Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Simpan Cerita untuk Anak Cucu, Mari Rayakan Lebaran dengan Senyuman
Asnul
Rabu, 27 Mei 2020 pukul 13:17:24   |   1973 kali

Serangan wabah Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) sejak bulan Maret 2020 hingga hari ini (27/5) masih belum reda. Waktu yang panjang ini telah mengubah segala rencana dan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Penerapan Work From Home (WFH) yang terus diperpanjang, sampai dengan bulan Ramadan tanpa salat Tarawih dan Idul Fitri berjamaah di masjid atau tanah lapang, hanya berdiam diri di rumah, segala gerakan terbatas hanya dalam rumah, dan tidak ada silaturahmi atau berpelukan dengan keluarga, hening, sepi di rumah saja di hari raya.

Protokol kesehatan pemutus mata rantai penyebaran virus ini membatasi gerak semua orang, hanya berada di rumah saja, jika terpaksa harus keluar rumah maka harus memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, sambil tetap selalu menjaga imun tubuh. Di rumah saja sepanjang hari terbatas bersosialisasi, bahkan ada beberapa diantaranya mungkin hanya berada di kamar kos seorang diri. Beruntung dalam genggaman masih ada handphone atau gadget lainnya yang menjadi sarana untuk tetap dapat menghubungkan komunikasi dengan sanak, saudara, teman dan keluarga, bahkan juga untuk tetap dapat melaksanakan tugas-tugas dari kantor.

Hal yang semakin berat adalah ketika bulan Ramadan tiba, suasana Ramadan yang selalu dirindukan untuk mengais pahala, saatnya untuk bercengkerama, bersilaturahmi dengan para tetangga, lingkungan dan teman kerja, ngabuburit sekadar mencari angin pada sore hari, semua hal tersebut tidak terwujud tahun ini.

Ketika pertengahan bulan Ramadan pemerintah berkali-kali mengimbau untuk tidak mudik bukan tanpa alasan, angka positif tertular Covid-19 masih bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah belum mampu menekan penyebaran virus tersebut, ditambah ulah sebagian masyarakat yang membandel tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan.

Sampai akhirnya sampai pada hari puasa terakhir di bulan Ramadan, kembali pupus keinginan untuk mudik, berkunjung ke kampung halaman, melepas rindu ke sanak keluarga, dan sungkem pada orang tua. Perjalanan panjang mudik ke kampung halaman masing-masing yang telah menjadi tradisi masyarakat bertahun-tahun sementara harus dilupakan.

Ketika takbir bergema dari langgar, masjid atau musala, bagi mereka yang berada di kamar indekos atau asrama, mungkin air mata yang akan berbicara, teringat ibu-bapak, istri, suami, anak dan handai tolan. Sejenak terpikir kenapa kita hanya berdiam di rumah atau tetap tinggal di kamar indekos? Kenapa tidak mudik? Apakah karena kita takut kepada kepala kantor, toh hari libur, kepala kantor tidak akan menanyakan dimana kita berada, apakah takut kepada pimpinan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)? Nyatanya masih banyak peluang, kita bisa mudik, bisa pulang ke rumah, banyak yang lolos dari penjagaan polisi di titik-titik/poin pemeriksaan, apalagi saat ini penjagaan telah mulai dilonggarkan.

Namun demikian kita memilih untuk tetap di rumah bukan dikarenakan takut kepada pemerintah. Tidak mencoba untuk mudik bukan karena takut kepada kepala kantor atau pejabat lainnya, tetapi karena kita, jajaran Kementerian Keuangan adalah pribadi yang berintegritas, cerdas, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi, serta bermartabat.

Sebagai manusia yang beriman tentunya kita dapat berpikir kenapa Tuhan YME menurunkan wabah ini saat bulan Ramadan, berbaik sangka kepada Tuhan YME pasti ada hikmahnya. Jika tahun ini kita tidak bisa menikmati bulan Ramadan, tidak dapat melaksanakan salat Tarawih dan salat Idul Fitri berjamaah di masjid tentunya ada juga hikmah di baliknya, dan jika kita memang tidak bisa pulang kampung tahun ini, toh tahun-tahun yang lalu kita telah melakukannya, dan insya Allah tahun yang akan datang rutinitas tersebut dapat kita lakukan.

Sebagai salah satu bentuk bakti dan sayang kepada sanak keluarga di rumah dan kampung halaman adalah berdiam diri di rumah dan bersilaturahmi dengan memanfaatkan teknologi, karena sesungguhnya kita tidak tahu apakah kita terbebas dari virus tersebut yang akan menularkan kepada mereka yang mungkin kita dapatkan di perjalanan atau dimanapun, kita tidak pernah tahu.

Apalah kita ini hanyalah seorang hamba yang lemah, segala kuasa ada di tangan-Nya, hanya doa semoga kita dapat lolos dari keadaan ini dengan baik, tetap sehat, panjang umur menuju keadaan yang kembali normal, sebagai pemenang. Mari bersabar dan berlapang dada menerima segala takdir dengan ikhlas.

Namun, jika dipikirkan lebih jauh, bila kita bisa melewati masa sulit ini, maka semua itu akan menjadi kenangan dan cerita yang indah untuk dibagikan kepada anak, cucu, dan generasi penerus di masa datang.Oleh karenanya mari berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi kita kekuatan iman dan kekuatan fisik agar kita dapat melewatinya dengan baik dan merayakan hari raya Idul Fitri dengan senyuman, walau tentunya di dalam kesederhanaan.

Taqabbalallahu minna wa minkum, selamat hari raya Idul Fitri 1441 H.

Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Teks: Asnul KPKNL Bekasi

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini