Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Samarinda > Artikel
Merantau Untuk Mengabdi, Pulang Untuk Yang Menanti
Detami Pradiksa
Selasa, 26 Oktober 2021   |   1421 kali

“Singa Kalau tidak keluar dari sarangnya, tak akan mendapatkan mangsa,

Anak panah kalau tidak meleset dari busurnya, tak akan mengenai sasaran”

 

Begitulah bunyi syair Imam Syafi’I tentang merantau.

 

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sudah pernah berikrar bersedia ditempatkan dimana saja, tentunya siap kuatkan mental dan fisik pergi meninggalkan kampung halaman. Apalagi sebagai ASN di Kementerian Keuangan  sendiri, mengabdi di seluruh pelosok negeri adalah konsekuensi yang akan melekat sepanjang perjalanan mengabdi.

Ketika Surat Keputusan (SK) sudah diturunkan artinya kaki siap untuk melangkah, begitupun dengan mental yang harus siap dengan perjalanan di depan. Bukan suatu hal mudah untuk memulai hidup mandiri, jauh dari keluarga dan sanak saudara, berada di tempat baru dan meninggalkan tanah kelahiran dan tempat dimana kamu dibesarkan. Merantau akan memperoleh banyak hal baru, mulai dari teman baru, sahabat baru, dan keluarga baru di perantauan. Perasaan cemas dan tidak nyaman pasti menjadi momok yang melanda di awal perjalanan perantauan, karena tak bisa lagi setiap pagi menikmati sedapnya masakan ibu dan hangatnya cengkerama bersama keluarga ketika waktu malam tiba.

Namun pilihan hidup untuk mengabdi menjadi pelecut nyali untuk terus semangat menjalani hari-hari. Bukan hal mudah bisa mendapatkan kesempatan mendedikasikan diri untuk turut membangun Indonesia di seluruh pelosok nusantara. Amanah demi amanah dilakukan sebaik mungkin demi kemajuan ibu pertiwi. Negara mengharapkan karya dari para abdi negara demi terwujudnya harapan bangsa yang lebih baik. Apalagi DJKN memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk pengendalian dan pengelolaan kekayaan negara sebagai salah satu fungsi PNBP sebagai pengaturan (regulatory).

Kehidupan baru di tanah rantau yang berbeda budaya, mulai dari adat kebiasaan pergaulan sehari-hari, makanan yang tak biasa dicicipi lidah, perbedaan bahasa, rumah adat yang berbeda, dan berbagai acara adat yang berbeda. Suasana baru di tempat rantau akan membuka cakrawala mengenalkan bahwa Indonesia luas dengan kekayaan budaya dan indahnya panorama alam. Tak hanya membaca dari buku geografi saja, dengan merantau dapat langsung menikmati eloknya Indonesia dan bersyukur akan ciptaan Tuhan yang begitu memesonakan mata.

Tantangan dalam penyesuaian dengan keadaan dan kondisi yang baru tentu akan dihadapi dalam sepanjang karir kehidupan, tetapi jangan sampai patah arang dan memilih untuk berhenti. Merantau akan membuka matamu pada berbagai hal-hal baru. Mempertemukanmu pada sosok-sosok yang kita rasa unik, berbeda dengan kebiasaan kita namun inilah Indonesia yang kaya, kaya akan adat istiadat, bahasa dan lain-lain yang akan memberimu arti di setiap perjalananmu. Menuntunmu menuju sesuatu yang benar-benar kamu inginkan selama ini. Menemukan apa yang sebenarnya jadi panggilan hidupmu.  Dan pada akhirnya akan memberikan rasa bangga pada diri kita, karena sudah membentuk sebaik-baiknya diri kita.

Tak bisa dipungkiri, perasaan sepi dan ingin pulang pasti dirasakan oleh para perantau. Pulang adalah sebuah kesempatan yang paling dinantikan untuk melepas segala rindu yang lama tertahan agar bisa segera dituntaskan. Ada keluarga yang selalu menanti tawamu terus ada diantara bincang-bincang sederhana di waktu senggang. Ibu yang menunggu dan menyiapkan masakan kesukaan, rindu tidur dipelukan ibu dan keponakan, serta singgah ke tempat-tempat yang dulunya memiliki sebuah cerita yang kembali kamu sapa untuk dikenang.

Namun kondisi pandemi virus Covid-19 sekarang ini yang membatasi untuk perjalanan pulang, sehingga untuk pulang kampung harus tertahan, tertahan dalam kecemasan akan bahaya yang terjadi apabila tidak mengikuti anjuran pemerintah. Sampai ketika kesempatan itu tiba, kondisi yang telah memungkinkan dan izin yang telah diberikan oleh atasan jelas tidak boleh disia-siakan. Merantau membuatmu mengerti bahwa keluarga lah harta yang paling berharga, orang yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan yang kamu punya tanpa tuntutan apa-apa.

Terakhir penulis menyampaikan, sehangat-hangatnya rumah, kamu lahir untuk dunia yang lebih megah. Dan ada amanah yang mengharuskan diri terus melangkah.

 

 

Penulis : Akidatul Ulfa/KPKNL Samarinda

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini