“Singa Kalau tidak keluar dari sarangnya, tak akan mendapatkan
mangsa,
Anak panah kalau tidak meleset dari busurnya, tak akan mengenai
sasaran”
Begitulah bunyi syair Imam Syafi’I tentang
merantau.
Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang sudah pernah berikrar bersedia ditempatkan dimana saja, tentunya siap kuatkan
mental dan fisik pergi meninggalkan kampung halaman. Apalagi sebagai ASN di
Kementerian Keuangan sendiri, mengabdi di seluruh pelosok negeri adalah konsekuensi yang akan
melekat sepanjang perjalanan mengabdi.
Ketika Surat Keputusan (SK) sudah diturunkan
artinya kaki siap untuk melangkah, begitupun dengan mental yang harus siap dengan
perjalanan di depan. Bukan suatu hal mudah untuk memulai hidup mandiri, jauh
dari keluarga dan sanak saudara, berada di tempat baru dan meninggalkan tanah
kelahiran dan tempat dimana kamu dibesarkan. Merantau akan memperoleh banyak
hal baru, mulai dari teman baru, sahabat baru, dan keluarga baru di perantauan.
Perasaan cemas dan tidak nyaman pasti menjadi momok yang melanda di awal
perjalanan perantauan, karena tak bisa lagi setiap pagi menikmati sedapnya masakan
ibu dan hangatnya cengkerama bersama keluarga ketika waktu malam tiba.
Namun pilihan hidup untuk mengabdi menjadi
pelecut nyali untuk terus semangat menjalani hari-hari. Bukan hal mudah bisa
mendapatkan kesempatan mendedikasikan diri untuk turut membangun Indonesia di
seluruh pelosok nusantara. Amanah demi amanah dilakukan sebaik mungkin demi
kemajuan ibu pertiwi. Negara mengharapkan karya dari para abdi negara demi
terwujudnya harapan bangsa yang lebih baik. Apalagi DJKN memiliki peran penting
dan strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk pengendalian dan
pengelolaan kekayaan negara sebagai salah satu fungsi PNBP sebagai pengaturan (regulatory).
Kehidupan baru di tanah rantau yang berbeda
budaya, mulai dari adat kebiasaan pergaulan sehari-hari, makanan yang tak biasa
dicicipi lidah, perbedaan bahasa, rumah adat yang berbeda, dan berbagai acara
adat yang berbeda. Suasana baru di tempat rantau akan membuka
cakrawala mengenalkan bahwa Indonesia luas dengan kekayaan budaya dan
indahnya panorama alam. Tak hanya membaca dari buku geografi saja, dengan
merantau dapat langsung menikmati eloknya Indonesia dan bersyukur akan ciptaan
Tuhan yang begitu memesonakan mata.
Tantangan dalam penyesuaian dengan keadaan dan
kondisi yang baru tentu akan dihadapi dalam sepanjang karir kehidupan, tetapi
jangan sampai patah arang dan memilih untuk berhenti. Merantau akan membuka
matamu pada berbagai hal-hal baru. Mempertemukanmu pada sosok-sosok yang kita rasa unik, berbeda dengan kebiasaan kita namun inilah Indonesia
yang kaya, kaya akan adat istiadat, bahasa dan lain-lain yang akan memberimu
arti di setiap perjalananmu. Menuntunmu menuju sesuatu yang benar-benar kamu
inginkan selama ini. Menemukan apa yang sebenarnya jadi panggilan hidupmu. Dan pada akhirnya akan memberikan rasa bangga
pada diri kita, karena sudah membentuk sebaik-baiknya diri kita.
Tak bisa dipungkiri, perasaan sepi dan ingin
pulang pasti dirasakan oleh para perantau. Pulang adalah sebuah kesempatan yang
paling dinantikan untuk melepas segala rindu
yang lama tertahan agar bisa segera dituntaskan. Ada keluarga yang selalu menanti
tawamu terus ada diantara bincang-bincang sederhana di waktu senggang. Ibu yang menunggu dan menyiapkan masakan kesukaan,
rindu tidur dipelukan ibu dan keponakan, serta singgah ke tempat-tempat yang
dulunya memiliki sebuah cerita yang kembali kamu sapa untuk dikenang.
Namun kondisi pandemi virus Covid-19 sekarang
ini yang membatasi untuk perjalanan pulang, sehingga untuk pulang kampung harus
tertahan, tertahan dalam kecemasan akan bahaya yang terjadi apabila tidak
mengikuti anjuran pemerintah. Sampai ketika
kesempatan itu tiba, kondisi yang telah
memungkinkan dan izin yang telah diberikan oleh atasan jelas tidak boleh
disia-siakan. Merantau membuatmu mengerti bahwa keluarga lah harta yang paling
berharga, orang yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan yang kamu
punya tanpa tuntutan apa-apa.
Terakhir penulis menyampaikan, sehangat-hangatnya
rumah, kamu lahir untuk dunia yang lebih megah. Dan ada amanah yang
mengharuskan diri terus melangkah.
Penulis : Akidatul Ulfa/KPKNL Samarinda