Penulis juga ingat salah satu “kritikan” dari kolega penulis yang berasal dari salah satu lembaga institusi United Nations pada kegiatan supervisi proyek air bersih di wilayah Nusa Tenggara Barat medio tahun 2010. Dalam momen tersebut, yang bersangkutan menyampaikan kritik antara lain prihatin dengan cara pemakaian air bersih di Indonesia yang masih boros dan tidak terkendali. Boros dan tidak terkendali disini mungkin masih dalam parameter relative, tergantung dari kacamata masing-masing pihak. Namun demikian, jika melihat praktek dalam kehidupan sehari-hari, sejak bangun tidur sampai dengan tidur kembali, penulis sendiri sering menyadari bahwa penggunaan air yang penulis lakukan memang masih boros. Saat menggosok gigi misalnya, air wastafel masih sering mengucur deras, padahal mulut masih dipenuhi busa odol dan sikat gigi masih bergerak ke kanan-kiri, atas-bawah. Atau pada saat mencuci baju, air keran masih mengucur deras berlimpah ruah meluber dari volume ember. Benar-benar kondisi yang sangat tidak bijak dalam penggunaan air.

Oleh karena itu, dengan momen peringatan Hari Air Seduni yang jatuh pada hari ini, tanggal 22 Maret, penulis mengajak kita semua, khususnya diri penulis sendiri, untuk lebih bijak dalam menggunakan dan mengelola air. Pada saat ini air masih berlimpah di muka bumi, khususnya di Indonesia. Namun, apa jadinya jika kita tidak peduli dan tidak mau memulai langkah-langkah bijak dalam menggunakan air. Oleh karena itu, marilah kita bijak dalam penggunaan air dan melestarikan air. Di mulai dari sekarang, saat ini juga, dari diri kita sendiri, agar anak cucu kita dapat menikmati air kehidupan yang saat ini kita nikmati. Agar air tidak menjadi sekedar dongeng di masa yang akan datang.

Selamat Hari Air Sedunia 2021.

Penulis: Mahmud Ashari (Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran)


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini