Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Optimisme Pemulihan Ekonomi Indonesia 2021
Arifatul Faizah
Jum'at, 11 Desember 2020 pukul 16:22:27   |   1028 kali

Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia selama hampir sepuluh bulan, dan sampai saat ini masih belum ada tanda-tanda penurunan kasus. Pada saat membaca berita di koran, menonton berita televisi, atau saluran informasi lainnya, justru grafiknya naik menjadi sekitar 5.000-an kasus per hari. Tetapi, grafik yang naik tersebut juga disebabkan oleh semakin banyaknya PCR test , terutama di kantor-kantor dan tempat umum yang rawan penyebaran.

Kabar baik pula bahwa vaksin sudah sampai di Indonesia dan sedang menunggu hasil uji klinis keluar. Kita semua berharap supaya pandemi ini segera berakhir, karena selain sisi kesehatan, sektor ekonomi pun terdampak oleh pandemi ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III (Q3) adalah -3,49% secara year on year (yoy), ini lebih baik dibandingkan pada kuartal sebelumnya (Q2) dimana pertumbuhan ekonomi -5,32% secara year on year (yoy). Pemerintah berusaha untuk tetap meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Perekonomian dunia termasuk Indonesia diperkirakan akan terkontraksi pada tahun ini, namun diproyeksikan akan rebound pada tahun 2021. IMF memproyeksikan ekonomi global pada tahun 2021 akan tumbuh 5,2%. Sementara di Indonesia, walaupun kuartal III terkontraksi secara year on year (yoy), namun secara q to q mengalami pertumbuhan sebesar 5,05%. Ini menunjukkan bahwa kuartal III merupakan titik balik dari pemulihan ekonomi Indonesia.

Sementara dari sektor pasar modal, para investor semakin optimis, terlihat dari grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus naik dari harga penutupan pada 30 September 2020 sebesar 4970 menjadi 5932 pada 10 Desember 2020. Kenaikan IHSG selain karena optimisme pelaku pasar modal lokal juga disebabkan oleh sentimen positif atas kemenangan Joe Bidden pada pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Kemenangan Joe Bidden dianggap menjadi katalis karena kebijakannya yang akan menaikkan pajak Perusahaan di Amerika Serikat sehingga para investor memilih untuk menginvestasikan uangnya ke emerging market yang salah satunya adalah Indonesia.

Komoditas andalan Indonesia seperti Crude Palm Oil (CPO), Batubara, dan Nikel juga mengalami kenaikan. Bahkan untuk CPO mengalami titik tertinggi sepanjang masa pada harga RM 3636/ton pada tanggal 10 Desember 2020. Sementara Batubara mengalami kenaikan sebesar 22% dalam sebulan ke harga $77/ton pada 9 Desember 2020, kenaikan harga batubara imbas dari tingginya permintaan dari Tiongkok menyusul pemulihan ekonomi disana. Untuk Nikel juga mengalami kenaikan sebesar 22% secara year to date menjadi $17.370/ton pada tanggal 10 Desember yang juga merupakan harga tertingginya sejak anjlok karena pandemi Covid-19, kenaikan harga nikel disebabkan karena produksi mobil listrik yang semakin populer dan kabar bahwa Tesla, perusahaan pembuat mobil listrik asal Amerika Serikat akan mendirikan pabrik baterai di Indonesia.

Dari data-data di atas, tentu kita harus merasa optimis bahwa pemulihan ekonomi di Indonesia pada 2021 akan terjadi, bahkan mungkin akan lebih besar dari yang diproyeksikan. Namun semua itu juga tak lepas dari bagaimana kita, masyarakat, dan Pemerintah saling bersinergi dan bahu membahu dalam rangka memulihkan kembali perekonomian Indonesia.

Sumber Gambar : Kompas.com , Market.bisnis.com, indomeme.id

Ahmad Taufiq R / Pelaksana KPKNL Singkawang



Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini