Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
FESTIVAL ERAU ADAT KUTAI
Panji Iskandar Panca Sakti
Kamis, 02 Agustus 2018   |   19850 kali

TENGGARONG- Festival kebudayaan Erau Adat Kutai dan 6th International Folk Art Festival ( EIFAF ) yang berlangsung sejak 21-29 juli 2018 Berlangsung Meriah.

Festival yang pernah menjadi festival budaya terpopuler di tanah air pada Anugerah Pesona Indonesia tahun 2016 itu dibuka oleh Deputi Bidang pengembangan Pemasaran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Prof I Gede Pitana Brahmananda di stadion Rondong Tenggarong pada minggu, 22 juli 2018. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi semua masyarakat, Pemkab Kutai Kartanegara serta Pemprov Kalimantan Timur yang telah sukses melestarikan adat budaya nusantara.

Festival yang turut diramaikan oleh 6 delegasi kebudayaan mancanegara dari Negara Hungaria, India, Meksiko, Polandia, Rumania dan turki serta 78 Grup Kesenian Dari Nusantara ini berlangsung apik dengan menyajikan perpaduan adat kesultanan Kutai dengan Kesenian mancanegara.

Festival ini juga disemarakkan dengan beberapa kegiatan seperti Pameran Erau Expo, Pentas Seni International , Perlombaan perahu ketinting, Festival kuliner, cultural visit dan beberapa upacara adat kutai kartanegara.

Erau yang berasal dari kata eroh yang memiliki arti keramaian , riuh, ribut yang penuh sukacita adalah salah satu upacara tertua di nusantara. Erau sendiri pertama kalo dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika aji batara agung dewa sakti berumur 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi raja kukar yang pertama ( 1300 -1325 ) juga diadakan upacara erau , sejak itulah erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan raja – raja kutai kartanegara. Pelaksananaan erau yang terakhir menurut tata cara kesultanan kukar dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat. Dalam perkembangannya, upacara erau tidak hanya dilakukan sebagai upacara penobatan raja namun juga pemberian gelar dari raja kepada tokoh – tokoh masyrakat yang berjasa kepada kerajaan. Dan kini, setelah menjalin kerja sama dengan International Council of Organizations of Folklore Festival and Folk Arts ( CIOFF ) Indonesia, Upacara Erau menjadi festival kesenian rakyat berskala internasional dengan bertajuk Erau Adat Kutai dan International Folk art Festival ( EIFAF ). Sementara itu event yang diselenggarakan tahun ini merupakan perhelatan ke 6 setelah pertama kali digelar pada tahun 2013.  Erau sendiri telah menjadi Festival kebudayaan yang sangat dinanti setiap tahun nya, terbukti dengan antusiasme warga sekitar juga wisatawan dalam mengikuti setiap rangkaian kegiatan dalam festival ini.

Rangkaian festival diakhiri dengan prosesi mengulur naga dan belimbur yang menjadi puncak acara yang ditunggu masyarakat. Ribuan wisatawan dari lokal maupun mancanegara memenuhi venue tempat dilangsungkan prosesi ini, turut hadir pula Keluarga Kerajaan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Plt Bupati Kutai Kartanegara Edy Damansyah serta Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih kaltim Periode 2018-2023 bapak Isran Noor dan Hadi Setya. Dalam Prosesi mengulur naga ini dua ekor replica naga yaitu naga laki dan naga bini dibawa menyusuri sungai Mahakam dan berakhir di kutai lama, anggana. Bebarengan dengan prosesi tersebut di depan museum mulawarman beberapa ritual kebudayaan dilaksanakan seperti Beumban yaitu  Sultan dibaringkan di atas sebuah kasur (tilam) berbungkus kain kuning. Tubuh Sultan kemudian diselimuti dengan sehelai kain kuning. Kepala Sultan menghadap ke arah utara dan kakinya berada di selatan. Di atas tilam tersebut, diletakkan beberapa perlengkapan ritual, antara lain bantal, guling, peduduk (paket sesajian yang merepresentasikan manusia secara utuh), dan lilin yang menyala di masing-masing sudut tilam. Ritual ini berlangsung di Ruang Stinggil (Siti Hinggil), Keraton Kutai. Seorang sesepuh dari kalangan kerabat Kesultanan akan memimpin ritual ini. Ia akan mengambil bunga pinang dan mengusapkannya ke atas kain kuning yang dibentangkan oleh empat orang kerabat lainnya. Bunga pinang diusapkan dari kepala ke lutut sebanyak satu kali. Hal ini diulangi sebanyak dua kali dengan posisi Sultan menghadap ke kanan (barat) dan ke kiri (timur). Selanjutnya, Sultan akan kembali telentang lalu duduk menghadap ke timur.

Setelah itu dilanjutkan dengan Begorok yaitu Sultan duduk di atas balai bambu kuning (haur kuning) yang memiliki 41 tiang. Posisi Sultan menghadap ke timur. Di atas kepala Sultan, dibentangkan kain kirab tuhing yang kemudian akan dibolak-balikkan oleh dua orang pangkon (abdi dalem) sebanyak dua kali. Dewa (wanita pengabdi ritual) dan belian (pria pengabdi ritual) akan mengucapkan mantra (memang) lalu melakukan ritual tepong tawar kepada Sultan. Mereka memercikkan air keramat ke beberapa anggota tubuh Sultan dan Sultan akan mengerik kening serta alisnya dengan uang logam.

Kemudian dilaksanakan Rangga titi yaitu Sultan dengan diiringi rombongan Keraton menuju ke dermaga. Prosesi ini kemudian dilanjutkan seperti rangkaian pada begorok. Sultan duduk di atas balai bambu, diapit oleh tujuh pangkon laki dan biniDewa dan belian mengucapkan mantra dan melakukan ritual tepong tawar. Sultan lalu memasukkan bunga pohon pinang ke dalam guci (molo) berisi air Kutai Lama yang dibawa dari iring iringan ngulur naga, kemudian memercikkan air tersebut ke empat penjuru mata angin yang dilanjutkan dengan memercikkan air dengan tangannya kepada para kerabat serta hadirin. Percikan air kepada para hadirin tersebut, menjadi tanda dimulainya acara  belimbur. Masyarakat tenggarong dan sekitarnya serta para wisatawan lokal maupun mancanegara tumpah ruah dijalanan saling menyiram – nyiram air kepada yang lainnya. Belimbur sendiri bermakna penyucian diri dari pengaruh jahat sehingga orang orang yang di limbur ( disiram air ) kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah, serta lingkungan sekitarnya juga bersih dari pengaruh jahat.

Erau adat kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) adalah salah satu bukti dari kekayaan keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Festival ini merepresentasikan Indonesia lewat kearifan lokal serta antusiasme masyarakat terhadap budaya yang dimilikinya. Festival ini sangat berguna sebagai salah satu wadah mempromosikan budaya bangsa terhadap dunia international. Dengan turut diundangnya delegasi dari Negara lain diharapkan pula dapat mempererat hubungan antara Negara Indonesia dan Negara lain, serta dapat pula menjadi ajang pengenalan budaya antar Negara yang berpartisipasi dalam EIFAF tersebut. ( Seksi HI KPKNL Samarinda )

 

 

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini