Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Analisis Valuasi Ekonomi Objek Wisata Pantai Sorendiweri Menggunakan Travel Cost Method
Mohammad Iqbal Firzada
Senin, 08 Februari 2021 pukul 09:31:28   |   5885 kali

Pantai Sorendiweri merupakan salah satu pantai di Kabupaten Supiori yang berusaha dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Supiori sebagai tempat wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik dan sumber yang dapat membantu perkembangan ekonomi di Kabupaten Supiori. Namun saat ini banyak fasilitas yang sudah usang, sehingga perlu dilakukan pengembangan atau perbaikan terhadap fasilitas di pantai tersebut agar dapat lebih menarik pengunjung.

Pantai Sorendiweri terletak di selat kecil yang memisahkan 2 pulau besar yaitu Kabupaten Supiori dan Kabupaten Biak Numfor, sehingga pantai tersebut memiliki 2 sisi yaitu sisi utara yang berhadapan langsung dengan samudra pasifik dan sisi timur yang berhadapan langsung dengan selat diantara 2 pulau besar tersebut, sehingga memiliki keunikan tersendiri dibanding pantai-pantai lainnya karena terdapat dua alternatif wisata.

Selain datang untuk berwisata atau berenang, beberapa pengunjung juga datang untuk memancing di selat pantai sorendiweri. Di pantai tersebut tersedia cottage-cottage yang disewakan, namun sayangnya sudah tidak terawat dan memerlukan renovasi. Jumlah pengunjung Pantai Sorendiweri satu tahun terakhir sebanyak 1.920 orang. Akses menuju ke Kabupaten Supiori harus melalui jalan darat selama 2 jam dari Kabupaten Biak Numfor yang menjadi pusat distribusi barang atau lokasi bandara berada.

Sebagai salah satu aset publik yang dikunjungi masyarakat, dalam pengembangan/optimalisasi lebih lanjut di masa mendatang, maka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan hal yang penting. Estimasi nilai ekonomi dapat mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Pantai Sorendiweri sehingga berguna bagi optimalisasi pengelolaan aset dan pengembangan fasilitas selanjutnya.

Pemerintah Daerah Kabupaten Supiori telah membangun sejumlah sarana dan fasilitas untuk meningkatkan jumlah pengunjung tiap tahunnya. Namun demikian, fasilitas tersebut telah lama dan perlu adanya perbaikan maupun pengembangan untuk fasilitas-fasilitas baru, sedangkan pengelolaan dari sisi anggaran maupun pemanfaatan potensi Pantai Sorendiweri relatif belum optimal. Sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Supiori belum mengetahui berapa besar nilai ekonomi dari Pantai Sorendiweri. Oleh karena itu, dalam perencanaan pengembangan Pantai Sorendiweri salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan adalah estimasi nilai ekonomi Pantai Sorendiweri.

Menurut Fauzi (2010, 209) secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep nilai ekonomi ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Nilai ekonomi diperoleh dari persepsi seseorang tentang harga yang diberikan oleh seseorang terhadap objek wisata. Ukuran harga tersebut ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang digunakan (Djijono 2002, 2).

Nilai adalah suatu opini dari manfaat ekonomi atas kepemilikan aset, atau harga yang paling mungkin dibayarkan untuk suatu aset dalam pertukaran, sehingga nilai bukan merupakan fakta. Aset diartikan juga sebagai barang dan jasa. Nilai dalam pertukaran adalah suatu harga hipotetis, dimana hipotetis dari nilai diestimasi dan ditentukan oleh tujuan penilaian pada waktu tertentu. Nilai bagi pemilik adalah suatu estimasi dari manfaat yang akan diperoleh pihak tertentu atas suatu kepemilikan atau dikenal juga sebagai Nilai dalam Penggunaan (SPI 2018:KPUP 4.4).

Penggunaan Travel cost method (TCM) menganalisis valuasi ekonomi Objek Wisata Pantai Sorendiweri untuk mengetahui permintaan dan minat terhadap rekreasi di alam terbuka. Penerapan metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi (Fauzi 2010, 213). Untuk dapat menerapkan TCM dan hasil penelitian yang diperoleh tidak bias, maka fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar sebagai berikut (Fauzi 2010, 216).

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.

3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrip).

Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Oleh karena itu, fungsi permintaan kegiatan rekreasi tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan kegiatan lainnya seperti menonton, berbelanja, dan lain-lain (Gravitiani 2010, 33).

Konsep TCM adalah metode yang digunakan berdasarkan komplementeri antara barang wisata dan barang yang digunakan untuk bepergian sampai ke daerah tujuan wisata. Pada penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata, pendekatan TCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi sederhana. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif.

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu barang atau jasa dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen muncul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun. Sebab munculnya surplus konsumen yaitu karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Djijono 2002, 4). Formula perhitungan surplus konsumen menurut Haab dan Mc Connell (2002 dalam Fauzi 2010, 216):

WTP CS = V2/-2 β1

di mana Consumer Surplus (CS) merupakan surplus yang dirasakan konsumen, V adalah jumlah kunjungan rata-rata individu, dan ß1 adalah koefisien biaya perjalanan. Persamaan ini menunjukkan rata-rata surplus konsumen. Selanjutnya untuk memperoleh nilai ekonomi suatu objek wisata dengan menggunakan TCM, dapat diestimasi dengan mengalikan total surplus konsumen dengan estimasi jumlah populasi pengunjung selama periode tertentu, yaitu:

TCS = CS x N

di mana TCS adalah Total Consumer Surplus, CS adalah Consumer Surplus dan N adalah jumlah pengunjung rata-rata dalam 12 bulan terakhir.

Melalui pengunaan Travel cost method (TCM), sesuai hasil analisis data dan informasi yang dikumpulkan pada tanggal 21 November 2020 s.d. 05 Desember 2020, maka diperoleh hasil bahwa nilai ekonomi rata-rata objek wisata Pantai Sorendiweri untuk periode 1 tahun terakhir (bulan Desember 2019 s.d. Desember 2020) sebesar Rp1.115.422.080,00 per tahun dan berada pada interval Rp454.318.080,00 s.d. Rp2.068.533.120,00 per tahun.

Nilai ekonomi tersebut berdasarkan pengolahan dari sumber data yang digunakan dalam kajian ini berupa data primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan dengan melakukan wawancara kepada pengelola dan pengunjung objek wisata Pantai Sorendiweri. Selain itu menggunakan juga data sekunder yang diambil dari publikasi-publikasi resmi yang ada seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan sebagainya. Dari sumber data tersebut maka ditentukanlah variabel-variabel yang berpengaruh dan berdampak pada jumlah kunjungan di Pantai Sorendiweri. Adapun pengaruh dari variable-variabel adalah sebagai berikut:

a) Umur berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin tua suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin menurun.

b) Sekolah berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin tinggi pendidikan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin menurun.

c) Income berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin tinggi pendapatan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin meningkat.

d) Travel Cost (TC) berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin besar biaya perjalanan menuju ke Pantai Sorendiweri yang dikeluarkan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin menurun.

e) Jarak rumah individu ke Pantai Sorendiweri berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin jauh rumah suatu individu dari Pantai Sorendiweri, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin menurun.

f) Kemudahan yang mewakili faktor Akses, Fasilitas, dan Keamanan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan, dapat diartikan semakin bagus akses, fasilitas, dan keamanan yang dirasakan suatu individu, maka jumlah kunjungannya ke Pantai Sorendiweri akan semakin meningkat.

Lebih jauh rekomendasi kajian ini, bahwa Pemerintah Kabupaten Supiori dapat menggunakannya sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan dalam pengembangan wisata Pantai Sorendiweri. Baik itu kebijakan terkait kegiatan investasi atau penganggaran terkait pengembangan dan renovasi fasilitas Pantai Sorendiweri. Beberapa kebijakan yang dapat diimplementasikan antara lain :

a. Agar dapat meningkatkan kunjungan terhadap Pantai Sorendiweri, dapat dipertimbangkan faktor-faktor yang terdapat dalam persamaan model, seperti memperbaiki akses masuk ke Kabupaten Supiori, dengan akses yang baik akan mengurangi travel cost serta memberikan kenyaman dalam perjalanan menuju Kabupaten Supiori, sehingga akan meningkatkan jumlah pengunjung dan Willingness to Pay dari pengunjung.

b. Alternatif lain adalah mengembangkan sektor pelabuhan untuk memudahkan distribusi barang dan akses pengunjung ke Kabupaten Supiori.


Penulis : Tomy Jonatan (Kepala Seksi Penilaian KPKNL Biak)

Mewakili Keluarga Besar KPKNL Biak

Referensi :

BPS. 2020. Kabupaten Supiori Dalam Angka, https://supiorikab.bps.go.id

Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Costs Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Diakses pada 18 Agustus 2017. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/05123/dijiono.pdf.

Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gravitiani, Evi. 2010. “Aplikasi Individual Travel Cost Method di Area Publik”. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Vol. 11, No 1:30-37.

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia. Kode Etik Penilai Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia Edisi VII - 2018. Jakarta Selatan: Masyarakat Profesi Penilai Indonesia, 2018.



Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini