Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
   150 991      Login Pegawai
Artikel KPKNL Tarakan
Fenomena Echo Chamber: Bagaimana ASN Dapat Bersikap Lebih Kritis dan Objektif

Fenomena Echo Chamber: Bagaimana ASN Dapat Bersikap Lebih Kritis dan Objektif

Sigit Luhur Pambudi
Senin, 28 Oktober 2024 |   2775 kali

Dunia sudah beralih ke dalam sebuah tatanan baru dengan berbagai perubahannya. Digitalisasi hampir terasa di segala lini. Kehidupan hampir tidak pernah lepas dari sentuhan gawai. Hal-hal yang dahulu tidak tersentuh digital, sekarang menjadi hal yang biasa. Kini semua dapat “dijangkau” hanya dengan sentuhan dan informasi tersebar tak kenal batas ruang dan waktu. Di titik inilah kita perlu berhenti sejenak dan berpikir  bagaimana seharusnya bersikap dengan bijak.

Kita perlu melihat berbagai fenomena di sekitar dari berbagai perspektif. Hal tersebut guna mendukung proses pengambilan kesimpulan maupun  tindakan agar sesuai dengan data dan fakta. Namun demikian, di era digital ini hal tersebut justru menjadi tantangan yang harus kita hadapi. Hal ini dikarenakan adanya sebuah fenomena yang disebut Echo Chamber (efek ruang gema).

Apa itu Echo Chamber?

Echo Chamber adalah fenomena yang terjadi dalam budaya penggunaan media sosial maupun internet secara umum. Echo chamber ini mengisyaratkan sikap seseorang yang defensif terhadap pendapat dan perspektifnya sendiri. Informasi dapat berasal dari banyak sumber, tetapi ketika kita hanya mau mendengar dari satu perspektif dan opini yang sama dengan kita, dimungkinkan kita sudah berada di dalam sebuah echo chamber.

Cara memilih informasi di mesin pencari dapat diibaratkan sebagai bunyi teriakan di tepi jurang (ada efek gema). Tentu, bunyi teriakan akan memantulkan bunyi yang sama pula. Hal itu didukung dengan sistem kerja mesin pencari di internet ataupun media sosial yang disebut filter bubble (gelembung filter). Algoritma yang diciptakan akan membuat sebuah semesta informasi yang unik  bagi setiap pengguna berdasarkan aktivitasnya. Yang menjadi masalah adalah algoritma tadi tidak menyaring menilai benar salahnya informasi  melainkan hanya mempertimbangkan informasi tersebut diminati pengguna atau tidak.

Selanjutnya, efek yang mungkin timbul adalah seseorang tidak dapat terbuka dari perspektif orang lain. Penyempitan sudut pandang akan semakin membuat semua hal menjadi runcing dan sulit dalam membuka ruang diskusi yang konstruktif.

Lalu apa hubungannya fenomena Echo Chamber ini dengan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)?

Sebagai ASN, kita diberikan panduan melalui aturan dan norma yang membantu kita menjalankan tugas dengan profesionalisme dan integritas tinggi. Untuk itu, ASN harus bersikap bijak dalam berselancar di dunia maya. Namun demikian, fenomena Echo Chamber kini tak terelakkan lagi. Sangat penting bagi kita tetap memiliki pemikiran terbuka pada saat bermedia sosial.

Beberapa poin di bawah ini dapat dilakukan agar kita sebagai ASN dapat terhindar dari Echo Chamber:

  1. Aktif mendengarkan informasi dari berbagai sumber.
    Kita perlu memperkaya rujukan informasi dari berbagai sumber yang berbeda dan dari perspektif yang berlawanan. Dalam hal kebijakan pemerintah misalnya, kita perlu menggali tak hanya dari sisi pemerintah, tetapi juga memahami kritik dan saran dari para ahli yang ada di luar pemerintah. Hal itu diharapkan dapat memberikan masukan agar kebijakan-kebijakan yang diambil dapat lebih komprehensif.

  2. Terlibat dalam berbagai diskusi yang konstruktif.
    ASN perlu terlibat dalam berbagai diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal pemerintah. Menghadiri seminar, webinar, atau diskusi kelompok yang membahas isu-isu dari berbagai sudut pandang dapat membantu membuka wawasan. Diskusi ini diharapkan dapat membantu ASN untuk berpikir kritis dan belajar menerima pandangan yang berbeda dari dirinya.

  3. Mendorong lingkungan kerja yang inklusif.
    Lingkungan kerja dengan latar belakang orang-orang yang berbeda akan membuat suasana lebih kaya akan ide dan pemikiran. Perbedaan latar belakang tadi diharapkan dapat menciptakan ruang diskusi yang baik pula. Dengan begitu, pendapat yang berbeda akan mendapatkan ruang dalam tim yang pada akhirnya dapat mengurangi risiko pengambilan keputusan yang bias.

  4. Bersikap kritis terhadap informasi yang diterima.
    Melakukan verifikasi informasi dan tidak menerima begitu saja adalah hal wajib yang perlu dilakukan di era digital saat ini. Mempertanyakan kebenaran dan motivasi di balik informasi secara pasti dapat membantu menghindari pengaruh Echo Chamber.

  5. Menggunakan teknologi secara bijaksana.
    Algoritma dan media sosial akan cenderung memperkuat Echo Chamber dengan menyajikan konten-konten yang sesuai dengan preferensi pengguna. Penggunaan teknologi dengan bijak serta mengatur kembali preferensi atau mengikuti beragam media sosial dari berbagai latar belakang tentunya dapat menjadi salah satu strategi.

Mengingat peran ASN sebagai pelayan publik yang diharapkan menjadi teladan dalam setiap aspek kehidupan, maka kehadiran di dunia maya harus mencerminkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab yang sejalan dengan etika pekerjaan. Dengan menggunakan media sosial secara positif dan produktif, ASN dapat berkontribusi tidak hanya dalam menjaga citra diri, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintahan.



Sumber:

  • https://kumparan.com/kabar-harian/mengenal-apa-itu-echo-chamber-fenomena-dalam-penggunaan-media-sosial-20nAIDWALs0
  • https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/08/073100182/echo-chamber-dan-filter-bubble-alasan-sulit-lepas-dari-jeratan-hoaks?page=all -
  • https://edu.gcfglobal.org/en/digital-media-literacy/what-is-an-echo-chamber/1/ -
  • https://www.theguardian.com/science/blog/2017/dec/04/echo-chambers-are-dangerous-we-must-try-to-break-free-of-our-online-bubbles
  • https://www.forbes.com/sites/iese/2021/06/16/avoiding-echo-chambers-5-strategies-to-beat-confirmation-bias/
Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Floating Icon