Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Memahami Makna Iqra & Lailatul Qadar; Membangun Semangat Kesetaraan
Rusmawati Damarsari
Rabu, 29 Mei 2019 pukul 13:44:30   |   36291 kali

Memahami Makna Iqra & Lailatul Qadar;

Membangun Semangat Kesetaraan

Oleh: Rusmawati Damarsari


Ramadan adalah bulan melatih diri sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang sebelum kita agar kita menjadi manusia yang bertaqwa.

Bulan Ramadan ini sangat spesial, karena selain momen turunnya Alquran (Nuzulul Quran), juga terdapat suatu fenomena Ilahiah yang sangat luar biasa di alam semesta ini, yaitu Lailatul Qadar. Kedua momen ini diciptakan benar-benar untuk kemaslahatan umat manusia, di mana Alquran turun sebagai pedoman hidup agar tata kehidupan dunia benar-benar digunakan untuk kesadaran, kesejahteraan dan kemakmuran. Begitu juga Lailatul Qadar, tercipta untuk meningkatkan kesadaran manusia akan mengenal Jati Diri sebagai Hamba Alloh SWT yaitu untuk selalu menyebarkan kebaikan di muka bumi.


Maka, makna Khalifah Fil Ardh atau Wakil Tuhan di Muka Bumi menemukan momentumnya. Posisi Khalifah ini lah menyaratkan bahwa fungsi dan tugas manusia itu hakekatnya berada di Muka Bumi. Tugas di Muka Bumi ini lah, yaitu sebagai Khalifah untuk saling memakmurkan, saling berbuat baik, saling bekerja-sama demi tercapainya keberkahan.


Bila dikaitkan dengan konteks ayat kali pertama turun Alquran yang kemudian di dekode menjadi mushaf sekarang terkait IQRA, maka arti Iqra berarti membaca (situasi, fenomena) secara utuh.


Kejadian turunnya firman pertama ini, kemudian Rosululloh bertanya ke Malaikat, "Maa Ana Bi qoorii?" Apa yang mesti saya baca? Sebab saat itu menganggap bacaannya berupa simbol-simbol bahasa atau tulisan.


Keadaan ini, ditambah dengan kondisi Lailatul Qadar, dimana dalam arti Bahasa Arab disebut Malam Seribu Bulan yang setara dengan 83 tahun (surat Al Qodr). Pertanyaan kemudian, makna apa yang terkandung di dalamnya?


Di ayat pertama kali turun yang memerintahkan kita untuk melaksanakan IQRO, maka kita seharusnya mengkaji, ada apa dengan Lailatul Qadar? Kenapa bisa menjadi hikmah yang bermanfaat dengan hitungan nominal 1000 bulan?


Para Ulama tafsir dan ulama Terdahulu menafsirkan bahwa Lailatul Qadar itu memberikan Rambatan Energi Semesta yang menyebarkan Keberkahan ke seluruh alam semesta tidak terkecuali ke planet bumi ini. Sebaran keberkahan (kebaikan) ini muncul dari denyutan inti alam semesta yang terus menerus merambatkan denyutannya ke seluruh planet di alam raya ini, yang berbeda-beda waktu sampainya pada setiap planet. Untuk planet bumi terjadi pada Bulan Ramadan setiap 365 hari sekali, di planet lain ada yang sampainya setiap 100 hari, bahkan di planet yang agak jauh ada yang sampainya setiap 10 tahun waktu hitungan bumi.


Perumpamaan sebaran Lailatul Qadar ini bisa dianalogikan seperti manusia di tengah pantai lalu terkena ombak (byuur) dan gelombang ombaknya masih terus merambat sampai gelombang ombak itu habis ke pantai.


Sebaran Lailatul Qadar ini merupakan energi keberkahan yang bila menyentuh kulit atau badan manusia baik laki-laki maupun perempuan, atau dengan kata lain, manusia tersebut baik laki-laki dan perempuan yang pada waktu itu memanfaatkan dirinya dengan Puasa serta mengendalikan diri, mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, Melaksanakan Ibadah dan atau Beramal Baik dengan ikhlas, maka akan automatis energi keberkahan itu mengakselerasi sel-sel tubuh orang tersebut.


Salah satu yang bisa diambil hikmah dari kejadian Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar tersebut secara personal adalah ruang aktifitas diri menjadi bahagia dan berimbas pada perubahan perilaku ke arah kebaikan. Pola diri ingin selalu bekerjasama, saling membangun dan menciptakan kemakmuran tergugah karena hamparan energi Ilahiah dan semesta tadi mengetuk hati-hati terdalam setiap insan manusia dengan tingkat kesadaran yang tinggi.


Minimal saat melakukan kajian IQRO dan merasakan Lailatul Qadar, diri ini menjadi tahu akan Jati Diri dan tugas (job desk) nya sebagai Khalifah di Muka Bumi. Dan dari sinilah puzzle tentang jati diri saling mengetahui dan membentuk pola kemakmuran dan kebersamaan.


Hikmah lain dari kejadian ini adalah terciptanya diri-diri manusia yang kreatif, mandiri, giat berusaha dengan niat memakmurkan bumi ini, sesuai dengan kemampuan ciri khas masing-masing personal, mengetahui peran perbedaan, memahami arti keadilan, juga mengerti akan perbedaan-perbedaan, sehingga memunculkan kolaborasi irama dan nada semesta yang indah untuk mewujudkan kesetaraan.


Bila dikaitkan semangat IQRO dan Lailatul Qadar ke dalam ranah abdi negara dalam sebuah institusi negara, tentunya peran-peran di atas sudah menjadi aktifitas sehari-hari, dimana kinerja, kreatifitas, dan semangat berkarya menjadi tonggak bagaimana target-target dan program-program kerja didesain.


Memang, tidak mudah untuk menciptakan kesadaran seperti ini, namun minimal, sistem dan kinerja institusi sudah menancapkan program-program kerjanya agar dilaksanakan sesuai dengan standard operating procedure.


Semoga dengan peringatan Nuzulul Quran serta momen Lailatul Qadar, membangun negeri dengan kebijakan responsif gender menggapai "sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat" benar-benar bisa terealisasi dengan sinergi yang apik dan efektif .

Amin Allohumma Amin



Penulis adalah pegawai pada Bagian Keuangan, Sekretariat Ditjen Kekayaan Negara.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini