Anda pasti sudah pernah dengar istilah “knowledge
is power”, tapi apakah anda pernah dengar bahwa ada istilah “Imagination
is power”? Pengetahuan memang menjadi salah satu perwujudan dari
“kekuatan”. Dengan pengetahuan yang luas dan dalam seseorang bisa menjadi
bermanfaat apabila dia berada di jalan kebenaran atau menjadi berbahaya apabila
dia berada di jalan kejahatan. Istilah “knowledge is power” dicetuskan
oleh Sir Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul Meditationes Sacrae
yang di dalamnya terdapat frasa “ipsa scientia potestas est” ('knowledge
itself is power'). Semua penguasa yang pernah berkuasa dalam jangka waktu
panjang maupun pendek, ataupun dalam wilayah kekuasaan yang luas atau sempit,
hampir dapat dipastikan memiliki pengetahuan yang luas baik dibidang yang
ditekuni maupun bidang lain.
Lalu bagaimana dengan Imajinasi? Apakah
keduanya bisa disandingkan untuk dibandingkan sebagai suatu bentuk kekuatan?
Mana yang lebih penting untuk diterapkan dalam kehidupan? Apakah keduanya
saling terkait? Dalam artikel ini penulis akan berusaha menjawab semua
pertanyaan tersebut dengan pendekatan yang mudah dipahami oleh pembaca dengan
menggunakan berbagai analogi dalam kehidupan sehari-hari
Imajinasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah “khayalan” atau “daya pikir” untuk membayangkan (dalam
angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya)
kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Sedangkan menurut
Steiner (dalam Peter Van Alpen, 2011:17) imajinasi dideskripsikan sebagai
sesuatu yang muncul dari persepsi melalui indra, menyebabkan proses pemikiran
yang aktif untuk menciptakan apa yang dia sebut 'gambar hidup' di benak
pengamat. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi
imajinasi adalah salah satu kemampuan otak untuk menciptakan kreasi, baik dalam
berbagai bentuk rasa yang dapat diterima oleh indra maupun suatu rasa yang
belum pernah diterima oleh indra.
Sedangkan menurut penulis, definisi
imajinasi adalah suatu usaha untuk menciptakan sensasi dari berbagai rasa yang
pernah dialami oleh seseorang atau yang belum pernah dialami yang bisa maupun
tidak bisa dirasakan oleh panca indra manusia dengan tujuan tertentu. Apakah
keberadaan imajinasi penting dalam kehidupan
manusia? Albert Einstein pernah berkata bahwa; “Imagination is more
important than Knowledge”. Penulis mengartikan bahwa kedudukan imajinasi
berada di atas ilmu pengetahuan dikarenakan induk ilmu pengetahuan adalah
imajinasi dan rasa keiingintahuan.
Sebagian besar disiplin ilmu pengetahuan yang ada di dunia berawal dari
imajinasi dan rasa keingintahuan seseorang akan suatu hal yang saat itu sudah
terjadi (misal pengamatan terhadap fenomena alam) atau yang belum terjadi
(dalam hal ini adalah berbagai temuan dan inovasi teknologi yang berawal dari
angan-angan manusia untuk mempermudah pekerjaannya).
Apakah imajinasi dan pengetahuan bisa
disandingkan untuk dibandingkan? Menurut penulis bisa saja hal tersebut
dilakukan. Pengetahuan sendiri sebagian besar ada dikarenakan imajinasi dari
seseorang seperti yang penulis jelaskan di paragraf sebelumnya. Jadi, apabila
dibandingkan imajinasi lebih penting untuk dimiliki, tetapi tidak menafikan
bahwasanya pengetahuan juga penting. Penulis berpendapat ilmu tanpa imajinasi
tidak akan berkembang dan akan tetap statis. Sedangkan imajinasi tanpa ilmu
hanya akan sia-sia, dalam artian hanya dalam lingkup berangan-angan dan tidak
direalisasikan.
