Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
"Refleksi HUT RI ke-75" Indonesia Maju dalam Bingkai Pancasila
Dedy Sasongko
Minggu, 09 Agustus 2020 pukul 15:28:13   |   3712 kali

Pada tanggal 17 Agustus 2020, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) genap berusia 75 Tahun. Hari Ulang Tahun NKRI tahun ini terasa “istimewa” karena bertepatan dengan kondisi pandemi Covid-19, dan menunjukkan usia yang sudah dewasa.

Kondisi tahun 2020 kurang menguntungkan bagi bangsa Indonesia dan dunia karena pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kesehatan, psikologi, sosial, dan ekonomi masyarakat. Namun demikian, usia 75 tahun, yang sering dirayakan dengan sebutan ulang tahun berlian, memberikan gambaran usia yang matang dan telah menjalani berbagai tantangan dan telah teruji.

Sejarah Panjang Penjajahan di Indonesia

Kolonialisme masuk ke Nusantara dimulai tahun 1512, dengan datangnya bangsa Portugis ke Maluku Utara untuk mencari rempah-rempah yaitu pala dan cengkeh, yang sangat bernilai ekonomis tinggi. Pada era itu, Portugis merupakan salah satu kerajaan terkuat di dunia termasuk di bidang pelayaran, di samping Spanyol. Kedua kerjaaan tersebut saling bersaing untuk merebut pengaruh daerah jajahan termasuk di Ternate dan Tidore. Oleh sebab itu, pada tahun 1521 dilakukan perjanjian Zaragoza yang membagi wilayah kekuasaan Portugis dan Spanyol agar tidak terjadi peperangan antar kedua kerajaan kuat tersebut. Kekuasaan bangsa Spanyol membentang dari Mexico ke arah barat sampai ke Philipina. Sementara kekuasaan Portugis membentang dari Brazil ke arah timur sampai ke Maluku.

Pengaruh Portugis dalam perdagangan rempah-rempah dunia sangat dominan, menyebabkan Belanda berusaha untuk mendapatkan sumber rempah-rempah sendiri, dengan mengirim misi dagang ke Banten yang dipimpin Cornelius De Houtman. Kerajaan Belanda kemudian membentuk serikat dagang VOC (Vereenigde Oost-Indiche Compagnie) pada tahun 1602. Sejak itu, penjajahan Belanda mulai di Nusantara. Pengaruh Belanda di Indonesia sempat diambil alih oleh Inggris pada 1611-1616 oleh Thomas Stamford Rafles.

Perang Dunia II, membuat Jepang menguasai Asia Pasifik termasuk Nusantara. Oleh sebab itu, pada tanggal 10 Januari 1942, Jepang merebut Tarakan dan Balikpapan untuk menguasai minyak. Pada tanggal 8 Maret 1942, Jepang secara resmi menguasi Nusantara setelah Belanda menyatakan menyerah tanpa syarat.

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pergerakan untuk mengusir penjajah dimulai sejak masuknya Portugis, Belanda, dan Jepang ke Nusantara yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan maupun masyarakat di Nusantara. Perlawanan dimaksud antara lain kesultanan Ternate dipimpin oleh Sultan Baabullah, perang Padri (Sumbar) dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, di Maluku dipimpin oleh Pattimura, di Jawa dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, di Aceh dipimpin oleh Cut Nyak Dien dan perang di tanah Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja XII.

Pergerakan yang bersifat nasionalis, dimulai ketika lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908. Selanjutnya, semangat nasionalisme mencapai titik kulminasi pada saat Sumpah Pemuda tahun 1928, yang mengilhami lahirnya konsep bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia. Pada akhirnya, tanggal 17 Agustus 1945, Kemerdekaan bangsa Indonesia, diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Para pendiri bangsa, juga menetapkan bentuk negara adalah NKRI, dasar negara adalah Pancasila dan konstitusi adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

Tingkatkan Nasionalisme untuk Indonesia Maju

Organisasi kerjasama dan pembangunan ekonomi negara-negara maju (OECD), memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai U$8,89 triliun dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Prediksi tersebut dilatarbelakangi karena pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif akan mencapai 64% dari total penduduk sekitar 297 juta jiwa.

Data di atas adalah potensi, jika tidak dikapitalisasi dengan sungguh-sungguh, maka data tersebut hanya tinggal data belaka. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan prediksi di atas, pemerintah telah menetapkan 4 pilar pembangunan yaitu pembangunan SDM dan penguasaan IT, pembangunan yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan dan ketahanan nasional, dan tatakelola pemerintahan. Empat pilar tersebut harus dilaksanakan secara terencana, konsekuen dan membutuhkan kerjasama dari seluruh komponen bangsa yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, lembaga pendidikan dan masyarakat. Semua komponen bangsa harus mengambil peran yang signifikan untuk mewujudkan Indonesia Maju.

Salah satu hal yang sangat perlu untuk mewujudkan Indonesia Maju adalah nasionalisme. Nasionalisme akan meningkatkan ketahanan nasional, kebersamaan dalam menghadapi permasalahan bangsa dan meningkatkan kerjasama dalam membangun bangsa. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kembali kepada seluruh komponen bangsa, nilai-nilai kebangsaan yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat pilar tersebut menjadi pondasi dasar dan modal utama menuju Indonesia Maju.

Pancasila yang menjadi dasar negara, digali dari nilai-nilai luhur bangsa dan telah disepakati dengan penuh bijaksana oleh founding fathers NKRI. Oleh sebab itu Pancasila harus dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Jangan ada pikiran-pikiran untuk menggantikannya dengan ideologi lain. Pancasila sudah final dan teruji dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia. Mari kita fokuskan energi bangsa untuk mewujudkan Indonesia Maju dalam bingkai NKRI yang melaksankan Pancasila, UUD1945 dan Bhinneka Tunggal Ika secara konsekuen.

Penulis : Edward Nainggolan (Kakanwil DJKN Kalimantan Barat)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini