Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Menaklukkan Takut, Awal Kemenangan
Dedy Sasongko
Kamis, 23 April 2020 pukul 13:02:41   |   1869 kali

Penulis: Edward UP Nainggolan (Kepala Kanwil DJKN Kalimantan Barat)

Di era 1985 -1995, Mike Tyson, menjadi legenda tinju dunia. Popularitas Mike Tyson bukan hanya karena pemegang record juara dunia kelas berat termuda (usia 20 tahun), tetapi juga karena ‘keberingasannya” di atas ring. Mike Tyson merebut juara dunia versi WBC (World Boxing Council) tahun 1986 dengan mengalahkan Trevor Berbick. Mike Tyson menyatukan gelar juara WBA (World Boxing Association) dan IBF (International Boxing Federation) dengan mengalahkan James Smith dan Tony Tucker pada tahun 1987.

Keberhasilan Mike Tyson di atas ring bukan semata-mata karena kedigdayaannya, tetapi juga karena ketakutan para lawan melihat kekuatannya. Syamsul Anwar Harahap, legenda tinju amatir Indonesia mengatakan “kebanyakan lawan Mike Tyson sudah kalah sebelum bertanding karena ketakutan melihat kekuatannya”. Oleh karenanya, tidak mengherankan apabila banyak lawan Mike Tyson yang KO (knock out) di ronde-ronde awal.

Dalam Alkitab terdapat kisah heroik ketika bangsa Filistin berperang melawan bangsa Israel. Filistin mempunyai seorang serdadu yang bernama Goliat yang berbadan besar, kekar, mempunyai peralatan perang yang lengkap, perisai, dan pedang sehingga sangat ditakuti semua serdadu Israel. Di tengah ketakutan serdadu Israel, muncul anak muda “ingusan” bernama Daud, seorang gembala. Ketika melihat ketakutan yang menyelimuti serdadu Israel, Daud dengan sukarela maju melawan Goliat. Raja Israel, Saul, meragukan kemampuan Daud tapi terpaksa merestui keinginan Daud untuk melawan Goliat sang raksasa. Namun dengan penuh percaya diri Daud akhirnya dapat mengalahkan Goliat hanya memakai ketapel.

Kedua kisah di atas menunjukkan bahwa optimisme memberikan kemenangan. Sebaliknya, ketakutan akan memberikan kekalahan.

Pengaruh Ketakutan terhadap Perilaku

Rasa takut adalah tanggapan emosi terhadap ancaman dan mekanisme pertahanan hidup dasar sebagai respon terhadap kondisi tertentu, misalnya bahaya. Takut dimulai dari perasaan kekhawatiran ringan, kepanikan, sampai dengan kehilangan akal sehat dalam bertindak (Ensiklopedi Indonesia 1987).

Franklin D. Roosevelt mengatakan bahwa satu-satunya yang harus kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri. Hal ini menggambarkan betapa besar pengaruh rasa takut pada perilaku manusia. Bahkan, takut yang berlebihan dapat mempengaruhi kejiwaan yang mengakibatkan seseorang tidak dapat berpikir jernih, melemahkan kekuatan diri, dan berlebihan atas ancaman yang ada.

Optimisme dan Berpikir Positif melawan Covid 19

Covid-19 yang telah menyebar ke 206 negara merupakan musuh bersama yang harus diberantas. Ibarat “pertempuran“, segala strategi dan resources harus dikerahkan untuk mengalahkan Covid-19. Seluruh komponen bangsa dan dunia harus bekerjasama baik secara individu maupun sinergi. Peraih Nobel sekaligus filsuf Bertrand Russell mengatakan bahwa “satu-satunya hal yang akan menyelamatkan umat manusia adalah kerja sama”.

Di samping kerjasama tersebut, satu hal yang sangat penting dibangun adalah sikap optimisme dan berpikir positif. Martin Seligman, seorang pendiri Psikologi Positif, menyatakan bahwa optimisme adalah cara seseorang dalam memandang sebuah peristiwa dalam hidupnya dan cara menghadapi sebuah peristiwa. Sikap optimisme akan membangunkan sikap berpikir positif yang membantu mengatasi berbagai permasalahan.

Para ilmuwan telah melakukan riset terkait dengan manfaat optimisme dan berpikir positif bagi kesehatan. Hasil riset menunjukan bahwa orang yang optimis lebih sanggup menghadapi stress, memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang baik, serta lebih sehat secara fisik dan mental.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19, salah satu hal yang dianjurkan adalah meningkatkan imunitas tubuh karena dapat mengalahkan Covid-19 yang bertahan 14 hari. Imunitas tubuh dapat distimulasi dari luar tubuh, misalnya mengkonsumsi vitamin C dan D, makanan yang bergizi, dan olah raga. Di samping itu, peningkatan imunitas dapat juga dilakukan dari dalam tubuh dengan menghilangkan rasa takut, berpikir optimis, dan posistif. Hal tersebut akan menstimulasi hormon yang meningkatkan imunitas.

Jadi, mari kita menangkan pertempuran melawan Covid-19 dengan menaklukkan rasa takut, membangun optimisme dan berpikir positif, hingga pada akhirnya, corpus sanum in mente sana yang berarti dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini