Jakarta- Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
melaksanakan kunjungan ke Kantor United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) di Jakarta dalam rangka Gender Equality Benchmarking pada Jum’at (9/11). Dua tahun terakhir
ini DJKN terus menggalakkan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan tahun ini DJKN
berhasil memperoleh prestasi peringkat kedua terbaik dalam Lomba Implementasi
PUG tingkat Kementerian Keuangan.
Menurut Kepala
Subbagian Pengembangan Pegawai dan Kepemimpinan Neil Prayoga, UNESCO merupakan
organisasi internasional yang berpengalaman dalam implementasi PUG sehingga
melalui kunjungan ini DJKN bisa mendapatkan informasi tentang
pengimplementasian PUG dengan baik dan pengembangan program-program PUG. “Karena
ini merupakan langkah awal bagi kami, kami ingin tahu bagaimana langkah-langkah
terbaik dalam implementasi PUG dari UNESCO karena UNESCO memiliki pengalaman
yang luas tentang PUG”, ujarnya.
Menurut Director and Representative of UNESCO
Jakarta Shahban Khan, Gender Equality
merupakan salah satu isu utama di UNESCO. “Terdapat dua isu yang diprioritaskan
di UNESCO, yang pertama gender dan yang kedua adalah Afrika,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan keseriusan
UNESCO untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender dirumuskan
dalam sebuah rencana kerja berupa Priority
Gender Equality Action Plan II 2014-2021. “Langkah-langkah kontributif UNESCO
dikelompokkan menjadi lima program utama dalam berbagai bidang, yaitu education, natural sciences, social and
human sciences, culture, dan communication
and information,” paparnya dalam presentasi.
Ia pun memberi
contoh bahwa salah satu program yang sudah dilakukan di Indonesia adalah L’Oreal-UNESCO
for women in science. Menurutnya, program ini memberikan kesempatan, dukungan
dan sebuah bentuk penghargaan kepada para peneliti wanita untuk bisa
berkontribusi di bidang science.
Programme Specialist of Culture and UNESCO Jakarta’s
Gender Focal Point Moe Chiba menjelaskan bahwa UNESCO juga membuat
program-program untuk mengatasi kesenjangan dan keterbatasan akses antara
laki-laki dan perempuan di kehidupan budaya.
“Di dunia, laki-laki dan perempuan belum bisa memiliki kesempatan yang
sama dalam cultural life misalnya
dalam pengambilan keputusan, kebebasan berkreativitas, kesempatan bekerja dalam
beberapa sektor pekerjaan”, ungkapnya.
Tidak hanya
melalui program dan kegiatan yang dilakukan secara global, UNESCO juga
mengimplementasikan PUG di dalam organisasinya. Ia menambahkan bahwa tidak ada
diskriminasi di UNESCO dalam kesempatan berkarir, banyak pegawai wanita di
sini, mereka memiliki kesempatan yang sama dan beberapa pimpinan di UNESCO pun
adalah wanita.
“Saat ini, mempromosikan dan mendukung Pengarusutamaan Gender bukan hanya menjadi tanggung jawab perempuan karena pemahaman Gender Equality bukan tentang laki-laki dan perempuan,” pungkasnya. (anggit/ajip Humas)