TENGGARONG- Festival kebudayaan Erau Adat Kutai dan 6th
International Folk Art Festival ( EIFAF ) yang berlangsung sejak 21-29 juli
2018 Berlangsung Meriah.
Festival yang pernah menjadi festival budaya terpopuler di tanah
air pada Anugerah Pesona Indonesia tahun 2016 itu dibuka oleh Deputi Bidang pengembangan
Pemasaran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Prof I Gede Pitana Brahmananda
di stadion Rondong Tenggarong pada minggu, 22 juli 2018. Dalam sambutannya
beliau mengapresiasi semua masyarakat, Pemkab Kutai Kartanegara serta Pemprov Kalimantan
Timur yang telah sukses melestarikan adat budaya nusantara.
Festival yang turut diramaikan oleh 6 delegasi kebudayaan
mancanegara dari Negara Hungaria, India, Meksiko, Polandia, Rumania dan turki
serta 78 Grup Kesenian Dari Nusantara ini berlangsung apik dengan menyajikan
perpaduan adat kesultanan Kutai dengan Kesenian mancanegara.
Festival ini juga disemarakkan dengan beberapa kegiatan seperti
Pameran Erau Expo, Pentas Seni International , Perlombaan perahu ketinting, Festival
kuliner, cultural visit dan beberapa upacara adat kutai kartanegara.
Erau yang berasal dari kata eroh yang memiliki arti keramaian ,
riuh, ribut yang penuh sukacita adalah salah satu upacara tertua di nusantara. Erau
sendiri pertama kalo dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian
ketika aji batara agung dewa sakti berumur 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat
menjadi raja kukar yang pertama ( 1300 -1325 ) juga diadakan upacara erau ,
sejak itulah erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan
raja – raja kutai kartanegara. Pelaksananaan erau yang terakhir menurut tata
cara kesultanan kukar dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara
pengangkatan Putra Mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
Dalam perkembangannya, upacara erau tidak hanya dilakukan sebagai upacara
penobatan raja namun juga pemberian gelar dari raja kepada tokoh – tokoh
masyrakat yang berjasa kepada kerajaan. Dan kini, setelah menjalin kerja sama
dengan International Council of Organizations of Folklore Festival and Folk
Arts ( CIOFF ) Indonesia, Upacara Erau menjadi festival kesenian rakyat
berskala internasional dengan bertajuk Erau Adat Kutai dan International Folk
art Festival ( EIFAF ). Sementara itu event yang diselenggarakan tahun ini merupakan
perhelatan ke 6 setelah pertama kali digelar pada tahun 2013. Erau sendiri telah menjadi Festival kebudayaan
yang sangat dinanti setiap tahun nya, terbukti dengan antusiasme warga sekitar
juga wisatawan dalam mengikuti setiap rangkaian kegiatan dalam festival ini.
Rangkaian festival diakhiri dengan prosesi mengulur naga dan
belimbur yang menjadi puncak acara yang ditunggu masyarakat. Ribuan wisatawan
dari lokal maupun mancanegara memenuhi venue tempat dilangsungkan prosesi ini,
turut hadir pula Keluarga Kerajaan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Plt
Bupati Kutai Kartanegara Edy Damansyah serta Gubernur dan Wakil Gubernur
terpilih kaltim Periode 2018-2023 bapak Isran Noor dan Hadi Setya. Dalam
Prosesi mengulur naga ini dua ekor replica naga yaitu naga laki dan naga bini
dibawa menyusuri sungai Mahakam dan berakhir di kutai lama, anggana. Bebarengan
dengan prosesi tersebut di depan museum mulawarman beberapa ritual kebudayaan
dilaksanakan seperti Beumban yaitu Sultan dibaringkan di
atas sebuah kasur (tilam) berbungkus kain kuning. Tubuh Sultan kemudian
diselimuti dengan sehelai kain kuning. Kepala Sultan menghadap ke arah utara
dan kakinya berada di selatan. Di atas tilam tersebut, diletakkan beberapa
perlengkapan ritual, antara lain bantal, guling, peduduk (paket sesajian yang merepresentasikan manusia
secara utuh), dan lilin yang menyala di masing-masing sudut tilam. Ritual ini
berlangsung di Ruang Stinggil (Siti Hinggil), Keraton Kutai. Seorang sesepuh
dari kalangan kerabat Kesultanan akan memimpin ritual ini. Ia akan mengambil
bunga pinang dan mengusapkannya ke atas kain kuning yang dibentangkan oleh
empat orang kerabat lainnya. Bunga pinang diusapkan dari kepala ke lutut
sebanyak satu kali. Hal ini diulangi sebanyak dua kali dengan posisi Sultan
menghadap ke kanan (barat) dan ke kiri (timur). Selanjutnya, Sultan akan
kembali telentang lalu duduk menghadap ke timur.
Setelah itu dilanjutkan dengan Begorok
yaitu Sultan duduk di atas
balai bambu kuning (haur kuning) yang memiliki 41 tiang. Posisi Sultan
menghadap ke timur. Di atas kepala Sultan, dibentangkan kain kirab
tuhing yang kemudian akan dibolak-balikkan oleh dua orang pangkon (abdi
dalem) sebanyak dua kali. Dewa (wanita pengabdi ritual)
dan belian (pria pengabdi ritual) akan mengucapkan mantra (memang)
lalu melakukan ritual tepong tawar kepada Sultan. Mereka
memercikkan air keramat ke beberapa anggota tubuh Sultan dan Sultan akan
mengerik kening serta alisnya dengan uang logam.
Kemudian dilaksanakan Rangga titi yaitu Sultan dengan diiringi rombongan Keraton menuju ke
dermaga. Prosesi ini kemudian dilanjutkan seperti rangkaian pada begorok.
Sultan duduk di atas balai bambu, diapit oleh tujuh pangkon laki dan bini. Dewa dan belian mengucapkan
mantra dan melakukan ritual tepong tawar. Sultan lalu memasukkan
bunga pohon pinang ke dalam guci (molo) berisi air Kutai Lama yang
dibawa dari iring iringan ngulur naga, kemudian memercikkan air tersebut ke
empat penjuru mata angin yang dilanjutkan dengan memercikkan air dengan
tangannya kepada para kerabat serta hadirin. Percikan
air kepada para hadirin tersebut, menjadi tanda dimulainya acara belimbur. Masyarakat tenggarong dan sekitarnya
serta para wisatawan lokal maupun mancanegara tumpah ruah dijalanan saling
menyiram – nyiram air kepada yang lainnya. Belimbur sendiri bermakna penyucian
diri dari pengaruh jahat sehingga orang orang yang di limbur ( disiram air ) kembali
suci dan menambah semangat dalam membangun daerah, serta lingkungan sekitarnya
juga bersih dari pengaruh jahat.
Erau adat kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) adalah
salah satu bukti dari kekayaan keragaman budaya yang dimiliki Indonesia.
Festival ini merepresentasikan Indonesia lewat kearifan lokal serta antusiasme
masyarakat terhadap budaya yang dimilikinya. Festival ini sangat berguna
sebagai salah satu wadah mempromosikan budaya bangsa terhadap dunia
international. Dengan turut diundangnya delegasi dari Negara lain diharapkan
pula dapat mempererat hubungan antara Negara Indonesia dan Negara lain, serta
dapat pula menjadi ajang pengenalan budaya antar Negara yang berpartisipasi
dalam EIFAF tersebut. ( Seksi HI KPKNL Samarinda )