Pagar Alam – Di puncak Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan
dan diiringi gerimis hujan, kami berhasil membentangkan pengibaran spanduk yang
bertuliskan “HUT DJKN 15, KPKNL Palembang PAYO”. Pendakian ke Puncak Gunung
Dempo ini merupakan salah satu agenda rombongan kami yang beranggotakan 6
(enam) orang yaitu Erwin Cahyono (Kepala Seksi Pelayanan Lelang KPKNL
Palembang), Dedy Agus Prabowo (KPP Lahat), Thoriq Dzaky Zidane, Fauzi, Iwan dan
Maman, yang berbarengan dengan perayaan
HUT DJKN.
Perjalanan ini dimulai pada
Minggu, 7 November 2021 pukul 07.30. Disini kami menuju Pintu Rimba yang
merupakan jalur awal pendakian. Jalur yang kami lewati merupakan jalur menanjak
sedang dan sempit. Selain itu, kami harus melewati kebun dan hutan tanaman teh
yang tidak terawat yang tingginya sekitar 1,5 – 2 meter. Dengan kondisi cuaca
mendung dan gerimis, perjalanan awal ini mulai terasa berat. Setibanya kami di
Pintu Rimba, kami memulai awal pendakian ke Puncak Gunung Dempo. Tujuan kami
kali ini adalah shelter I. Pendakian ini memakan waktu +/- 2 Jam. Medan mulai
sedikit terjal kemudian menyempit dan becek karena sepanjang perjalanan ini
disertai hujan. Sesekali kami mendengar suara kicauan burung yang menemani
sepanjang perjalanan. Setelah tiba di shelter I, kami beristirahat dan makan
siang.
Setelah beristirahat, kami
mendapatkan kembali energi untuk melanjutkan perjalanan ke shelter 2. Pendakian
ini menjadi pendakian yang menantang karena di pertengahan jalan kami menemui
“dinding lemari”. Dinding lemari adalah tebing tegak lurus dengan tinggi
sekitar 2,5 meter. Bertemu dengan situasi seperti ini, ditambahkan dengan medan
yang licin akibat hujan yang terus menerus mengguyur sepanjang perjalanan,
membuat kami harus tetap waspada dengan berpegangan pada tali dan akar pohon
agar kami tidak tergelincir. Selain itu, pohon-pohon yang kami lewati berupa pepohonan besar, tua, dan tinggi yang semakin menambah kesan angker Gunung
Dempo. Karena medan yang kami lewati sangat sulit ditambah dengan situasi alam
yang tidak menentu, kami memutuskan untuk beristirahat di shelter 2.
Peristirahatan kami disertai dengan angin kencang dan menderu dengan sangat
keras. Malam pun kian mencekam. Langit mendung gelap tak berbintang diiringi
gerimis.
Minggu, 8 November, kami mulai
kembali mendaki pada pukul 06.30. Jalan menuju puncak sangat terjal, lembab, dan
becek. Menjelang puncak vegetasi pepohonan rendah dan perdu. Dan semakin ke
puncak maka jalanan semakin terjal dan berair karena jalur pendakian dilalui
air sisa hujan. Melewati punggung gunung yang longsor dan cadas berair, kami
akhirnya tiba di puncak Gunung Dempo pukul 08.15.
Seksi Hukum dan Informasi serta Erwin Cahyono