Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
MENGGUGAT KONSISTENSI
N/a
Rabu, 01 Juni 2016 pukul 17:04:28   |   1904 kali

MENGGUGAT KONSISTENSI
Oleh: Hakim SB Mulyono

Orang yang konsisten belum tentu positif dan juga belum tentu negatif. Konsisten dalam mempertahankan apa yang benar; apa yang disebut keras hati; ini positif. Sementara konsisten dalam mempertahankan apa yang salah; apa yang disebut keras kepala; ini negatif.

Nabi dan Abu Lahab; keduanya sama-sama konsisten. Nabi konsisten dalam Kebenaran dan kebaikan. Sementara Abu Lahab konsisten dalam kebatilan dan kejahatan.

Jadi, jangan gembira dulu jika misalnya ada orang lain memuji kita sebagai orang yang konsisten. Periksa dulu, konsisten dalam hal apa? Apakah konsisten dalam mempertahankan prinsip yang benar ataukah justru konsisten dalam mempertahankan pendapat pribadi yang salah? Jangan sampai sudah terlanjur merasa diri keras hati, tapi ternyata justru keras kepala.

Nyaris semua malapetaka, baik di darat, di lautan, maupun di udara, alih-alih terjadi karena seseorang konsisten pada kebenaran, tapi justru terjadi karena konsisten pada pendapat pribadinya yang keliru. Kisah berikut ini akan mempertegas maksudnya.

=======

Ada sebuah kapal perang yang sedang menjelajah samudera di tengah cuaca yang buruk. Menjelang malam, pada jalur haluan kapal, terlihat sinar terang menghadang. Sang kapten kapal bertanya kepada awak pengintai, “Apakah sinar itu dalam posisi tetap atau bergerak mundur?”

“Tetap kapten,” jawab awak pengintai.

Mengantisipasi terjadinya tabrakan, sang kapten berseru kepada pemberi isyarat, “Beri isyarat kepada kapal itu. Katakan agar mereka membelokkan arah 20 derajat. Jika tidak, kita akan saling bertabrakan.”

Isyarat itu disampaikan. Setelah itu datang isyarat balasan: “Kapal Anda yang harus mengubah haluan 20 derajat.”

Sang kapten menganggap ini sebagai tantangan. Dia memerintahkan, “Kirim pesan lagi kepada kapal itu: ‘Ini perintah Kapten. Ubah arah Anda 20 derajat.’”

Sekali lagi datang balasan isyarat: “Saya Kelasi kelas dua. Kapal Anda harus segera berubah haluan 20 derajat.”

Menerima balasan seperti itu, sang kapten naik pitam. Di benaknya: seorang kelasi kelas dua telah berani menolak perintah seorang Kapten Kapal Perang. Tidak pernah sebelumnya ada pihak lain yang menguji konsistensinya, apalagi seorang Kelasi kelas dua. Ia membentak keras, “Kirimkan pesan: ‘Ini kapal perang! Ubah arah Anda 20 derajat sekarang juga!”

Datang balasan singkat: “Ini mercusuar.”

Sang Kapten mengubah haluan kapal perangnya.

=======

Konsistensi bisa bermakna ganda. Baik seorang yang keras hati maupun yang keras kepala, keduanya memiliki konsistensi. Yang membedakan keduanya adalah yang satu mempertahankan prinsip, yang satu lagi mempertahankan pendapat pribadi. Yang satu bersandar pada Kebenaran, yang satu lagi bersandar pada apa yang dianggapnya benar.

Seandainya konsistensi selalu berarti baik, tentu saja Umar Bin Khattab tidak akan pernah mengubah niatnya untuk memenggal kepala Nabi Muhammad. Namun dia tidak konsisten dan justru mengurungkan niatnya membunuh Nabi. Sejak itu Umar telah mengubah haluan hidupnya, dari musuh nomor satu menjadi pembela utama Nabi dan ajarannya. Dia mengorbankan konsistensinya demi sesuatu yang lebih besar. Sejarah mencatat, dia menjadi pemimpin terkemuka justru berawal dari keputusannya yang berani untuk melanggar konsistensi pribadi, demi tunduk pada prinsip yang lebih besar: Kebenaran.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini