Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Begalan, Tradisi Pernikahan Rakyat Banyumas
Andi Ratna Widowati
Kamis, 21 Oktober 2021   |   24325 kali

Bagi setiap orang pernikahan adalah merupakan suatu momentum yang sangat didambakan karena bagi setiap insan, pernikahan sebisa mungkin dilaksanakan selama sekali dalam hidup kita. Pernikahan adalah peristiwa formal, sebuah sarana untuk menyatukan dua insan laki laki dan perempuan dalam suatu ikatan baik secara lahir dan batin serta hukum dalam keluarga yang bahagia. Pernikahan juga menyatukan segala perbedaan sehingga perbedaan tersebut menjadi sesuatu yang indah untuk mencapai tujuan mulia dari pernikahan itu sendiri. Tujuan tersebut antara lain memperoleh keturunan, membentengi diri dari zina, memperoleh kedamaian dan menyatukan dua belah keluarga.

Setiap negara memiliki adat tersendiri terkait pelaksanaan pernikahan, hal tersebut karena pada dasarnya tiap negara memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai suku yang beragam, hal tersebut juga menyebabkan beragamnya kebudayaan termasuk juga adat istiadat dalam pelaksanaan pernikahan.

Banyumas, yang merupakan wilayah yang berada pada KPKNL Purwokerto memiliki tradisi kebudayaan pernikahan yang tidak terdapat pada wilayah lain yaitu begalan. Begalan berasal dari kata begal atau perampokan. Begalan pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada masa Bupati Banyumas XIV, Raden Adipati Tjokronegoro pada tahun 1850.   

            Kisah awal tradisi begalan itu seperti apa?

Begalan berasal dari kisah Adipati Wirasaba yang mempersunting putri dari Adipati Banyumas. Pada saat itu, seperti para pria pada umumnya Adipati Wirasaba bersama rombongannya membawa pernik-pernik yang diperlukan untuk pelaksanaan pada saat acara pernikahan tersebut. Di tengah perjalanan, rombongan tersebut bertemu dengan rampok atau begal yang hendak merampas barang-barang berharga yang dibawa rombongan tersebut. Pertarunganpun tidak bisa dihindari, dengan Adipati Wirasaba dan rombongan yang menjadi pemenang sehingga pernikahan tersebut dapat tetap berlangsung. Tempat pertarungan tersebut dikenal dengan nama Sokawera.

Kapan acara begalan dilaksanakan?

Tradisi begalan dilaksanakan setelah acara akad nikah atau pada saat resepsi di tempat calon pengantin perempuan dimana   yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan.

Apa saja yang diperlukan?

Barang-barang yang dibawa pada saat acara begalan adalah alat-alat dapur yang disebut brenong kepang, antara lain iyan, pedhang wlira, cething, siwur, kukusan, ilir dll. Barang-barang tersebut memiliki simbol atau pesan tersendiri yaitu merupakan alat yang digunakan untuk acara ruwatan atau pada saat pembersihan diri antara lain:

Pikulan memiliki simbol keseimbangan peran antara pria dan wanita dalam kedudukan rumah tangga.

Iyan (tampah berbentuk segi empat) memiliki simbol apabila seseorang sudah masuk dalam suatu pernikahan makan diharapkan harus siap bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Pedhang Wlira memiliki simbol ketika seorang laki-laki berumah tangga harus siap melindungi keluarganya dari segala marabahaya.

Irus memiliki makna seseorang yang berumah tangga harus bisa menjauhkan diri dari godaan pria maupun wanita lain yang akan membuat keretakan dan kebahagiaan

Bagaimana pelaksanaannya?

Setelah pembawa acara mempersilahkan waktu dan tempat, kemudian dimulai dengan iringan musik gamelan dengan gending-gending Banyumasan. Bersamaan dengan iringan musik tersebut datang dua orang penari dimana satu orang penari memikul brenong kepang. Penari yang membawa barang-barang disebut Gunareka dan satu orang penari lainnya disebut Rekaguna yang berperan sebagai Pembegal. Kostum yang digunakan adalah kostum adat Banyumas dengan warna dasar hitam, putih, merah dan biru dengan riasan wajah yang sederhana. Dua penari tersebut melakukan dialog-dialog lucu yang tidak lepas dari tata krama dan adat istiadat yang berlaku. Tutur kata yang dipilih pada dialog mereka berisi wejangan-wejangan atau nasehat bagi mempelai berdua dalam menjalani rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat selanjutnya. Oleh karena itu adat begalan tersebut  merupakan hiburan tersendiri bagi para tamu undangan yang hadir. 


(Penulis  : Andi Ratna, KPKNL Purwokerto)


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini