Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
MEMECAHKAN MASALAH VS MENGEKSPLOITASI PELUANG
N/a
Rabu, 01 Juni 2016 pukul 17:25:47   |   2504 kali

Serial Pengembangan Diri

MEMECAHKAN MASALAH VS MENGEKSPLOITASI PELUANG
Oleh: Hakim SB Mulyono

Ketika ditanya: "Bagaimana cara mengamankan pasar dari perampokan?" maka seorang ahli kejiwaan akan menjawab: "Angkat saja kepala rampok untuk jadi satpam pasarnya..."

Ada dua respon yang bisa kita lakukan untuk memacu perubahan, entah dalam keluarga, lingkungan, kawasan ataupun kultur sebuah kantor, yaitu 'memecahkan masalah' atau 'mengekploitasi peluang'. (Jika tertarik dengan topik ini, bacalah buku John Naisbitt: Mind Set!)

'Memecahkan masalah' adalah cara yang digunakan oleh seorang manajer untuk mengubah apa yang ada sekarang sebagai hasil dari masa lalu. Sementara 'Mengekploitasi peluang' adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi arah masa depan. Contoh di atas adalah 'mengeksploitasi peluang' yang efektif dilakukan untuk kasus sebuah pasar yang amburadul dan sangat segera untuk diamankan.

Bayangkanlah, jika anda adalah Top Manajer sebuah perusahaan raksasa, di mana anda mempunyai anak perusahaan yang tersebar hampir di seluruh dunia, dan anda melihat ada beberapa perusahaan cabang yang grafik perkembangannya menurun... apa yang akan anda lakukan?

Jika anda menutup anak perusahaan itu satu persatu, maka yang anda lakukan adalah 'memecahkan masalah'. Namun jika anda mengambil keputusan untuk justru menjadikan anak perusahaan yang rusak itu sebagai anak perusahaan percontohan bagi anak perusahaan yang lain dengan cara mereformasi SDM-nya (mulai dari manajer, supervisi, hingga operatornya), maka yang anda lakukan adalah 'mengekploitasi peluang'.

Dengan anda menjadikan anak perusahaan yang hampir tutup itu menjadi anak perusahaan percontohan (yang di dalamnya sudah diisi ulang SDM baru yang berkualitas, lebih berkompeten, lebih ahli dan punya added value—sekaligus membuang SDM lama yang malfungsi), maka anda akan memberi pacuan kepada anak perusahaan amburadul itu untuk berbenah sesuai dengan spesifikasi baru yang anda inginkan, tanpa perlu mengeluarkan ongkos operasional untuk menutup sang anak perusahaan.

Mungkin tindakan ini terkesan kontroversial; namun keputusan menonaktifkan sebuah komponen penting dalam sebuah organisasi (termasuk dalam hidup kita, dalam tatanan masyarakat, dalam sistem perbankan, dalam bernegara, maupun dalam aspek-aspek yang lain) seringkali akan membutuhkan ongkos yang jauh lebih besar (mengingat potensi dampaknya yang tak terbatas, mengingat investasi yang pernah kita tanamkan untuk komponen tersebut) ketimbang memberdayakan komponen tersebut menjadi sesuai dengan ukuran yang kita bayangkan (setelah mengisinya dengan unsur-unsur pembangun yang berkualitas).

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini