Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Pemanfaatan BMN Taman Nasional Gede Pangrango untuk mewujudkan Eco-wisata Kelas Dunia
Andika Putra Bharata
Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 16:04:31   |   1210 kali

Udara segar nan sejuk, sinar matahari yang tampak malu-malu menyembul dari balik awan dan celah pepohonan yang membiaskan spectra matahari menyambut tim kehumasan KPKNL Bogor saat menapakkan kaki di depan gapura masuk yang bertuliskan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP). Di sana kami disambut oleh kepala resor TNGP, Asep Suganda, yang sebelumnya sudah mendapat kabar ikhwal kedatangan tim kehumasan KPKNL Bogor pada hari Rabu pagi dalam rangka peliputan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang ada pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Seusai berkenalan dengan Tim, Pak Asep langsung mengajak kami untuk berkeliling sekaligus menjadi tour guide dalam menapaki jalan jalan pegunungan yang masih asri namun sudah tertata rapi di kawasan dengan total luas 22.851,03 Ha tersebut. Disebutkan bahwa TNGP merupakan kawasan konservasi alam yang di dalamnya terdapat kekayaan keanekaragaman ribuan spesies flora yang dilestarikan dan puluhan jenis fauna yang sengaja dibiarkan hidup bebas. TNGP sendiri bukanlah hal yang asing bagi masyarakat. Taman Nasional yang sudah ditetapkan menjadi Cagar Biosfir sejak tahun 1977 oleh UNESCO ini membentang di tiga kabupaten pada provinsi Jawa Barat yakni Sukabumi, Bogor, dan Cianjur, termasuk dua gunung yang sudah populer di kalangan pendaki yaitu Gunung Gede dan Gunung Pangrango.

***

Rombongan menapaki anak tangga yang dibuat untuk mempermudah pendakian ke kawasan resor. Sepanjang perjalanan naik ke lokasi yang lebih tinggi, tak henti hentinya kami dibuat kagum oleh hijaunya pemandangan, suara simponi burung-burung yang berkicau seolah menyambut kami, dan kebersihan lingkungan yang benar-benar dijaga. Tanpa sadar kami sudah tiba di check point pertama resor. Di check point pertama ini, pengunjung mendapatkan satu buah armband dan satu paket welcome snack. Pak Asep lalu mengajak kami untuk duduk sembari menikmati hidangan kecil-kecilan itu di salah satu wahana unggulan TNGP, Teater TNGP.

Teater TNGP ini berkonsep seperti teater terbuka. Barisan tribun penonton dibuat dari kayu yang dimotif seperti batang pohon tua yang sudah tumbang, sementara untuk panggungnya didesain dengan model teater klasik yang luas sehingga penonton yang berada di ujung tribun masih dapat melihat panggung. Setiap akhir pekan, akan ada pertunjukan kebudayaan seperti wayang orang, tari tradisional, dan musik daerah maupun nasional.

Agenda rutin tersebut dilaksanakan karena pengunjung TNGP bukan hanya berasal dari dalam negeri tapi juga luar negeri. Sehingga, selain sebagai media rekreasi dan hiburan, hal ini juga menunjukkan komitmen TNGP untuk memberikan edukasi serta melestarikan kebudayaan asli Indonesia.

Tempat yang selanjutnya dituju adalah sebuah wahana yang saat ini sedang menjadi trending dan viral di media internet, yaitu Situ Gunung Suspension Bridge alias Jembatan Gantung Situ Gunung. Jembatan yang terbentang sepanjang 243 meter di antara dua lembah dengan ketinggian 161 meter ini merupakan salah satu objek wisata yang banyak diminati oleh pengunjung TNGP. Selain memacu adrenalin, para pengunjung yang menyeberangi jembatan gantung terpanjang se-Asia ini akan disuguhi pemandangan hutan asri yang dikelilingi oleh hamparan perbukitan yang megah.

Keseruan berlanjut saat kami tiba di wahana perkemahan yang disediakan khusus bagi pengunjung yang ingin bertamasya bersama keluarga ataupun sahabat sembari menikmati keindahan alam. Wahana perkemahan tersebut adalah Glamour Camping (Glamping). Wahana Glamping terletak di atas salah satu perbukitan yang ada di TNGP. Beberapa bangunan menyerupai rumah keong lengkap dengan peralatan ala camping didirikan di atas dataran luas perbukitan tersebut. Di satu sudut ada peralatan api unggun dan pemanggang barbeque yang siap menemani sembari melewati malam rekreasi alam

Dalam perbincangan bersama Tim, Pak Asep menuturkan satu hal yang membuat kami terkejut, yaitu bahwa semua wahana yang telah kami lewati, mulai dari rumah teater, bangunan perkemahan hingga jembatan gantung adalah Barang Milik Negara. Aset-aset tersebut didapat melalui skema Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) yang pengelolaannya dilakukan oleh Pihak Ketiga. Melalui skema KSP tersebut pihak ketiga diwajibkan membangun fasilitas penunjang berupa jalan setapak, bangunan rest area, dan sarana lainnya tanpa mengubah atau merusak kondisi alam yang sesungguhnya, lalu diberlakukan sistem bagi hasil yang tercatat sebagai keuntungan pihak ketiga dan PNBP untuk negara, serta aset-aset yang dibangun oleh pihak ketiga kemudian diserahkan kepada TNGP untuk dijadikan Barang Milik Negara.

TNGP dan juga pihak ketiga yang terpilih melalui lelang vendor sebagai mitra tersebut berkomitmen untuk menerapkan aturan 3P yaitu Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan secara lestari dalam proses konservasi sebagian wilayah Taman Nasional ini untuk dijadikan wahana EcoWisata. Komitmen ini terwujud melalui banyak hal, seperti tidak banyak mengubah lanskap wilayah hutan, meminimalisir penggunaan semen, protokol ketat untuk menjaga kebersihan di area hutan, dan pembatasan pengunjung agar faktor keamanan dan ketertiban bisa tetap dipantau.

Kerja sama pemanfaatan yang dimulai pada tahun 2017 dan direncanakan berlangsung hingga 50 tahun ini tentu menjadi bukti bahwa pengelolaan BMN yang dilakukan oleh Pengguna Barang semakin profesional dan sinergi yang dihasilkan juga menghasilkan manfaat untuk banyak sektor. Selain PNBP untuk negara yang disebutkan sebelumnya, juga mendorong ekonomi bagi UMKM yang dibentuk oleh masyarakat sekitar sehingga roda perekonomian bergerak, tak lupa juga dana CSR sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial dari Pihak Ketiga dialokasikan untuk pembangunan fasilitas yang menunjang kegiatan UMKM tersebut. Maka tak akan kita jumpai pemandangan pedagang yang menggelar dagangan secara sembarangan dan tidak teratur, semua disusun secara rapi dan jauh dari kesan kumuh. Lebih jauh lagi, Pak Asep menuturkan bahwa saat ini Taman Nasional Gunung Gede Pangarango sudah diajukan untuk terdaftar sebagai salah satu situs warisan dunia. Jika hal tersebut bisa direalisasikan maka manfaat yang diterima akan lebih besar, baik untuk mitra kerjasama maupun untuk negara.

***

Ditemani rintik hujan yang sendu, rombongan bergegas turun untuk kembali ke titik awal gapura sekaligus mengakhiri perjalanan yang sangat menyenangkan dan menambah wawasan tersebut. Walau peliputan yang dilakukan tim harus berakhir, namun tim menganggap bahwa ini adalah sebuah awal momentum untuk kembali menggalakkan edukasi di bidang pengelolaan kekayaan negara. Momentum yang diciptakan oleh TNGP ini diharapkan bisa menjadi acuan dan role mode bagi unit pengelola Taman Nasional yang lain, bahwa dengan profesionalitas, integritas dan sinergi yang kuat, kelestarian alam dapat tetap terjaga sembari mendayagunakan aset negara demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini