“Do what you love, love what you
do” tentunya kalimat ini familiar untuk kita dengar. Untuk sejenak, mari
kita mengulik dari potongan kalimat tersebut, yaitu “Do what you love”. Hal ini berarti kita diajak untuk melakukan pekerjaan
atau hal-hal yang kita senangi, melakukan apa yang menjadi hobi, kesenangan,
ataupun passion kita. Entah itu
membaca buku, travelling, game, IT, menulis, menjadi speaker, ataupun pekerjaan-pekerjaan dan hal lain yang menjadi
kegemaran kita dalam mengerjakan sesuatu. Pasti akan ada tantangan-tantangan
tersendiri ketika melakukan pekerjaan ataupun hal-hal yang kita senangi, namun
setidaknya pasti ada bonus berupa dorongan, semangat, motivasi yang muncul dari
diri sendiri ketika kita melakukan hal tersebut sehingga pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan sehingga hasil dari pekerjaan tersebut akan optimal,
minimal akan muncul kepuasan dari diri sendiri karena telah melakukan hal-hal
yang kita senangi dan kita kuasai. Akan tetapi, dunia tidak selalu seindah itu,
pasti ada situasi dimana kita harus melakukan hal-hal yang belum tentu kita
senangi, pekerjaan yang mungkin sama sekali tidak ada ketertarikan/motivasi
dalam diri untuk melakukannya, atau mungkin pekerjaan yang benar-benar bertolak
belakang dengan passion kita, atau
mungkin kalau boleh mengutip, istilah kerennya “bukan gue banget”. Lalu, bagaimana tanggapan kita jika menghadapi
keadaan seperti itu?
Pilihan ada di tangan kita. Bisa saja kita lari dari pekerjaan atau
tanggung jawab tersebut. Walau begitu, suatu saat pekerjaan tersebut akan di-review oleh pihak lain dan mereka akan
menuntut tanggung jawab kepada kita selaku orang yang harus bertanggung jawab
atas pekerjaan tersebut. Mungkin pada akhirnya kita memilih untuk benar-benar
tidak melakukan pekerjaan tersebut. Akibatnya, orang-orang yang memberikan
pekerjaan atau tanggung jawab tersebut, entah itu atasan atau bisa saja stakeholder atau pelanggan, mereka tidak
akan mempercayai kita untuk melakukan pekerjaan yang serupa, ataupun pekerjaan-pekerjaan
lainnya yang seharusnya dapat menjadi kesempatan kita untuk mengembangkan diri
maupun pengembangan karir. Konsekuensi tersebut bukanlah masalah menurut saya
selama kita memiliki target tertentu atau pekerjaan yang sungguh-sungguh diinginkan
dan dilakukan, memiliki prinsip yang kuat atas hal tersebut, rencana yang
matang, eksekusi dengan penuh kesungguhan serta siap menanggung segala
tantangan dan risiko yang muncul untuk melakukan pekerjaan yang benar-benar
kita sukai dan menjadi passion kita.
Namun, khususnya bagi ASN di Kementerian Keuangan yang bisa saja dituntut untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab yang belum tentu sesuai dengan hobi atau passion, melarikan diri dari tanggung
jawab bukanlah pilihan yang bijak jika ingin mempertahankan dan mengembangkan
karir di Kementerian Keuangan.
“Love what you do” , bagi saya inilah opsi terbaik bagi kita
untuk melakukan tugas dan tanggung jawab selaku ASN Kementerian Keuangan. Menurut
saya, setidaknya hal ini dapat dimaknai dalam arti bahwa kita memberikan segala
usaha terbaik kita untuk melakukan tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan
pada kita dan siap untuk dievaluasi untuk perbaikan ke depan, entah pekerjaan
itu bagian dari passion kita atapun
pekerjaan yang bukan menjadi passion kita
yang harus kita laksanakan, karena pada dasarnya ASN Kementerian Keuangan
dituntut untuk tahan banting dan harus siap pada situasi tertentu pada
contohnya penempatan instansi, mutasi internal, mutasi antar kantor bahkan
mutasi lintas Eselon I Kementerian Keuangan dimana akan menuntut tugas dan
fungsi baru yang bisa saja tidak familiar bagi kita sebelumnya.
Mengadaptasi dari sebuah artikel*, ada beberapa hal yang dapat kita
lakukan agar kita dapat melakukan segala tugas dan pekerjaan dengan baik dengan
sukacita dan maksimal. Pertama, tanamkan sikap selalu bersyukur agar timbul
energi positif dalam diri sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan lebih
baik. Kedua, jadikanlah pekerjaan tersebut menjadi sebuah kesempatan untuk
menambah ilmu, siap mengambil risiko dan terus mau belajar. Ketiga, melatih
diri agar memiliki mental yang kuat dalam pelaksanaan pekerjaan. Tidak lupa
juga, kita boleh melakukan apresiasi kepada diri sendiri karena sudah
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, contohnya dengan berbelanja,
travelling, dan sebagainya.
Pada intinya, marilah kita siap serta penuh tanggung jawab dan mencintai
pekerjaan dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada kita, baik hal tersebut
kita sukai ataupun tidak. Percayalah, akan ada hikmah, ilmu, kepuasan, apresiasi
dan hal positif lainnya yang bisa dipetik apabila kita melakukan pekerjaan
dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Love
what you do, give your best shot.
Penulis : Yogi Effendi Barimbing/Pelaksana Seksi Piutang Negara