Hal ini bisa dianalogikan secara
sederhana di kehidupan dalam skenario sebagai berikut: apabila anda
berimajinasi ingin menikmati sebuah pizza hangat yang baru matang, lengkap
dengan berbagai topping kesukaan anda dibalur dengan parutan keju dan
saus yang menggoda. Pertama, anda akan otomatis membayangkan bagaimana wujud
pizza tersebut ketika baru matang, bagaimana harumnya. Selanjutnya, anda
mencoba menyentuh salah satu potongan pizza tersebut dan memulai gigitan
pertama di tepian pizza yang renyah. Kemudian memulai menikmati bagian tengah
pizza yang dipenuhi topping dicampur dengan keju mozzarella yang
meleleh. Anda akan menelannya dengan penuh nikmat… Tapi sekali lagi penulis
ingatkan, itu mungkin hanya imajinasi anda dan bagaimana anda mewujudkannya?
Anda bisa saja datang ke sebuah toko pizza dan memesan pizza yang diinginkan.
Itu adalah cara yang paling gampang dan mungkin anda lakukan.
Tetapi bagaimana jika anda tidak
memiliki uang atau di lingkungan anda tidak terdapat toko pizza? Maka anda
harus mengeluarkan usaha lebih untuk mewujudkan imajinasi tersebut, misalnya
anda harus bekerja untuk mendapat uang atau anda harus berjalan atau berkendara
ke toko pizza terdekat yang ada di lingkungan anda. Anda harus bekerja untuk
mendapatkan uang, dalam bekerja anda harus punya skill atau ilmu pengetahuan
bahkan apabila anda sudah mempunyai uang tetapi tidak terdapat toko pizza
terdekat dan mengharuskan anda untuk berkendara maka dalam hal tersebut ilmu
pengetahuan untuk mengemudikan kendaraan dan membaca rambu rambu lalu lintas
juga diperlukan. Ya, untuk pertama kali penulis buktikan bahwa imajinasi dan
ilmu pengetahuan mempunyai keterkaitan dan tentu dapat disandingkan untuk
dibandingkan. Dalam kasus analogi di atas keduanya dapat dibuat perbandingan
dan menghasilkan berbagai kesimpulan berdasarkan sudut pandang setiap orang
tentang kedudukan imajinasi dan ilmu pengetahuan.
Dalam penerapan di kehidupan seseorang,
apakah lebih penting mendahulukan imajinasi daripada ilmu pengetahuan atau
sebaliknya? Penulis akan mengajak anda untuk berpikir dan membuat kesimpulan
bersama dengan tiap sudut pandang dengan skenario sebagai berikut: Apabila
anda dihadapkan dengan suatu fenomena keajaiban yang di luar nalar, misal
seperti menyaksikan keajaiban ditemukannya kota emas dengan berbagai makhluk
mitologi di dalamnya seperti Unicorn, Pegasus, Phoenix, Elf, Dwarf, dan Goblin.
Atau ditemukannya pesawat luar angkasa yang luasnya melebihi luas tata surya
yang melayang mengelilingi bumi. Mungkin untuk sesaat anda akan terkejut dan
bahkan merasa seperti di alam mimpi. Kira-kira apa yang akan anda lakukan saat
itu? Apakah anda akan berusaha menelaah dengan logika atau berpikir liar dengan
imajinasi anda?
Apapun pilihannya semua kembali kepada
diri masing-masing. Jika penulis di posisi tersebut, yang pertama kali
dilakukan adalah mencoba berimajinasi liar yang diikuti dengan asumsi-asumsi
logis yang mendukungnya. Penulis akan mencoba berimajinasi bahwa ketika penulis
melihat sebuah kota emas dengan deskripsi seperti diatas, penulis akan menebak
apakah mereka selama ini ada di dimensi lain yang tak terjamah manusia? Apakah
mereka selama ini bersembunyi dari manusia dan mulai menampakkan diri pada
manusia saat sudah siap secara mental dan fisik untuk menerima kehadiran
mereka? Dari mana asal mereka? Apakah mereka termasuk makhluk purba yang tidak
mengalami evolusi?
Banyak pertanyaan yang dapat timbul dari
satu imajinasi saja. Terlebih lagi kemampuan berimajinasi tiap orang juga
berbeda-beda. Penulis akan memberikan gambaran imajinasi yang mungkin terlintas
pada saat itu, apabila ada kota emas beserta semua komponen makhluk di dalamnya
seperti gambaran di atas maka penulis beranggapan bahwa semua mitologi adalah
fakta mengingat beberapa makhluk tersebut sudah terbukti keberadaannya dengan
mata kepala sendiri. Mengingat dalam kehidupan nyata sebenernya penulis berpendapat
bahwa mitologi dan legenda adalah sejatinya sebuah sejarah yang berusia lebih
tua daripada sejarah yang saat ini kita pelajari. Penulis akan beranggapan
bahwa cerita tersebut memang berasal dari seseorang yang melihat langsung atau
mengalaminya sebagai contoh tentang mitologi keberadaan unicorn, putri duyung,
naga, burung phoenix, dan lain sebagainya. Keberadaan mereka bisa saja dahulu
memang dilihat oleh seseorang atau sekelompok orang dan mereka mulai
menceritakan keberadaan makhluk tersebut kepada orang lain sehingga
berkembanglah kisah tentang para makhluk tersebut. Penulis berasumsi bahwa
cerita tersebut berkembang turun temurun lintas generasi dan menjadi sebuah
mitologi ketika para makhluk sudah tidak terlihat dalam kurun waktu yang cukup
lama.
Kesimpulannya, penulis akan mendahulukan
imajinasi tetapi dengan didukung berbagai asumsi logis yang mendukung imajinasi
tersebut. Dalam menyusun asumsi logis diperlukan peran ilmu pengetahuan.
Apakah imajinasi dan ilmu pengetahuan
saling terkait? Albert Einstein pernah berkata: “Logic will get you from A
to B. Imagination will take you everywhere”. Einstein yang merupakan
seorang ilmuwan besar atau bisa dikatakan seorang superstar dalam dunia
fisika sangat menghargai akan peran imajinasi. Hal ini menandakan adanya
keterlibatan satu sama lain antara imajinasi dan ilmu pengetahuan dalam dirinya
sehingga banyak melahirkan sumbangsih di dunia fisika. Peran imajinasi dalam
membentuk pribadi para ilmuwan hebat lain juga dapat dilihat dalam diri Leonardo
Da Vinci yang merupakan seorang ilmuwan sekaligus seniman. Beliau melahirkan
banyak temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan juga menciptakan karya di
bidang seni.
Menurut penulis, imajinasi menjadi dasar
dari ilmu pengetahuan. Saat seseorang dilanda ketidaktahuan mengenai suatu hal,
yang dapat dia lakukan untuk menelaah hal tersebut adalah dengan imajinasinya.
Misalnya, ketika seseorang pada jaman dahulu melihat dan mendengar kilatan
petir maka yang terbesit dari pikiran mereka adalah bahwa fenomena tersebut
hasil perbuatan dewa. Tetapi seiring berkembangnya jaman, fenomena tersebut
dapat dijelaskan secara ilmiah menggunakan ilmu pengetahuan.
Hal yang sama terjadi dengan fenomena
gerhana bulan. Pada jaman dahulu, orang banyak menggunakan imajinasi sehingga
timbul berbagai cerita rakyat atau dongeng mengenai fenomena gerhana bulan.
Misalnya Suku Inca (kelompok bangsa Indian dari Amerika Selatan) yang
mempercayai bahwa gerhana bulan adalah akibat dari bulan yang dimakan oleh jaguar. Ada juga dongeng tentang raksasa Kalarahu (dongeng dari kalangan
masyarakat Jawa) yang hendak memakan bulan pada saat terjadi gerhana. Namun
semua terbantahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan. Dari berbagai
dongeng tersebut, masyarakat tergerak untuk mengulik kejadian yang sebenarnya
pada peristiwa gerhana bulan, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang saat
ini kita pelajari di bangku sekolah dasar.
Apakah dapat disimpulkan bahwa seiring
kemajuan ilmu pengetahuan dapat mematikan daya imajinasi seseorang? Penulis
berpendapat bahwa pertanyaan itu tidak benar. Ilmu pengetahuan tanpa imajinasi
akan terasa hambar karena kurangnya rangsangan untuk berpikir secara liar yang
dapat bermanfaat meluasnya lingkup dari ilmu pengetahuan itu sendiri atau
dengan kata lain imajinasi dapat mendorong ilmu pengetahuan untuk lebih
dinamis.
Apakah kekuatan dari imajinasi?
Mengingat knowledge atau ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai
perwujudan dari kekuatan, kenapa tidak dengan imajinasi? Penulis berpendapat
bahwa imajinasi merupakan perwujudan dari “kekuatan” itu sendiri. Seperti yang
dijelaskan di atas. Imajinasi erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sejauh
mana batasan “kekuatan” menurut sudut pandang manusia sejauh itu pula batasan
imajinasi yang dapat dibuat. Imajinasi sebagai bentuk kekuatan dapat dibuktikan
dalam kehidupan nyata, misalnya:
1. Cita-cita atau impian yang menjadi
kenyataan
Semua orang
pasti memiliki cita cita pada waktu kecil. Cita cita tersebut yang menjadi
dorongan atau motivasi bagi orang terkait untuk terus melanjutkan kehidupan
hingga meraih pencapaian tersebut. Cita-cita juga merupakan bentuk dari
imajinasi yang didukung oleh asumsi-asumsi logis seperti yang penulis jelaskan
di awal. Dapat diartikan bahwa imajinasi tersebut masih dalam lingkup logis. Imajinasi
dalam bentuk cita-cita atau impian tersebut melahirkan kekuatan bagi seseorang
untuk berusaha lebih keras dalam rangka mewujudkannya.
2. Imajinasi dalam bentuk visualisasi
Visualisasi
menurut KBBI adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan
bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. Dalam
kaitannya dengan imajinasi, visualisasi dapat digunakan untuk membantu berbagai
permasalahan seseorang. Seperti ketika seseorang mengalami serangan demam
panggung maka disarankan orang tersebut memvisualisasikan para audiens sebagai dummy
sehingga mengurangi tekanan ketika di atas panggung. Bagi anda yang pernah
mengikuti seni olah tenaga dalam kemungkinan besar pasti ada beberapa langkah
yang menggunakan visualisasi sebagai jembatan untuk mempermudah proses latihan.
3. Imajinasi sebagai Basic Plan Maker
Imajinasi dengan
asumsi yang logis dapat digunakan untuk membantu penyusunan suatu rencana
disamping data yang valid sebagai bahan untuk forecasting. Penyusunan
suatu rencana membutuhkan suatu penggambaran skenario yang akan datang sehingga
rencana tersebut dapat menghasilkan kemungkinan keberhasilan yang tinggi.
Ketika melakukan penggambaran skenario tersebut dibutuhkan kemampuan
berimajinasi yang tinggi untuk menggambarkan skenario secara detail hingga
tahapan timbulnya kemungkinan risiko. Sehingga dalam rencana yang akan kita
susun dapat dibuat semacam mitigasi risiko sebagai antisipasi.
4. Imajinasi sebagai sarana self healing
yang murah
Apakah
bentuk self healing yang sesuai menurut anda? Pasti jawaban setiap orang
berbeda-beda. Ada yang menghabiskan waktu bersama keluarga, ada juga yang
berwisata di tempat-tempat baru. Sebagian juga berpendapat bahwa self
healing dapat dilakukan di rumah seperti bermain game atau olah raga.
Menurut Penulis, self healing dapat diwujudkan hanya dengan kemampuan
“berimajinasi yang kuat”. Maksudnya, saat kita ingin berkumpul dengan keluarga
yang jauh sementara kita terhalang oleh uang dan waktu, mungkin kita bisa
berimajinasi seakan kita sedang berkumpul dengan mereka di rumah. Atau saat
kita ingin berwisata di tempat baru yang membutuhkan biaya dan waktu yang
lumayan lama, kita juga dapat berwisata secara virtual misalnya dengan melihat
video vlog di Youtube mengenai objek wisata tersebut hingga seakan kita
ikut hadir di tempat wisata tersebut.
Imajinasi berasal dari otak dan hati,
dirasakan oleh indra dan dibatasi oleh imajinasi itu sendiri. Tanpa imajinasi
dunia tidak akan berwarna dan kehidupan akan terasa hambar. Selama manusia
masih bisa berangan-angan maka imajinasi akan terus hidup dan diwariskan lintas
generasi. Imajinasi adalah salah satu bentuk kekuatan yang menjadi roda
penggerak untuk manusia berkarya dan menjalani kehidupannya.
Penulis
: "Sir" Taufik Iqbal Pratama