Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Melawan Tagar Indonesia Terserah
Arifin Nurhartanto
Kamis, 21 Mei 2020   |   689 kali


Yogyakarta - Virus Corona atau lebih dikenal dengan Covid 19 mulai muncul dan menyebar dari Wuhan, Cina. Virus tersebut menular dengan cepat dan dapat menjangkiti siapa saja serta dapat menimbulkan kematian. Penyebaran virus yang demikian cepat menyebakan hampir di seluruh dunia telah terjangkit virus ini, tidak terkecuali Indonesia.

Di Indonesia saat ini, berdasarkan data yang disampaikan Juru Bicara Penanganan Virus Corona Achmad Yunianto per 19 Mei 2020 yang positif terjangkit adalah 18.495 dan tersebar di 26 provinsi. Dari data yang disampaikan membuat masyarakat harus waspada dan diharapkan melaksanakann anjuran pemerintah seperti social distancing, penggunaan masker dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun ataupun hand sanitizer. 


Anjuran pemerintah terus menerus di sampaikan agar masyarakat mematuhi dan harapannya tentu dapat memutus rantai penularan virus. Namun hal tersebut nampaknya belumlah cukup sehingga diperlukan tindakan yang tegas seperti penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penerapan PSBB ini membuat adanya pembatasan alat transportasi, penutupan pusat perbelanjaan, dan tempat wisata serta pembatasan orang untuk berkumpul bahkan di sektor pemerintahan semua layanan harus menerapkan protokol penanganan covid 19.

Kondisi demikian menyebakan perubahan sendi-sendi kehidupan ekonomi yang salah satunya disebabkan karena meningkatnya pemutusan hubungan kerja. Banyak perusahaan terdampak yang kemudian menutup usaha karena tidak dapat menjalankan produksi. Adanya situasi ketidakpastian dalam masyarakat menghadapi situasi menyebarnya virus covid 19.

Hal ini diperparah dengan media sosial yang selalu memberitakan banyak hal yang bersifat negatif. Pemberitaan tentang pelonggaran PSBB tanpa penjelasan yang proposional atau kebijakan penanganan virus Covid 19 yang simpang siur tanpa penyampaian latar belakang pengambilan kebijakan. Masyarakat mudah tersulut secara psikologis tentang hal-hal yang demikian sehingga di media sosial muncul tagar (#) IndonesiaTerserah.

Terserah berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia adalah sudah diserahkan (kepada) atau bergantung (kepada), mempercayakan diri kepada atau pasrah akan nasibnya.  Dalam ruang media sosial saat ini terserah mempunyai makna sebuah ekspresi kekecewaan. Kekecewaan atas keadaan atau informasi yang menurut sebagian masyarakat adalah adanya ketidakpastian masalah penanganan Covid 19 di Indonesia.

Makna terserah kemudian berkembang menjadi sikap yang pasrah akan nasib, tidak mau berpikir atau berusaha. Sikap seperti itu adalah sikap yang kurang tepat dalam menghadap penyebaran virus Covid 19 yang faktanya masih terus bertambah. Dampak yang ditimbulkan dari sikap “terserah” adalah hal yang bersifat negatif dan tidak bersemangat atau tidak mau berusaha untuk ikut aktif dalam pemutusan rantai penyebaran virus. Sikap terserah akan menimbulkan energi negatif dalam tubuh manusia yang akan berdampak pada perilaku yang negatif pula. Hal ini sangat disayangkan. Mengingat Bangsa Indonesia saat ini membutuhkan seluruh sumber daya yang ada untuk memerangi penyebaran virus Covid 19.

Momentum 20 Mei 2020 sebagai Hari Kebangkitan Nasional harus digunakan sebagai momentum bangsa Indonesia untuk bangkit dan bersatu dalam memerangi Virus Covid 19. Kebangkitan Nasional yang biasa kita peringati sebagai momentum bangkitnya Indonesia dalam melawan penjajah. Bersatunya bangsa Indonesia dalam melawan penjajah pada tahun1908 dengan berdirinya Boedi Oetomo, saat ini harus diartikan bersatunya bangsa Indonesia menghadapi wabah corona.

Bersatunya Bangsa Indonesia untuk saling membantu membentuk jejaring sosial dan menumbuhkan rasa empati kepada sesama. Bukan sikap pasrah kepada nasib tetapi berusaha merubah dari kondisi serba terbatas bahkan terpuruk menjadi kondisi penuh semangat dan berusaha. Kita lawan sikap pasrah dan cuek dengan hal hal yang bersifat positif. Kita lawan tagar (#)IndonesiaTerserah dengan tagar (#) AyoBangkit.

Tagar #ayobangkit dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar kita. Ada tiga sikap yang harus dikembangkan dalam menggelorakan #ayobangkit. Pertama, sebagai individu kita wajib mengembangkan sikap Adaptif. Adaptif adalah sikap mudah menyesuaikan dengan keadaan. Dalam kehidupan sehari hari sikap adaptif ini sangat diperlukan. Sebagai mahluk sosial, manusia sangat senang berkumpul.

Saat ini berkumpul dengan metode tatap muka harus kita sesuaikan dengan keadaan yang mengharuskan tindakan social distancing. Dalam dunia pekerjaan utamanya yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara penyesuaian layanan sangat diperlukan dalam masa pandemi ini. Di Kementerian Keuangan  sudah mulai penerapan Work From Home (WFH) dan sedang menuju New Normal dengan Flexible Working Space. Kedua bersikap Aktif yaitu sikap merespon setiap perubahan yang terjadi.

Dalam masa pandemi ini banyak anjuran dan larangan yang diberikan pemerintah untuk memutus penyebaran virus corona. Anjuran dan larangan tersebut harus kita patuhi dan jalankan. Berkembangnya istilah “kaum rebahan” dan “stay at home” tidak dimaknai statis tidak bergerak hanya rebahan di rumah saja tetapi tetap menjalan kegiatan dengan sesui protokol penanggulan Covid 19. Stay at Home bukan berarti tidak bekerja, tidak belajar, tidak bergerak, atau bersifat pasif menunggu nasib. Stay at Home jelas tidak berarti tidak produktif. Ketiga, inovatif, adalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan keahlian dalam menghasilkan suatu karya. Mengapa hal ini penting karena dengan berpikir secara inovatif kita akan mampu untuk berbuat hal yang berbeda dari sebelumnya dengan penyesuain. Tindakan inovatif ini akan menghasilkan kegiatan untuk bisa bertahan hidup.

Dalam Masyarakat yang terjadi perubahan kegiatan ekonomi besar-besaran antara lain seperti yang banyak beredar di grup WhatsApp atau sosial media lainnya yakni pekerja kantoran yang alih profesi menjadi pengusaha kuliner ataupun content creator.

Adaptif, Aktif dan Inovatif menjadi langkah yang bisa diambil dalam memerangi sikap pasrah dan terserah dalam menghadapi wabah corona ini. Ketiga sikap tersebut mendorong tindakan yang merubah dari sikap pasrah cuek dan tidak mau berpikir menjadi suatu tindakan nyata yang berdampak positif.

Yang lebih penting adalah ketiga hal tersebut dapat membangkitkan empati dan menyatukan langkah dalam memerangi penyebaran virus Covid 19. Mari bersatu bangkitkan semangat dengan tagar #AyoBangkit untuk saling membantu dalam menghadapi pandemik ini. Perubahan ini harus dilakukan saat ini, dari diri kita sendiri, lingkungan kita dan Bangsa Indonesia. #ayobangkit. (*)

*) Penulis, Marhaeni Rumiasih, Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Yogyakarta


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini